webnovel

Chapter 5 Nomor Ponsel

(Tokyo, 30 November)

Hari ini Lex Luthor berjalan ke pasar kota. Di sana sangat bersih dan ramai akan wanita paruh baya maupun ibu rumah tangga.

Sebenarnya Lex Luthor sangat suka berjalan jalan. Dimana mana dia terus berjalan bahkan termasuk ke dalam pasar kota yang pastinya masih bisa di bilang bersih.

"(Suasana di sini memanglah tenang untuk sebagian orang, banyak yang menjual sesuatu dan membeli sesuatu, terjadilah interaksi di sini, mereka akan berinteraksi tanpa adanya kejahatan terjadi, sebelum aku kemari. Jalanan ini penuh dengan mayat berceceran, barang mereka tumpah dan banyak darah di sana, begitu sudah mendengar itu pastinya tahu, bahwa itu di sebab kan oleh banyak nya gangster payah.)"

Dia hari ini juga memakai celana pendek levis berwarna biru dengan kedua pahanya yang benar benar terlihat putih. menggunakan kaus pendek putih dan jaket biru muda.

"Terlihat sangat cantik," semua orang menatap nya dengan terkagum.

Lex Luthor hanya terdiam lalu berhenti di toko es krim.

"Yo nona manis... Kau kembali lagi?" tatap penjual sepertinya dia sudah terlalu ingat padanya karena mungkin Lex Luthor selalu membeli di sana.

"Kau ingat padaku?" tatap Lex Luthor dengan tatapan bingung.

"Tentu, kau nona manis yang sering kemari bukan... Ini dia es krim nya," dia memberikan es krim vanila untuknya.

"Vanila?... Kau tahu....?"

"Ya... Karena nona manis juga selalu membeli rasa ini," kata penjual. Meskipun bingung dengan tatapan polosnya, Lex Luthor menerimanya.

"Terima kasih," dia akan membayar tapi penjual menolak nya dengan tangannya membuat Lex Luthor bingung.

"Itu gratis untukmu nona.. Karena kau manis."

"(Ini aneh... Tapi ya sudah,)" Lex Luthor mengangguk lalu berjalan pergi sambil memakan es krim nya itu.

Dia berjalan sambil memakan es krim putih batang. Dia tidak menjilat, melainkan langsung menggigit nya dengan lidahnya, orang biasa yang melihatnya pasti nya akan merasa linu.

Hingga hanya sampai 1 menit, es krim itu habis dan ia melemparnya di tempat sampah sambil berjalan.

Tapi ia kembali melihat penjual es krim, kali ini es krim yang berbentuk cone crime. Dia mampir ke sana dan lagi lagi mendapat perlakuan sama.

"Oh halo nona manis, mau rasa apa?" dia menatap.

Lex Luthor terdiam, tapi penjual itu sudah tahu duluan. "Ah aku tahu, kamu ingin vanila bukan? Aku melihat dari rambut mu... Ini untuk mu," dia memberikan es krim nya yang berwarna putih vanila.

Lex Luthor menerima nya sambil memberikan uang, tapi hal yang sama, penjual itu menolak. "Ini untuk mu saja Nona Manis... Karena kau sangat manis dan imut, sebagai syarat nya, datanglah terus," kata penjual itu.

Lex Luthor terdiam, lalu dia perlahan menerima es krim itu dan berjalan pergi.

"(Aku tidak mengerti, mengapa mereka memberikan ku es krim hanya karena wajah ku yang dikatakan mereka. Tapi sebelum nya aku tidak pernah begini, mungkin karena sebelumnya aku tak pernah datang ke tempat es krim yang memberikan ku tadi....)" ia terdiam, lalu berjalan keluar dari pasar dengan masih membawa es krim.

Sementara itu Alandra berjalan ke kampus dan ponselnya berbunyi dari pesan teman nya. Ia hanya mengabaikan nya tapi ia menjadi berhenti berjalan mengingat sesuatu.

"(Kapan aku akan bertemu dengan Lex Luthor lagi, aku ingin bertemu dengan nya hari ini, seharusnya dia bilang padaku, kapan dia bisa bertemu dengan ku.... Tapi... Kenapa aku tidak meminta nomor ponsel milik Lex Luthor?... Seharusnya aku memikirkan itu dari dulu, Semoga saja nanti bertemu agar aku bisa meminta nomor ponselnya,)" dia menatap ke ponselnya sendiri lalu menyimpan nya di saku.

Tapi saat kembali melihat depan untuk berjalan, dia menjadi terdiam lagi karena melihat Lex Luthor yang keluar dari pasar kota itu.

"Lex Luthor?!" dia menatap sambil tak percaya. "(Keinginan ku langsung terwujud!? Ini adalah yang aku harapkan tadi, bahkan aku bertanya tanya dan malah dapat jawaban terus menerus.)"

Lex Luthor terlihat berjalan santai dengan memakan es krim nya lalu ia juga tak sengaja melihat ke arah Alandra. Ia menjadi tersenyum kecil membuat Alandra terkejut. Padahal sebelumnya Lex Luthor mengabaikanya dan tidak tersenyum seperti itu.

"L... Lex Luthor," dia memberanikan diri mendekat lalu Lex Luthor berhenti berjalan dan menatapnya. Dia berhenti dan siapa sangka, dia langsung memakan es krim nya itu langsung sekali lahap dan memakan nya membuat pipi nya terlihat imut.

Alandra yang melihat itu terpaku, namun ia mencoba mengontrol diri dengan menggeleng. "(Apa yang baru saja aku pikirkan, dia sangat imut.... Dia langsung memakan nya begitu saja....)"

"Apa ini semacam takdir huh?" tatap nya membuat Alandra benar benar terdiam. "Kita bertemu lagi dan selalu begitu."

"Lex Luthor, sebenarnya aku ingin meminta nom-

Tiba tiba jam tangan Alandra berbunyi ketika ia akan mengatakan kalimat nya itu, ia melihat bahwa ia sudah terlambat ke kampus.

"Oh lihat... Ada Lelaki besar yang terlambat masuk kelas," tatap Lex Luthor dengan wajah datarnya.

"Lex Luthor bisa kau datang ke kampusku hari ini?" kata Alandra membuat Lex Luthor terdiam dan hal itu membuat Alandra menjadi tidak enak.

"Jika kau tidak mau.... Tidak apa apa."

"Tak apa... Aku akan datang," Lex Luthor menyela. Mendengar itu membuat Alandra kembali terkejut.

"Baiklah... Terima kasih... Kau sudah tahu... kampusku?"

"Belum..."

". . . Lalu kenapa kau mengatakan nya seolah olah kau tahu? Aku ada di kampus Jiang, hanya beberapa kilometer dekat sini, apa kau akan berjalan?"

"Yah begitulah... Sekarang Pergilah... Kau akan terkena hukuman nantinya jika terlambat hanya karena mengobrol dengan ku," kata Lex Luthor yang langsung berjalan pergi begitu saja.

"(Aku akan menantikan mu... Lex Luthor,)" Alandra terdiam tersenyum kecil.

Di kelas, Alandra membaca bukunya pada jam istirahat, lalu Lucky datang duduk di depannya. Dia tampak tenang, membaca bukunya dengan kedua tangan nya yang ada di atas meja memegang buku itu.

"Yo bro... Gimana, kau setuju tidak?" tatap nya yang tiba tiba bertanya seperti itu. Membuat Alandra bingung Lucky datang datang langsung bertanya itu padanya tanpa cerita. "Apa yang kau maksud?"

"Primadona sekolah itu... Bukankah dia memberikanmu surat di loker bukumu?"

"Surat apa?"

"Surat berwarna pink, surat cinta tembak," kata Lucky.

Tapi Alandra tetap terdiam dan mengabaikan pandangannya dengan membaca buku. "Aku tidak tertarik."

"A.... Apa... Bro... Di tembak sama primadona itu sesuatu yang langkah lo bro... Kenapa kau mau menyia nyiakan nya?"

"Aku sudah punya orang lain, tapi aku belum yakin dia mau atau tidak."

"Hah..... Seperti apa dia.... Cantik, seksi, kaya?"

"Dia Lex Luthor, bukankah aku sudah memberi tahumu?"

"Kau memang sudah memberitahuku tapi aku benar benar belum tahu rupa wajahnya dan kenapa kau bisa tertarik padanya, tunggu? Dia wanita? Kupikir pria...." Lucky menatap bingung.

"Kau pikir aku tertarik padanya?" Alandra menatap.

"Yah jika kau bilang begitu, aku pasti mengira kau tertarik padanya, tapi aku heran, kau yang tak pernah suka pada wanita wanita cantik di sini mungkin tertarik pada wanita yang lebih sangat cantik yang bernama Lex Luthor itu... Aku mungkin berpikir dia wanita cantik, sungguh cantik, seksi.... Haha.... Kau melihat dada nya? Berapa ukuran nya?" Lucky menatap.

". . . Aku tak pernah mempelajari hal itu... Jangan bertanya soal itu," Alandra langsung menatap dingin.

"Oh ayolah teman.... Kau harusnya tahu soal itu agar bisa mengukur seberapa besar dada wanita yang cantik..." tatap Lucky.

Tapi dia hanya diam tak mendengarkan perkataan Lucky. Lalu Alandra melihat jam di tangannya yang sudah menunjuk kan pukul 3 sore.

"Aku akan pulang duluan," dia berdiri mengambil tas nya.

"Serius? Aku ingin mengajakmu main basket," tatap Lucky.

"Aku sedang tidak bisa," balas Alandra, dia berjalan begitu saja dan dari tadi hanya memasang wajah datar dan cueknya itu.

"Haiz.... Padahal kau bilang kau akan melakukan nya kapan kapan," gumam nya dengan kecewa.

Di jalan gerbang keluar, Alandra berhenti berjalan dan terdiam karena melihat Lex Luthor benar benar berdiri di depan gerbang sedang menatap dan menunggunya di sana.

"Dia... Benar benar datang," dia menatap dengan sangat tidak percaya, dia langsung mendekat ke Lex Luthor.

"Lex luthor.... Apa kau benar benar menunggu lama?" dia melangkah mendekat.

"Tidak juga, aku baru sampai di sini, jadi ini kampus mu?" Lex Luthor menatap kampus gedung besar itu. Dengan tulisan besar yang elok. "Jiangji Campus"

"Kudengar kampus ini adalah kampus terbesar yang masuk dalam kategori kampus berpendidikan tinggi, aku benar benar ragu kau berpendidikan tinggi," Lex Luthor menatap meremehkan.

". . . Apa kau sedang meremehkan ku?"

"Yeah, karena kebanyakan lelaki hanya main game saja.... Haha bercanda, kau pasti termasuk yang menonjol di sini," tatap Lex Luthor.

"(Apa dia baru saja mengajak ku bercanda?) Apa perjalanan mu jauh, jika begitu, kau tak perlu datang seharusnya."

"Tak apa, aku hanya berpikir. Aku tahu soal kampus ini, apakah kampus ini di bangun 5 tahun yang lalu, aku dengar gedung nya di pinjamkan oleh seseorang yang paling bisa bekerja sama soal uang, kupikir kampus ini mati tapi rupanya bisa menjadi kampus besar begini," kata Lex Luthor.

Tapi wajah Alandra menjadi terdiam.

"(Kenapa ... Apa yang dia bicarakan sebenarnya?) Lex Luthor, apakah kau berbicara sesuatu seperti organisasi gelap?"

Mendengar itu, Lex Luthor terdiam dan membuang wajah dingin nya. "Bisa kita pergi sekarang?" tatap Lex Luthor dengan wajah sedikit senyuman dan kebosanan.

Tapi ada yang memanggil Alandra dari belakang membuat mereka berdua menoleh. "Alandra...!"

Rupanya seorang wanita cantik yang rupanya adalah primadona sekolah yang di bicarakan tadi. Tepatnya yang di bicarakan Alandra dengan Lucky tadi. Memang benar dia sangat cantik dan sekarang berjalan mendekat padanya. "Alandra~ Aku senang bisa bertemu dengan mu hari ini, kupikir aku tidak akan bertemu dengan mu, tapi rupanya aku melihat mu jadi aku memanggilmu," tatap nya dengan wajah manis. Tapi Alandra tak tergoda akan percikan imut itu, wajah nya hanya biasa saja.