webnovel

wanita jadi jadian

"budhe Sari pulang dulu, insyaallah pas 40 hari Mbah kesini lagi." Pamitku pada budhe yang baru pulang dari sawah.

"Iyo, ati ati ya nduk. Budhe besok ke rumah budhe warni mu, masalah warisan gak mari mari."

"Nggih budhe, Assalamu'alaikum." Ku cium tangan budhe dan pakdhe yang mulai keriput itu dan bergegas masuk ke dalam mobil. Ah .. sesungguhnya aku masih betah disini, banyak sekali kenangan kenangan manis dan pahit tersimpan di tempat ini.

"Maaf ya ma, kita harus pulang. Kerjaan papa sudah menumpuk."

"Gak apa apa pa, kita masih bisa kesini lagi bulan depan." Senyum ku menatap wajahnya yang sendu.

Setelah sampai di rumah ibu, kami pun pamit. Ibu menghujani ciuman pada amira, maklum cucu pertama.

" Nanti uti main lagi ya nduk, Amira sehat sehat. Jagain mama dan ga boleh nakal."

Ah drama.. lagi lagi drama setiap berpisah dengan utinya.

Setelah berpamitan, kami pun pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 atau jam 8 malam, kami memutuskan menempuh perjalanan malam berharap jalanan sepi.

"Jam segini malang masih rame ya ma?"

" Iya pa, ini nanti lewat mana? Porong ya ?"

"Iya, jalan satu satu nya cuma porong."

"Ngeri ya pa lihat semburan lumpurnya, belum lagi asap dan api yang kemebul menyala nyala." Aku membayangkan warga di sekitar lumpur Lapindo Porong, bagaimana paniknya mereka saat terjadi letusan dan semburan lumpur pada desanya.

"Namanya juga takdir ma, ga bisa di rubah. Semoga mereka di berikan kesabaran."

"Aammiin.."

"Eh eh ma, tak lewatin daerah Pandaan ya hahaha."

"Loh ngapain pa?"

"Nanti juga tau, ma. Hahahha."

Aku bingung, maksudnya apa tiba tiba mobilnya jalan pelan.

"Wiiiiih... Pa, banyak cewe. Jam berapa ini ?" Kulihat arah jam sudah pukul 23.00

"Coba deh kursi nya mama rebahin dikit."

Aku yang ga paham hanya mengikuti perintah nya.

"Haloooo ooom, culik kita Donk om."

Aku terkejut dan reflek duduk tegak di kursiku. Si wanita tersebut kaget dan lari dari mobil kami, Suamiku hanya tertawa ngakak gak jelas.

"Papa ih, usil deh. Itu tadi cewe jadi jadian kan pa?"

"Hahahaha... Astaghfirullah, hahah bentar ma, aku masih ga bisa berhenti ketawa."

"Iiiiihhhh usilnya itu loooh,astaga."

"Hahahha, iya ma. Banyak wanita jadi jadian di sini kalau malam gini. Padahal udah sering loh mereka terjaring razia."

Aku hanya terdiam, memperhatikan suamiku yang dari tadi tertawa tanpa henti.

"Puas dah ya ngerjain cewe jadi jadian tadi, kasian loh pa."

"Ya kenapa kasian, kan masih banyak pekerjaan yang halal. Kenapa milih yang kilat tapi ga halal."

Hemmm.. aku kembali terdiam, menikmati musik dan menikmati pemandangan malam. Tak terasa kami sampai sudah di rumah.

"Lho pa !! Kok rumah Bu Gotot kosong pa?"

Aku memperhatikan rumah yang buatku lebih seram dari pada rumahku.Tak seperti biasanya, kali ini rumah Bu Gotot terlihat begitu sepi dan beberapa mesin cuci yang biasanya tergeletak di depan rumah pun tak nampak.

"Mungkin keluar kota ma, atau mungkin bisnis laundry nya di pindah ke tempat lain yang lebih luas." Jawab suamiku yang berfikiran positif.

"Ayo masuk.!" Lanjutnya menyeret koper kami.

Aku terdiam sejenak, tak ada rasa takut seperti biasanya aku memandang rumah itu. Kali ini benar benar sepi.

"apa mereka pindah?" Gumamku sambil memasuki rumah.

"Alhamdulillah.." ku rasakan kenyamanan dan kedamaian ketika kurebahkan tubuh pada kasur. Tak lagi kudengar derap langkah seseorang di atas loteng, tak lagi ku hirup bau dupa dan tak lagi kurasakan ada mata yang mengawasi seperti biasanya. Saking nyamannya, aku pun ikut terlelap menjemput mimpi bersama kedua kesayanganku.

********

" Glodak Glodak !!" Aku terperanjat dari tidur ku, ku kucek mata yang masih setengah buram.

"Suara apa pa?" Ku lihat suami sudah rapi dengan seragamnya.

"Sepertinya Bu Gotot pindahan ma, tadi papa lihat dari balik gorden, mereka sedang mengangkut kursi, lemari dan perabotan mereka ke atas truk."

Ucapan mas Awi membuatku penasaran, ku melangkah keluar rumah tanpa cuci muka dan gosok gigi.

"Bu Gotot pindahan ?" Tanyaku asal nyeplos saat melihat Bu Gotot membersihkan sisa sisa barang yg masih tertinggal di teras rumah.

"Oh iya Bu Sari, kami pindah ke Pekalongan. Bisnis Laundry ini saya titipkan ke adik yang ada di blok depan. Oh iya, saya minta maaf jika selama ini ada salah kata atau perbuatan dengan keluarga njenengan. Saya Ndak ada maksud ingin menakut nakuti atau mengganggu, saya hanya mewanti wanti saja."

Bu Gotot memegang erat tanganku dan tersenyum, entah senyum apa itu, aku pun tak bisa mengartikannya.

"Owalah, baru saja saya seneng dpt temen baru. Sekarang malah pindah, saya juga minta maaf Bu jika selama jadi tetangga bikin ibu sebel." Kami pun saling berpelukan dan melepas kepergian Bu Gotot dan keluarga.

"Kok mendadak ya pa?" Tanyaku saat kembali masuk kedalam rumah.

"Ingat ga ma? Kata Gus kapan lalu, seminggu dri ketangkep nya makhluk itu, akan ada orang yang meminta maaf."

"Oh .. iya !! Hari ini pas seminggu pa, apa mungkin laundry nya bangkrut karena pesugihannya kita tangkap?"

"Entahlah ma, papa berangkat dulu. Itu tadi udah sarapan kopi n roti. Jangan lupa sarapan ya!" Ucapnya mengecup keningku.

Hemmmm... Apa mungkin Bu Gotot orangnya?