webnovel

Memisahkan Urusan Pekerjaan dan Pribadi (4)

Editor: Wave Literature

Dia… seharusnya tidak mengenalinya, kan?

Pei Qiqi melanjutkan pekerjaannya mengantar dokumen-dokumen dan baru selesai pada pukul 5 sore. Hari ini lebih mengenaskan dari hari sebelumnya, kakinya sampai gemetaran. Dia sudah kembali memakai bajunya sendiri dan berdiri di halte bus.

Tang Yu duduk di dalam mobil sambil memandang Pei Qiqi di kejauhan.

Sekarang kacamata berbingkai hitam tebal yang konyol itu sudah dia lepas, lipstiknya yang merah padam juga sudah dihapus. Tapi rambutnya masih tetap diikat ekor kuda yang justru membuatnya terlihat sangat segar.

Meng Qingcheng yang sedang mengemudikan mobil bertanya menggoda, "Apa mau memanggil Nona Pei naik ke mobil?"

"Tidak perlu, masalah ini untuk sementara jangan diberitahukan ke orang lain dulu." Tang Yu berkata datar, kemudian dia menunduk dan mulai membaca dokumen…

Meng Qingcheng kurang lebih sudah mengerti maksudnya. Maksudnya adalah, sementara membiarkannya seperti ini?

Apakah ini termasuk sesuatu yang baik atau buruk?

Mobil itu perlahan bergerak, Pei Qiqi masih berdiri seorang diri di halte bus.

Setelah menunggu cukup lama, bus masih belum juga datang, dia pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor yang familiar tapi juga asing.

Zhou Meilin dengan cepat mengangkat teleponnya, nada bicaranya terdengar lembut, dia tidak pernah mendengar Zhou Meilin bicara selembut ini sebelumnya, "Cari siapa, ya?"

Pei Qiqi merasa agak aneh saat mendengar suaranya, tidak mengira Zhou Meilin bisa selembut ini. Dia menarik napas dalam, "Bibi, ini aku."

Suara Zhou Meilin segera berubah menjadi dingin, "Qiqi, ada masalah apa? Ayahmu masih di rumah sakit."

Pei Qiqi menggigit bibir bawahnya, "Aku ingin pulang mengambil barang-barang, apa bisa?"

Zhou Meilin awalnya ingin mempersulit dia sebentar, tapi melihat Pei Huan di depannya, dia tiba-tiba berubah pikiran, "Jam berapa? Aku akan menyiapkan makan malam untukmu juga."

"Tidak perlu, Bibi." Pei Qiqi tidak merasa dia sebaik itu, "Setelah mengambil barang aku akan langsung pergi."

Suara Zhou Meilin terdengar menyindir, "Benar juga, kamu sekarang sudah bersama dengan bos besar, tidak mau makan makanan rumah lagi."

Pei Qiqi merasa gendang telinganya seperti disobek, "Bibi, aku rasa masalah di antara kita tidak perlu dibicarakan sejelas itu…" Dia hanya ingin mengambil barang-barangnya saja.

Zhou Meilin merasa tidak menarik lagi, suaranya berubah semakin dingin, "Sekarang kamu sudah merasa hebat, ya? Aku tidak bisa menahanmu, barang-barangmu juga sudah kubereskan. Sekalian aku mengatakan jika kamarmu juga sudah dikosongkan, keponakanku datang dari jauh ke Kota B untuk sekolah, tidak ada tempat tinggal."

Bohong kalau Pei Qiqi bilang dia tidak menghiraukannya… sekarang, dia benar-benar sudah tidak punya rumah lagi.

Dia tidak bicara apa pun, hanya menutup telepon dalam diam kemudian naik bus yang baru tiba.

Satu jam kemudian, dia sampai di rumahnya yang dulu. Karena tidak ada Pei Minghe, rumah itu terlihat sangat dingin baginya.

Begitu dia masuk, dia melihat koper tua miliknya dan satu buah tas jinjing.

Zhou Meilin duduk di sofa dengan kedua tangan dilipat di dada, ekspresinya sangat dingin, "Pei Qiqi, barang-barangmu semua ada di sini, apa perlu menghitungnya dan memeriksanya satu per satu?"

Pei Qiqi berjalan mendekati koper itu perlahan, kemudian mengambil tas jinjing tersebut dan meletakkannya di atas koper. Dia lalu dia menatap lurus pada Zhou Meilin, tatapannya sangat dingin seperti es, "Bibi, apa menurutmu aku bisa melakukannya?"

Zhou Meilin menarik napas dan sudah bersiap untuk memakinya, gadis sialan ini mengira dirinya sudah hebat sekali, ya?

Tapi belum sempat dia berkata apa pun, Pei Huan berdiri di atas tangga dan tertawa dingin, "Pei Qiqi, sudah bertahun-tahun ibuku membesarkanmu, memberimu makanan dan pakaian, mana ada yang bukan milik keluarga Pei? Sekarang perkataanmu ini, apa tidak merasa seperti kacang lupa kulitnya?"

Pei Qiqi mendongak dan menatapnya, tapi seketika napasnya nyaris berhenti.

Di samping Pei Huan ada Lin Jinrong.

Seperti menyadari tatapan Pei Qiqi, tatapan Pei Huan juga semakin terlihat kejam.