"Astaga, bukan begitu, Rei! Cerita aslinya itu kami memang ingin menolong kalian. Jika tempat yang kami pilih ini ternyata seperti jebakan, itu di luar ekspektasiku, Rei! Aku benar-benar tulus ingin menolong kalian!" teriak Yuji.
Siji membanting pantatnya di batu dan duduk di tengah-tengah gua sambil memeluk lutut. Siji kemudian berkata, "Intinya, kita hanya harus menunggu dimakan makhluk itu, Rei?"
"Benar, Siji. Jadi, kita ditempatkan di sini itu memang untuk ditumbalkan. Dan bayangan yang berada di dalam batu itu yang mungkin akan memangsa kita. Entah mereka akan memakan daging kita dengan cara dibakar dahulu, atau memakan kita hidup-hidup atau menghisap darah kita hingga kering."
Saat mengatakan ini, Reiji sambil memasang wajah yang datar.
Siji langsung mengerutkan kening mendengar ucapan seram adiknya dan kemudian mengutuk. "Berhenti menakut-nakutiku, Rei! Kau ini tidak peka banget! Sudah tahu abangnya penakut, masih saja ditakut-takuti," bentak Siji.
"Tidak, Siji."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com