webnovel

Konsekuensi Kesehatan Tubuh (5)

Editor: Wave Literature

Jika bukan karena telah menghabiskan uang untuk membayar Gu Qingqing, dengan kepribadian Leng Sicheng yang seperti itu, ia tidak akan repot-repot menyentuh Gu Qingqing meski hanya sejari.

Perut Gu Qingqing sedikit sakit. Mungkin, karena ia telah meminum obat. Jika ia beruntung, Leng Sicheng hanya akan datang sekali setiap bulan dan Gu Qingqing juga bisa dipastikan akan merasa tidak nyaman hanya sekali. Gu Qingqing tidak mau menanyakan urusan pribadi Leng Sicheng dan memilih untuk mengabaikan gosip skandal. Melayani Leng Sicheng dengan baik setiap kali ia datang adalah hal yang memang harus dilakukan Gu Qingqing.

Mungkin karena terlalu lelah, Gu Qingqing bahkan tidak tahu sejak kapan ia tertidur dengan tenang. Tiba-tiba, Gu Qingqing merasa seseorang menyentuh dahinya. Ditatap oleh sepasang mata yang cemas dan kompleks, Gu Qingqing serasa tenggelam dalam tatapan orang di sampingnya. Seolah-olah, ia telah jatuh ke pelukan yang hangat dan tidak asing. Apakah ini Leng Sicheng? Jika benar dia, akankah dia sebaik ini? batinnya. Meski hanya dalam mimpi, Gu Qingqing tetap tidak akan bisa mempercayai betapa konyolnya imajinasi ini!

Mereka telah menikah selama tiga tahun. Namun, waktu yang mereka habiskan bisa dihitung dengan jari. Di setiap waktu yang telah disepakati, Leng Sicheng akan datang dan ia juga akan segera pergi setelah meniduri Gu Qingqing. Bahkan jika Leng Siceng tidak bisa pergi, ia tidak akan pernah tidur sekamar dengan Gu Qingqing dan lebih memilih untuk tidur di ruang buku.

Memang benar kata orang-orang di luar sana. Leng Sicheng menikahi Gu Qingqing tanpa gaun pernikahan, tanpa cincin berlian, tanpa upacara pernikahan, dan tanpa bulan madu. Bahkan, satu-satunya foto pernikahan yang mereka miliki ialah saat mereka bertemu untuk mendaftar ke Biro Urusan Sipil. Setelah mendapatkan izin pernikahan, barulah mereka mengambil foto. Foto itu juga menjadi satu-satunya foto yang diambil mereka berdua.

Gu Qingqing tidak akan pernah lupa. Ketika Leng Sicheng melamarnya, ia tampil acuh tak acuh. Gu Qingqing tidak akan lupa bagaimana ia telah menghabiskan apa yang disebut 'kehidupan perkawinan' selama tiga tahun mereka menikah. Mungkin, mereka seharusnya tidak menikah dan bahkan tidak perlu bertemu sama sekali. Semua yang ada di antara mereka berawal dari kesalahan.

Gu Qingqing tidak bisa tidur nyenyak. Seperti jatuh di sungai, terus muncul dan tenggelam dihempas arus sungai. Gu Qingqing terus bangun dan tidur dengan tak tenang. Jelas ia jatuh ke sungai, tetapi ia merasa kering seperti akan tersedak. Ketika nyaris tenggelam, ia akan berjuang seolah-olah ia benar-benar memiliki sepotong kayu apung di tangannya. Lagi pula, kayu apungnya sangat kuat dan sangat kokoh. Hangat, bahkan. Gu Qingqing terus memegangi tubuh itu dengan erat, seolah memegang kesempatan terakhir.

Berbalut kimono, Leng Sicheng terbaring rata di tempat tidur. Ketika Gu Qingqing merentangkan tangan, Leng Sicheng sedikit membeku dan mencoba mendorongnya. Leng Sicheng mengulurkan tangan dan jari-jarinya, menyapu baju tidur Gu Qingqing dengan ringan hingga memperlihat bahunya yang mulus. Leng Sicheng tampaknya terkejut dan segera membenahi baju tidur itu. Ia sedikit mengernyit. Meski hanya ujung jarinya yang bersentuhan, suhu tubuh Leng Sicheng sepertinya naik beberapa derajat lebih tinggi dari biasanya.

Ada pengontrol suhu di ruangan itu dan cuacanya sedang tidak dingin sekarang. Akan tetapi, Gu Qingqing hanya mengenakan selendang baju tidur sutra tipis dan perutnya hanya ditutupi selimut tipis. Rok suspender yang dikenakannya sebatas tiga inci di bawah pantat, mengekspos dua kaki putih panjang. Terpapar pula bahu dan dada berkulit putih. Ditambah lagi, Gu Qingqing baru saja mandi dan rambutnya belum terlalu kering. Berbaring di tempat tidur seperti itu, aneh jika ia tidak demam!

Leng Sicheng hendak mendorong Gu Qingqing dan menutupinya dengan selimut. Namun, tangan Gu Qingqing bergerak dalam tidurnya, seperti merasakan sesuatu. Tubuh Gu Qingqing yang dibalut pakaian sangat minim kemudian membungkuk dan menekan erat pada Leng Sicheng yang berada di sampingnya. Sesaat, posisi itu menggoda pikiran Leng Sicheng.