Begitulah hari demi hari, begitu pun minggu dan bulan tak terasa sudah setahun aku menjadi wanita penghibur kelas atas. Klien ku bermacam-macam, rata-rata usianya 30 tahun ke atas, tak melulu seks yang mereka butuhkan ada hal lain yaitu 'mengobrol' dan 'bermain'. Ya aku sempat terkejut keinginan mereka yang bermacam-macam dan aku mulai terbiasa dengan hal itu.
Bukan karena kemampuan seks ku, tapi bagaimana aku melayani dan mengikuti keinginan mereka, kunci aku disukai pelangganku. Ada juga yang meminta aku jadi wanita simpanan mereka dengan iming-iming harta kekayaannya tapi aku tidak mau ketika aku berhasil menyenangkan mereka dan ingin lebih. Sebenarnya yang ku inginkan suatu hari nanti, aku bermimpi punya pasangan yang mengerti diriku apa adanya dan lelaki yang kubutuhkan tidak kaya juga tidak apa-apa. Tapi mimpi itu rasanya mustahil ?
Aku sekarang tidak lagi tinggal di kosan tapi pindah ke apartemen biasa, bukan yang mahal. walau tarifku sudah meningkat 10 juta sekali tidur denganku, tetap aku dapet tambahan dari klien, bisa berupa uang atau barang karena mereka merasa puas dengan pelayananku dan hasil itu sudah bersih setelah potongan. Aku tidak tahu pasti besarnya, berdasarkan mas Deni sebagai manajerku yang menawarkan diriku kepada para klien entah berapa tarifku sebenarnya. Tapi aku tidak ambil pusing tentang hal itu, uang itu cukup kugunakan membayar cicilan dan kebutuhan lain sisanya di tabung. Mimpiku yang lain adalah membuka usaha semua itu adalah untuk modalku nanti, karena ada masanya aku harus berhenti mungkin karena umur atau hal lain.
Akhir-akhir ini aku pekerjaanku lebih banyak berlibur sambil bekerja. Ada beberapa klien aku yang ingin ditemani ketika berbisnis keluar kota ataupun keluar negeri memang masih yang dekat-dekat seperti Singapura dan Malaysia. Tentu saja tarifku berbeda dengan yang biasa kulakukan di hotel misalnya atau ke kota lain di Indonesia,
--------------
Hari ini aku sedang berada di bandara dengan tujuan Singapura, ini untuk yang ketiga kalinya aku kesana dengan klien yang berbeda-beda. Mas Deni sudah berangkat duluan, dia akan menjemputku di bandara Changi Singapura yang akan memperkenalkan aku pada klien nantinya. Aku sekarang sudah berubah tapi yang positif sejak pertama kali terjun ke dunia ini sampai saat ini , yaitu aku menjadi lebih perhatian kepada kesehatan, kebersihan dan kecantikan wajah dan tubuhku, terus terang itu modal utama di pekerjaan ini.
Banyak orang terutama klienku, mengatakan dan memuji aku cantik tapi menurutku itu relatif karena ada yang lebih dariku, aku juga harus menjaga sikapku untuk tidak berlebihan bila berhadapan dengan klien. Bagiku ini hanya sebatas pekerjaan saja, bila waktunya bekerja dan setelah aku menyelesaikannya itu artinya aku sudah selesai dengan pekerjaanku maka hubunganku dengan klien berhenti
Ada satu hal yang kutanamkan dalam diriku bahwa aku bukan pelakor atau perusak hubungan suami istri ! walau pekerjaanku memang khusus untuk menyenangkan mereka. Untuk itulah aku berusaha tidak melibatkan perasaanku dengan merayunya atau pun dengan mencintainya dengan mereka di luar pekerjaanku dengan klien, aku juga akan menolak sekuat tenaga apapun bila mereka merayuku, aku tidak mau bermain-main dengan itu.
Akhirnya aku sekarang sudah duduk di dalam pesawat, duduk dekat jendela kelas bisnis yang akan membawaku ke Singapura.
"Maaf permisi mba ? kayaknya itu tempat saya deh !" tiba-tiba ada seseorang yang mengajakku berbicara, akupun melirik kesampingku ternyata ada seorang lelaki tampan memakai kacamata sedang berdiri.
"Oh ya ? maaf mas ! saya tadi diminta pramugari untuk duduk disini !" ujarku.lelaki itu menatapku.
"Boleh saya lihat tiket pesawatnya ?" tanyanya, aku pun melakukan yang dimintanya tanpa protes. Dia melihat tiketku dan setelah itu mengembalikannya padaku.
"Ya sudah saya disini !" ujarnya kemudian duduk di sebelahku dengan sedikit kecewa.
"Anu, kalau mas mau disini juga tidak apa-apa !" kataku, tapi dia menggelengkan kepala. Aku hanya terdiam.
Tiba-tiba hp berdering aku rasa bukan milikku, aku kembali melirik ke sampingku ternyata milik lelaki itu. Dia pun mengangkatnya.
"Apaan sih nelpon mulu ? udah deh, gue engga mau denger alasan elu ! mulai saat ini kita putus titik !" kemudian ditutupnya mukanya memerah, tiba-tiba dia memalingkan wajahnya dan menatapku aku pun cepat-cepat melirik ke arah jendela. Dasar pengen tahu urusan orang aja ujarku dalam hati.
Akhirnya pesawatku tinggal landas, seperti biasa setelah di atas aku berusaha untuk rileks, santai setelah membuka sabuk pengaman. Tak lama para pramugari mulai menawarkan minuman kepada para penumpang aku memilih sebotol air putih untuk melepas dahaga. Sementara lelaki yang disampingku pun minta hal sama denganku. Dia mengambil earphone entah apa yang didengarnya mungkin musik. Aku menyandarkan kepalaku dan memejamkan mataku.
Tak lama aku dibangunkan olehnya karena akan dibagikan makanan, aku sudah memilih makanan dan mengucapkan terima kasih kepada lelaki di sampingku karena telah membangunkanku.
Dan makan pun dibagikan, aku tadi hanya sarapan roti saja di rumah. Setelah selesai beristirahat kembali karena tak lama lagi pesawat akan sampai di Singapura. Kami berdua tidak banyak ngobrol tentu saja karena tidak saling kenal.
Singkat cerita, aku sampai di Singapura dan di jemput mas Deni yang sudah tiba duluan di sana. Kami menuju hotel tempat menginap mas Deni.
"Kamu istirahat disini, baru besok kita akan temui klien kamu !" ujar mas Deni aku hanya mengangguk, kamarnya cukup besar jadi kita bersebelahan. Oh iya mas Deni sudah menikah, istrinya adalah dulu mantan pekerja seperti aku sekarang jadi dia tahu profesi suaminya apa , sudah punya anak dua.
Aku istirahat sungguh melelahkan perjalanannya, aku ganti baju. Dan beristirahat tidur. Sore hari aku bangun dan mandi, mas Deni akan mengajakku makan diluar. Setelah selesai ganti baju dan kemudian kita pergi, kami mencari makanan seafood yang terkenal disini. Ketika makan mas Deni telponan dengan istrinya, kami saling kenal. Karena mas Deni sudah pernah mengajakku kerumahnya.
Istrinya cantik nama mba Esti dia orangnya baik kami menjadi akrab, mba Esti selalu memberiku banyak nasehat buatku, aku menerimanya. Sebagai sesama perempuan aku selalu curhat padanya serta menceritakan masa laluku. Aku diminta mba Esti untuk memaafkan bapakku, walau bagaimanapun dia orang tuaku satu-satunya yang kupunya, Aku terdiam memikirkan itu, semuanya benar adanya.
------------
Mungkin nanti bila sudah waktunya, aku akan mengunjungi bapak dan berusaha untuk melupakan masa laluku. Setelah makan kami kembali ke hotel. Keesokan harinya, aku telah bersiap untuk menemui klienku. Yang aku ketahui bernama om Hartono usianya 60 tahun, aku sudah pernah bertemu dengannya beberapa waktu lalu, dia adalah salah satu klien yang tidak menggunakanku untuk berhubungan seks, karena sudah impoten. Walau begitu menemaninya adalah yang paling utama, sedikit wanita seperti ku yang disukai dirinya.
Bila dia menyukainya, tak segan-segan membayar mahal dan sekaligus memberikan apapun keinginan seseorang dengan membelikan sesuatu benda yang juga mahal, sebagai klien dia termasuk cerewet, dia tidak mau disamakan dengan seorang tua yang tinggal di panti jompo dan kita seperti merawatnya bagai baby sister.
Dia lelaki yang sangat enerjik dan termasuk sopan tidak mesum, om Hartono akan menceritakan apapun yang diketahuinya tentang segala hal. Dia sudah pensiun sebagai seorang pengusaha, seluruh harta kekayaannya sudah dibagikan ke anak menantunya semua. Yang tersisa hanya miliknya sendiri, bila meninggal nanti harta itu akan disumbangkan ke yang berhak.
Aku senang bertemu dia, orangnya yang humoris dan juga romantis terhadap perempuan, ia seorang duda yang tidak menikah lagi. Baginya istrinya adalah cinta sejatinya.
Kami pun pergi kesebuah hotel bintang lima di kota Singapura, dia sudah menunggu di restoran hotel tersebut.
"Om apa kabar !" aku menyapanya seperti sudah bertemu akrab, seperti biasa om Hartono memakai pakaian yang fashionable, dari topi, jas, celana yang selalu senada, dan sepatu hitam mengkilat.
"Hallo putri cantik apa kabar !" ya, om Hartono sejak bertemu denganku selalu menyebutku sebagai putri, aku sempat protes tapi justu menurutnya itu julukan yang sebenarnya untukku.
Bersambung ...