webnovel

Konsekuensi Kesehatan Tubuh (4)

Editor: Wave Literature

Telepon itu ternyata dari Pembantu rumah.

"Tuan Leng, Nyonya sudah kembali. Basah kuyup dan seperti sedikit demam. Apakah Tuan Leng ingin datang dan melihat Nyonya?"

Leng Sicheng mendengarkan keseluruhan laporan itu sebelum menjawab dengan suara dalam, "Jika dia sakit, dia akan mencari seorang dokter. Saya tidak bisa menyembuhkan penyakit."

Setelah menutup telepon, tampak suasana hati Leng Sicheng menjadi semakin buruk. Tangannya yang memegang ponsel itu sesaat mengerat sebelum kembali merenggang. Alisnya hampir sepenuhnya bertaut.

Sekretaris Cheng sangat takut hingga tidak berani menoleh ke belakang atau bahkan mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya bisa mengepal setirnya erat-erat, seperti tidak ingin ditusuk jarum. Mobil itu pun melaju melintasi jalanan yang macet dan melaju semakin cepat. Sekretaris Cheng masih tidak berani bertanya Leng Sicheng ingin pergi ke mana.

Lampu-lampu jalanan satu demi persatu memantulkan cahaya di wajah Leng Sicheng yang kesal. Ia memandang sekilas ke jendela mobil, kemudian perlahan-lahan melepaskan tangannya yang kembali mengepal. "Pergi ke Vila Xishan."

———

Ketika Gu Qingqing kembali ke Vila, hari sudah pagi.

Begitu mobil itu diparkir, pembantu membukakan pintu untuknya dengan saksama. Namun, Gu Qingqing menutup pintu mobil itu sendiri sebelum berjalan masuk.

Pembantu memberi hormat sopan, "Nyonya."

Gu Qingqing menundukkan kepala dan mengganti sepatunya, lalu menjawab singkat, "Ya."

Baru saja masuk teras dan di bawah cahaya, pembantu melihat Gu Qingqing basah kuyup oleh hujan. Pakaiannya yang tipis menempel di tubuhnya dan rambut hitamnya meneteskan air.

Karena kaget, pembantu itu pun segera bergegas. "Saya ambilkan handuk. Apa Anda memerlukan obat flu?"

"Tidak perlu." Gu Qingqing menggelengkan kepalanya.

Dengan tubuh yang masih basah kuyup, Gu Qingqing mengenakan sandal lalu menaiki tangga dan keluar dari lantai yang berair. Ia membuka pintu kamarnya dan ruangan itu begitu dingin. Ia mengeluarkan ponsel untuk mengisi daya dan ketika baru saja dihidupkan, sebuah pesan teks masuk datang dari ibunya.

| Nak, ibu telah menerima 300.000 RMB dari suamimu. Kakakmu baik-baik saja. Kamu harus berterima kasih pada suamimu itu. Kalian berdua harus baik-baik. Kamu tidak boleh membuatnya marah, harus melayaninya dengan baik, dan yang paling penting kamu tidak boleh menceraikannya. Kamu mengerti?

Gu Qingqing melihat pesan teks itu selama beberapa detik dan tidak membalasnya. Ia malah beralih ke kamar mandi. Di bawah pancuran selama setengah jam, ia membiarkan air panas mengguyur kulit dan pipinya hingga semua memerah. Seolah-olah, ia ingin sekalian membasuh debu dari tubuh dan hatinya.

Selesai mengeringkan rambutnya, Gu Qingqing melemparkan tubuhnya ke ranjang dan memeluk bantal lembut. Ia tidak tahu apakah demam ini diakibatkan oleh hujan atau karena terlalu intens bersetubuh dengan Leng Sicheng hingga ia kelelahan secara fisik dan mental.

Ibu dan kakak mengira hubunganku dengan Leng Sicheng baik dan tentram? Hanya Tuhan yang tahu hari-hari seperti apa yang aku lewati setiap hari! pekiknya dalam hati.

Ini bukan rumah orang tua Leng Sicheng, juga bukan apartemen tinggal Leng Sicheng yang biasa. Melainkan, hanyalah 'Istana Leng', tempat Gu Qingqing tinggal sendirian. Sejak dinikahi Leng Sicheng tiga tahun yang lalu, ia hanya diperbolehkan pergi ke sekolah. Selebihnya, ia ditahan sendirian di vila ini. Kecuali untuk agenda khusus, Leng Sicheng hanya datang ke sini sebulan sekali.

Selain Gu Qingqing dan pembantu, kamar-kamar di vila itu kosong. Persis seperti hatinya yang kosong. Untuk menjadi istri Leng Sicheng, Gu Qingqing berusaha mendalami keahlian memasak, etiket sosial, dansa ballroom, dan bermain piano. Mengetahui Leng Sicheng suka mencicipi anggur dan juga suka membuat teh, ia turut belajar mencicipi anggur dan membuat teh. Namun, semua usaha Gu Qingqing sedikit demi sedikit memudar secara bertahap begitu ia mendengar berbagai macam gosip skandal tentang Leng Sicheng. Belum lagi, sikap dingin pria itu tiap menghabiskan malam sebulan sekali bersamanya.

Gu Qingqing membalik badan dan tidak mau bergerak lagi. Tak peduli berapa besar jumlah uang yang diminta ibunya, atau betapa besar masalah kakaknya yang harus diselesaikan setiap kali, Gu Qingqing lah yang harus membayar harganya. Karena ia tidak punya uang, ia hanya bisa membayar dengan tubuhnya.