"(Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi. Mungkin aku harus menganggap bahwa diri ku adalah yang paling beruntung di sini, bertemu dengan nya di tempat yang sama.... Seperti dejavu hanya saja, kemarin aku yang duduk sekarang dia yang duduk, tapi sekarang bukankah ini kesempatan ku untuk duduk dengan nya, di samping nya tak ada orang sama sekali....)" Alandra terdiam. Dia berdiri, padahal di samping Lex Luthor tak ada yang duduk di dekatnya.
Lex Luthor yang melirik nya menjadi bicara. "Duduklah," tatap nya. Alandra terkejut mendengar itu. "(Apa dia baru saja.... Meminta ku untuk duduk di samping nya?)" ia terdiam sebentar, lalu perlahan melepas tangan nya dari tiang pegangan dan duduk di sampingnya. "(Aku tak percaya ini, dia membiarkan ku duduk dengan nada yang baik.)"
"Kenapa kau bernapas cepat sekali?" tatap Lex Luthor ketika Alandra sudah duduk di samping nya.
". . . Sebenarnya aku lari ke mari," kata Alandra.
"Berlari? Apa kau takut ketinggalan kereta atau apa?"
"Aku lari kemari untuk... Menemui mu," kata Alandra, dia benar benar langsung mengatakan hal itu.
Seketika Lex Luthor terdiam. Suasana pun juga terdiam membuat Alandra berkeringat. "(Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa dia diam saja?)"
Lalu Lex Luthor bicara. "Ada urusan apa kau ingin menemuiku, aku tipe orang yang bukan selalu ditemui orang sepertimu," tatapan nya menjadi sinis.
Alandra kembali terdiam dengan perasaan tak nyaman. Ia takut Lex Luthor akan membencinya dengan perkataan maupun perbuatan yang begitu mengganggu.
"Sebenarnya saat pertama kita bertemu, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu, Lex Luthor," kata Alandra.
Mendengar itu, Lex Luthor terdiam menatap hal lain. Ia menatap banyak orang yang juga duduk di kereta itu, tidak sebanyak kemarin sampai banyak yang berdiri.
"Jadi, kau sudah tahu nama ku?" tatapnya.
". . . Di Headset yang kau berikan, di sana ada ukiran nama, aku bertanya tanya, apakah itu nama merk dari headset atau nama mu, karena kau mengatakan bahwa di sana ada tertulis nama mu."
"Ah begitu yah.... Jadi, kau berpikir bahwa itu adalah nama ku? Tidak kah nama ku itu sangat tidak cocok dengan ku?" Lex Luthor menatap.
". . . Aku, tidak berpikir begitu... Karena nama itu benar benar sangat menawan dan aku terkesan ketika melihat nama itu," kata Alandra sambil menundukkan wajah. Lex Luthor kembali terdiam dengan tatapan yang datar.
". . . Kenapa kau ingin tahu apa yang aku suka?" tatapnya.
"Itu karena... Aku hanya ingin tahu," kata Alandra.
Lalu Lex Luthor menghela napas panjang sambil menoleh menatap dengan lirikan nya, ia melihat masker hitam Alandra dan menambah sipit matanya.
"(Dari awal bertemu, dia memakai masker itu saja, apa masalahnya?)" pikirnya.
Lalu Alandra perlahan menatapnya sehingga mereka melakukan kontak mata.
". . . Apa ada sesuatu di wajah ku?" tatapnya.
Lex Luthor kembali menoleh membuang wajah. "Tidak ada, kau membuat ku bosan dengan masker mu itu."
"(. . . Dia berbicara soal Masker ku? Apa dia ingin melihat wajah ku?) Maafkan aku, aku tak bisa menunjukkan wajah ku pada seseorang," kata Alandra.
". . . Lupakan saja... Kau membosankan," Lex Luthor langsung mengatakan itu membuat Alandra terpaku mendengarnya.
"(Apa dia baru saja...?? Sepertinya dia sudah menilai ku, dia tidak suka padaku... Jika memang sudah begitu, aku akan lebih memilih untuk menunggu sampai di tujuan dan setelah itu pergi,)" ia terdiam lalu membuka ponselnya.
Tapi siapa sangka, Lex Luthor tiba tiba bicara. "Kau tadi bertanya soal kesukaan ku bukan?" tatapnya.
Seketika Alandra terdiam dan menoleh. "Uh, iya... Apa kau tak memiliki kesukaan? Karena kau tidak menjawab tadi."
"Kesukaan seperti apa yang harus aku sebutkan untuk mu?" tatap Lex Luthor yang dari tadi menggunakan wajah datar.
". . . Mungkin seperti hewan dan yang lain nya."
"Hewan yah.... Aku mungkin suka kucing."
Mendengar itu, Alandra langsung ingat pada kucing putih manis yang ia lihat di media sosial kemarin ketika di kereta.
"Kucing?"
"Ya begitulah."
"Kenapa kau berpikir kucing akan menjadi hewan kesukaan mu?" tatap Alandra.
Lalu Lex Luthor tampak terdiam berpikir dengan tangan tersilang dan kaki juga terbilang seperti perempuan lain.
"Hm... Aku tak yakin, banyak orang bilang itu lucu, manis dan juga dapat meningkatkan mood, banyak yang bilang, kucing juga hewan yang dapat menemani dalam sedih. Sangat cantik, menggoda dan menawan," kata Lex Luthor.
Dia tak sadar, mendengar kata kata itu, Alandra menjadi terbawa perkataan itu dan berpikir bahwa Lex Luthor sendiri adalah kucing yang baru saja ia deskripsi kan sendiri.
"(Dia mengatakan nya seolah sedang memperkenalkan dirinya yang manis.) Lalu.... Kalau begitu, apa dirimu juga harus di sebut kucing yang manis?" tatap Alandra sangat dekat.
Lex Luthor menjadi terdiam menatap itu, matanya membesar dan itu membuat Alandra terkejut, ia memalingkan kepalanya dan menatap ke arah lain. "Ma... Maafkan aku."
Lex Luthor masih terdiam, ia lalu tersenyum kecil dan membayangkan pupil mata milik Alandra yang berwarna hitam sangat hitam gelap.
"Sebut saja istilah apapun untukku," kata Lex Luthor membuat Alandra menoleh padanya dengan bingung.
"Kau ingin menganggap ku apa terserah, tapi yang pasti... Aku bukan kucing yang tampak manis di mata orang lain."
". . . Kau manis, semua orang pasti menilai begitu."
"Pft... Haha, itu sudah banyak aku dengar, tapi nada yang aku rasakan agak beda dari banyak orang lain," kata Lex Luthor.
Ia kembali mengingat, masa masa dia menampakan diri pada para gangster yang akhirnya dia habisi. Mereka mengatakan hal yang sama. "Gadis manis, sangat cantik, kemarilah dan kami akan bawa ke ranjang," dengan nada yang sangat aneh dan tak lembut sama sekali.
"(Nadanya benar benar berbeda... Dia mengatakan kata yang sama tapi nada nya sangat lah enak di dengar,)" pikir kembali Lex Luthor menatap mata Alandra yang juga menatap nya.
"(Dia menatap ku sangat lama... Apa yang dia pikirkan ketika melihat mataku?)" Alandra menjadi merasakan jantung nya berdegup dengan sangat cepat ketika Lex Luthor benar benar menatap nya.
"Lex Luthor.... Kau... Seperti Kucing putih yang cantik," kata Alandra tapi suasana terdiam dan Lex Luthor juga terdiam.
Dia seperti memikirkan sesuatu. "(Apa yang baru saja dia bicarakan? Kenapa kalimat nya.... Langsung masuk ke telinga ku?)" ia terpaku, namun ia menggeleng dan kembali memasang wajah datar.
"Terserah jika kau ingin tahu apa soal aku... Cari tahulah sendiri, ini semua hanyalah sebatas kau yang puas bukan, lakukan sesuka mu," Lex Luthor menambah dengan dingin lalu berdiri dan berjalan pergi setelah kereta berhenti di stasiun.
"Tu... Tunggu Lex Luthor," Alandra mengejarnya sampai keluar. Tapi Lex Luthor hanya tetap berjalan tak mempedulikan nya. Hingga Alandra menahan lengan Lex Luthor.
"Apa maumu?" tatap Lex Luthor dengan tatapan agak kesal dan terganggu oleh Alandra.
Tapi Alandra berwajah terkejut ketika ia memegang lengan Lex Luthor. Tangan nya yang besar memegang lengan Lex Luthor yang manis untuknya, itu kenyal dan sangat lembut.
"(Lengan nya sangat lembut dan hangat, apa ini benar benar tangan perempuan?)" ia terdiam tapi Lex Luthor juga terdiam menatap tangan Alandra, dia berpikir lain.
"(Tangan nya sangat dingin? Tunggu, apa yang kupikir kan sialan...) Hei...!" Lex Luthor menatap dingin membuat Alandra tersadar dan melepas tangan nya.
"Maafkan aku... Aku hanya ingin bilang... Apa kita bisa bertemu lagi?"
". . . Entahlah... Aku tak bisa membuat janji, tinggal tunggu saja," Lex Luthor membalas sambil berbalik akan pergi.
"Bagaimana jika aku menganggapmu sebagai kucing putih," kata Alandra membuat Lex Luthor berhenti berjalan. Ia menoleh dengan alis satu terangkat.
". . . Kau bilang bahwa aku boleh menganggap mu seperti dengan apa yang aku inginkan, dan kau suka pada kucing, kau manis seperti mereka jadi bisa aku panggil kamu kucing putih?" tatap Alandra.
Lex Luthor terdiam dingin dan masih terdiam tak membalas.
"Shiro Neko atau kucing putih sangat cocok untuk julukan mu," Alandra menambah. Ia menunggu jawaban pasti dari Lex Luthor.
"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Lex Luthor dengan nada yang diam, dia merubah nada nya menjadi sunyi, tidak kesal maupun dingin.
"Karena tampilanmu, rambutmu putih lembut dengan mata biru milikmu dan kulit putih porselin mu."
Lalu Lex Luthor terdiam melihat rambut Alandra yang berwarna hitam dan mata Alandra yang juga berwarna dominan hitam.
"Baiklah... Kau bisa memanggilku atau menganggap ku kucing putih untuk mu, dan aku... Akan menganggap mu Kucing hitam ku," kata nya membuat Alandra terkejut. Lalu Lex Luthor berjalan pergi.
"(Itu tadi!!)" Alandra masih tidak percaya apa yang terjadi dan bahkan yang ia dengar tadi. Ia terdiam dengan pupil mata membesar tanpa arah.
"(Apa dia baru saja menganggap ku kucing hitam?)" pikirnya sekali lagi. Lalu memegang kepala atasnya sendiri merasakan rambutnya yang berwarna hitam itu. Alandra sepertinya sudah tertarik dengan Lex Luthor bahkan saat pertama kali bertemu. Rupanya benar apa yang dikatakan banyak wanita saat itu, selera Alandra berbeda. Tapi yang pasti, cinta tak akan memandang selera yang berbeda maupun sama, bahkan juga tidak akan memandang perbedaan yang cukup sangat jauh.
Sementara itu, Lex luthor terus berjalan dengan wajah serius. "(Siapa lelaki itu, kenapa dia seperti mengatakan sesuatu yang tulus padaku, haruskah aku mempercayai nya, atau malah tidak... Selama ini, banyak yang sama tapi kenapa ketika dia mengatakan banyak kalimat tadi, rasanya sungguh berbeda.... Dia langsung mengatakan inti mengapa kita bertemu lagi dan aku benat benar tidak mengerti, sudahlah... Itu menjengkelkan dan sangat membosankan,)" dia lebih memilih melupakan itu dan berjalan pergi tanpa mengingat apapun tadi, wajah nya memang sudah menunjukan tak peduli dari tadi.
Padahal Alandra sudah mengira bahwa dirinya sendiri tertarik pada Lex Luthor, dia yang sebelumnya tak pernah menjalin hubungan dengan wanita kini memilih gadis yang di bilang berbeda dari kebanyakan gadis.