Kami pun mengobrol kesana kemari melepas kerinduan, setelah itu kami diajak makan di luar sekalian jalan-jalan. Kami foto-foto di beberapa tempat wisata termasuk ikon Singapura yang terkenal.
Setelah puas kami pun kembali ke hotel, Om Hartono seperti biasa menginap di kamar VIP. Kamar ini ada ruang tamu, ruang makan dan dapur kecil dan tentu saja kamar utama dengan pemandangan kota Singapura, mas Deni kembali pulang sementara aku akan menemani om Hartono.
Om Hartono sudah berganti baju piyama sedang aku memakai daster. Aku sudah tahu kebiasaan dia, jadi tahu apa yang kulakukan. Pertama ia suka minum teh hangat sebelum tidur. mengatur ac agar tidak terlalu dingin, kedua ia harus minum obat penyakit jantung karena beberapa waktu lalu pernah kena serangan jantung dan menjalani operasi jadi harus di jaga benar, aku menganggapnya sebagai ayahku sendiri.
"Aku yakin kamu akan menjadi istri yang baik Renata !" pujinya dan itu bukan hal yang baru darinya aku hanya tersenyum saja.
"Andai aku masih punya anak lelaki, aku akan menjodohkannya dengan denganmu !" ujarnya lagi.
"Benarkah om, aku kan hanya wanita penghibur, masa laluku juga tidak begitu baik !" jawabku.
"Siapa perduli dengan masa lalumu ? tapi perlakuanmu, sikapmu dan kebaikanmu lah yang kullihat !" katanya sedik marah.
"Iya om maaf, andai semua bersikap seperti om ! aku bakalan bahagia !"
"Kalau ada yang membecimu, aku yakin dia bukan orang kaya yang sebenarnya ! kenapa ? karena orang yang berjuang dari bawah akan mengerti mencari uang itu susah dan akan menghargai apapun itu ! tidak menganggap harta bisa menutup matanya !" jelasnya, aku hanya tersenyum saja.
Aku memeluknya dan dia mengusap rambutku, entahlah aku merasa nyaman sekali bersamanya. Mengingatkanku dengannya seperti sikap bapa yang selalu kurindukan ketika aku masih kecil yang memelu dan melindungiku tanpa sadar aku menangis.
"Kamu belum menengok bapakmu ?" tanyanya, aku terkejut dan menggeleng mengusap air mataku aku pernah cerita tentang masa laluku kepadanya.
"Belum sempat om !" jawabku dan itu memang saat ini aku sedang banyak pekerjaanku yang menyita waktu jadi belum sempat.
"Pergilah, jangan sampai terlambat !" aku mengangkat wajahku dan mengangguk.
"Tentu om !" aku tersenyum. "Aku janji !".
"Kamu menyayangiku seperti ayahmu sendiri ! aku yakin kamu bisa dan percaya, kepadanya dan lebih baik mengurusnya dibanding kepadaku, lakukanlah eperti ini kepada bapakmu !"
"Iya om !" dia mencium rambutku. dan kami tertidur.
-------------
Keesokan harinya, aku mempersiapkan baju dan sarapan untuknya. Aku diminta olehnya untuk belajar bahasa Inggris dan memasak dan itu penting sekali buatku nanti dan aku melakukan nasehatnya. Setiap seminggu 3 kali aku belajar bahasa Inggris di sebuah tempat kursus.
Aku juga mengikuti program setara SMP dan SMU juga agar tidak ketinggalan serta meningkatkan ilmu pendidikanku yang dulu tidak bisa kulanjutkan. Tidak apa-apa hanya tamatan SMU saja, itu sudah cukup bagiku aku dan belum kepikiran untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, semuanya atas saran dari om Hartono juga.
Setelah itu menemani om Handoko jalan-jalan, ke berbagai tempat dan kembali ke hotel, sore harinya aku melihat om Hartono sedang menelpon dengan seseorang. Dan kemudian menutup telponnya.
"Kenapa sih, engga boleh orang seneng sedikit saja ! apa semua orang pada bego ! masa setiap ada masalah harus aku yang menyelesaikannya ... !" setelah itu selama 10 menit ia menggerutu. aku hanya mendengarkannya walau tak tahu apa pun tentang bisnis.
Akhirnya ia pun menelpon lagi, sementara aku mempersiapkan teh hangat dan cemilan di meja. aku duduk di depan tv yang dikecilkan agar tidak mengganggunya sambil menikmati secangkir teh.
"Renata kamu besok temani aku bertemu dengan klienku ya ?" pintanya aku hanya mengangguk.
Paginya, setelah sarapan dan lain-lain kami pun turun ke lobi. Selama kami disini ada mobil yang antar jemput kemana pun pergi, katanya sih disini om Handoko punya perusahaan juga. Jadi anak buahnya memberikan fasilitas selama disini. Kali ini ada seorang lelaki selain sopir mendampimgi kami dan itu adalah asisten dia di sini. aku diperkenalkannya dan setelah itu kami menaiki mobil ke tempat tujuan.
Asistennya duduk di depan dan aku serta om Hartono di belakang, selama perjalanan mereka berdua mengobrol tentang bisnis yang tak kumengerti. Aku hanya diam dan memperhatikan gedung dan jalanan.
Tak lama mobil memasuki sebuah gedung perkantoran, kami menaiki lift entah ke lantai berapa. Di atas kami kemudian memasuki sebuah ruangan kerja yang sangat bagus sekali dengan pemandangan yang sama bagusnya dengan di hotel. Aku diminta menunggu di ruangan itu, sementara om Hartono dan asistennya menuju ruangan lainnya.
Cukup lama juga aku menunggu, walau begitu aku di suguhi minuman oleh pegawai kantor perempuan yang menawariku minum. Karena sedikit bosan aku berjalan di sekitar ruangan ada beberapa foto yang tak ku kukenali ada juga yang kenal yaitu om Hartono sendiri.
"Hmmm ... jadi benar ya om Handoko punya perusahaan di Singapura ini !" ujarku pada diri sendiri.
Tak lama pintu terbuka untungnya aku sudah duduk kembali di sofa yang empuk, terlihatlah om Hartono dan asistennya serta seorang lelaki yang berkacamata mendampinginya. aku pun berdiri dan mereka pun datang. Aku sedikit terkejut karena lelaki yang sedang mengobrol dengan om Hartono adalah yang ku temui di pesawat tempo hari, tapi aku diam saja.
"Maaf Renata menunggu lama !" ujar om Hartono
"Engga apa-apa kok om !" jawabku sambil tersenyum.
"Oh iya, Renata kenalkan dia keponakanku, Alex namanya atau Alexander !" om Hartono memperkenalkan aku kepada lelaki itu, pria bernama Alex itu menatap tajam ke arahku sepertinya mengenaliku juga. Kami pun bersalaman, tak lama ia pun pamitan pergi.
"Dasar anak muda !" om Hartono menggeleng kepala, aku tak mengerti apa maksudnya aku hanya terdiam.
"Ah ayo Renata ! kita cari makan siang, setelah itu kita jalan-jalan ke mall !" aku hanya mengangguk mengiyakan, sebelumnya om Hartono mengobrol sebentar dengan asistennya kemudian kami pun pergi.
---------
Setelah selesai makan siang di sebuah restoran, aku diajak om Handoko ke sebuah mall elit di Singapura, disini banyak toko brand-brand terkenal dunia, aku sendiri belum pernah ke sana, walau pun pernah di ajak oleh klienku tapi ke mall yang lainnya. Harus diakui mallnya bagus dan aku kesana hanya menemani om Handoko. Awalnya sih hanya jalan-jalan dan melihat-lihat dari satu toko ke toko lainnya.
Sampai kami ke sebuah toko dimana di jual berbagai jam tangan mewah baik laki-laki atau perempuan, rupamya om Hartono hobi mengkoleksi jam tangan mahal. Setelah pilih-pilih om Handoko tertarik kepada sebuah jam tangan seharga 100 juta kalau dirupiahkan, aku tertegun. Kalau aku tentu akan dibelikan hal lain dibanding beli satu jam tangan seharga segitu kataku dalam hati.
Kemudian ia melihat jam tangan buat perempuan, aku diminta mencobannya dan meminta pendapatku tentu saja bagus. aku pikir itu hadiah untuk putrinya atau cucunya. Aku sendiri tidak berniat minta dibelikan oleh om Hartono walau aku akrab dengannya tak pernah sekalipun merayunya untuk dibelikan ini itu olehnya.
Dulu pun ia pernah membelikan ku tas yang seharga 5 juta, padahal ada dua tas lain yang harganya lebih dari tas yang kubeli, kenapa ku pilih yang itu ? karena cocok denganku, bukan karena mahal atau murahnya. yang penting sesuai dengan hatiku.
Kali ini dia meminta pendapatku dari 3 pilihan dan harga yang berbeda, karena itu berdasarkan pendapatku, aku pilih salah satunya karena terlihat pas dan cocok sesuai denganku. aku katakan itu, kalau dia pilih yang lain itu terserah, toh itu uang punyanya dia. Akhirnya om Hartono meminta di bungkus pilihanku kepada pelayan sekalian dengan yang ia beli sebelumnya.
Ternyata kantongnya berbeda, tanpa diduga ia memberikan kantong jam yang tadi kupilih.
"Ini untukmu !" ujarnya dan kita pun pergi tanpa bisa ku protes. persis waktu dulu menurut dia tidak baik menolak rezeki ketika ku menolaknya. Jam tangan itu memang tidak semahal miliknya tapi tidak bisa dianggap murah juga. Hanya 10 juta bagi orang kaya itu termasuk murah.
Tetapi itu belum seberapa, dia mengajakku berkeliling kembali ke berbagai toko di mall, Akhirnya ketika pulang alhasil tanganku penuh dengan tas belanjaan dengan berbagai barang dari jam tangan, baju, sepatu, tas, sampai parfum semua menjadi milikku. Aku tak bisa menolak semua pemberiannya itu. Kita pun kembali ke hotel.
"Renata besok kamu duluan kemabali ke Jakarta, om masih ada urusan di sini ! jangan khawatir semuanya sudah om urus semuanya, termasuk bayaran kamu juga !" ujarnya.
"Terima kasih om, atas pemberiannya ini terlalu berlebihan buatku !" kataku.
"Kamu ini aneh, orang tuh senang di beri hadiah ! tapi itulah yang kusuka darimu Renata, kamu tidak berubah sedikitpun ! tetaplah seperti itu putri !" ujarnya sambil memelukku aku membalasnya.
"Terima kasih om, aku janji tidak akan berubah sedikitpun !" jawabku.
Keesokan harinya aku kembali ke Jakarta, koperku tak muat membawa oleh-oleh karena kecil tapi om Handoko mengalihkannya ke koper miliknya, menurutnya pakai saja kalau dia tak masalah karena bisa membeli lagi, aku jadi tidak enak. bukan itu saja, ternyata yang mengantarku ke bandara adalah keponakannya yaitu Alex !
Aku terkejut dan berterima kasih, dia menjawab tidak apa-apa karena tidak bisa menolak permintaan pamannya itu, sambil menunggu pesawat dan cek in, dia membawaku untuk minum kopi disebuah gerai kopi di bandara. Aku menatapnya wajahnya ganteng, rambut ikal pendek, berkaca mata memang berwajah oriental. sayang dia baru putus dari pacarnya setelah kudengar tanpa sengaja tempo hari, aku berfikir beruntungnya yang menjadi istrinya nanti.
Aku mendengar pengumumah tentang keberangkatan pesawatku, aku berpamitan kepadanya dan kembali berterima kasih atas kesediaannya mengantarku, memang ia tidak bertanya apapun tentang hubunganku dengan pamannya. Dan aku pun masuk dan melambai tanganku kepadanya, ia membalas dan masih disitu ketika aku sudah masuk. Akhirnya akupun kembali ke tanah air Indonesia ...
Bersambung ....