Prolog
Saidon adalah calon putra mahkota di kerajaan Brunia. Tidak hanya memiliki tanda lahir naga di punggungnya, dia juga merupakan putra pertama Ratu Glasia. Akan tetapi tepat di hari kelahirannya Saidon di buang oleh suruhan selir Victoria yang jahat dan digantikan dengan bayi yang sudah meninggal. Sedangkan dia yang hampir saja terbunuh beruntung diselamatkan oleh seorang Mafia dan dibawa keluar negeri.
Menjadi anak angkat seorang Mafia tentu saja Saidon hidup dalam dunia hitam yang penuh kekerasan. Membunuh dan bertarung adalah hal yang biasa. Meskipun begitu dia mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari kedua orang tua angkatnya. Bahkan adik lelakinya juga menganggap Saidon sebagai kakak kandung yang sangat dihormati.
Setelah Saidon dewasa, ayah angkatnya meninggal karena ingin menyelamatkan nyawanya dari pembunuh bayaran yang dikirim selir Victoria. Ibu angkatnya juga meninggal sebab bunuh diri karena tidak kuasa menahan kematian suaminya. Tujuan Hidup Saidon kini hanyalah untuk mengurus geng Mafia dan juga menjaga adik lelakinya.
Suatu ketika rahasia mengenai jati dirinya terbongkar, setelah adik angkatnya hidup bahagia menikah dengan orang yang dicintai dia memutuskan untuk berpetualang ke negaranya sendiri dan untuk menemui orang tua kandungnya.
Saidon juga ingin balas dendam terhadap selir Victoria dan saudara tirinya yang sudah berkali-kali berniat membunuhnya hanya demi mengamankan tahtanya.
***********************************
Saidon tengah mengumpulkan semua anggota geng Mafia di Markas. Dia memberikan instruksi mengenai rencananya untuk pergi ke kerajaan Brunia.
"Ryu, kamu sebagai ketua anggota sayap kiri aku tugaskan untuk melanjutkan usaha kita dan menjaga adikku. Walapun dia tidak minat dengan dunia Mafia tapi pewaris sesungguhnya adalah Deon pasti banyak yang mengincar keselamatannya. Jadi kamu tetap harus memperlakukan dia sebagai pemimpin mafia juga sama sepertiku," perintah Saidon dengan suara yang tegas.
"Siap, Bos," jawab Ryu.
"Kenzo, dan kamu sebagai ketua sayap kanan aku tugaskan untuk pergi duluan ke kerajaan Brunia. Karena di sana penjagaan begitu ketat kamu dan bawahanmu menyamar sebagai pedagang, sopir ataupun pencari kerjaan. Jangan sampai kalian ketahuan jika kalian adalah Mafia anak buahku!" timpal Saidon dengan tatapan mata elang.
"Lalu, bagaimana dengan Anda, Bos?" tanya Kenzo tampak cemas.
"Putra mahkota yang sekarang adalah Frons, dia merupakan anak selir Victoria yang sudah memisahkan aku dengan ibuku. Dia secara diam-diam memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa tanda lahir naga di punggung siapapun yang memasuki wilayah kerajaan Brunia. Jadi aku akan melewati hutan yang langsung menuju ke kerajaan tanpa pemeriksaan," jawab Saidon tak gentar.
"Tapi, Bos. Bukankah hutan itu sangat berbahaya? Bahkan tidak ada yang berani melewatinya?" pekik Ryu khawatir.
Saidon hanya nyengir, di dunia ini sudah tidak ada hal yang membuat dirinya merasa takut. Bahkan kematian saja baginya adalah sebuah permainan. Sebab hidupnya kini hanya untuk balas dendam.
Kemudian Saidon menatap ke Dev, pemuda itu merupakan orang kepercayaan yang menjadi wakilnya jika Saidon sedang banyak urusan.
"Dev, apa kamu takut menemaniku?" tanya Saidon dengan nada meremehkan.
"Tidak, sampai ke neraka sekalipun saya siap mengabdi pada Anda, Bos," jawab Dev yang jarang bicara pada orang lain kecuali Saidon.
"Baiklah, apa kalian semua sudah paham?" teriak Saidon dengan suara keras.
"Siap, Bos," jawab mereka serentak.
"Ryu, kamu pastikan jika bawahan kelompok Kenzo masing-masing membawa uang yang cukup untuk kebutuhan. Aku percayakan masalah keuangan padamu!" timpal Saidon.
"Siap, Bos," jawab Ryu.
Walaupun perangai Saidon keras dan kejam terhadap lawan. Akan tetapi terhadap anak buahnya dia menganggap sebagai anggota keluarga. Jadi semua anak buahnya itu sangat menghormati dan setia pada Saidon sampai rela menaruhkan nyawa mereka.
"Dev, kamu siapkan dua kuda terbaik dan juga bekal makanan sekaligus uang. Jangan jadikan satu, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Karena kita melewati hutan yang lebat," perintah Saidon sebelum pergi.
"Siap, Bos," jawab Dev tak gentar.
Hari yang sudah rencanakan tiba, Saidon dan Dev menaiki kuda dan menembus lebatnya hutan untuk menuju kerajaan Brunia.
Konon ceritanya hutan tersebut merupakan hutan larangan bagi manusia untuk di jamah, sebab di sana terdapat banyak misteri gaib yang tidak bisa masuk di akal. Akan tetapi Saidon hanya menganggap hal itu sebagai dongeng pengantar tidur untuk anak.
Semakin memasuki ke dalam hutan keadaan mulai gelap, padahal waktu masih menunjukkan pukul dua siang. Apalagi kabut yang tebal menghalangi pandangan jarak jauh.
Akan tetapi Dev merupakan anak buah yang sangat cerdas, segala kebutuhan dan perlengkapan penting sudah disiapkan. Dengan memasang lampu senter berkwalitas baik maka kuda sekalipun juga bisa melihat dengan terang.
"Dev, sekarang sudah malam, sebaiknya kita tidur secara bergantian. Takutnya nanti jika ada binatang buas!" perintah Saidon.
"Iya, Bos," jawab Dev dengan cekatan mengikat tali kuda ke pohon dan segera membangun satu tenda.
Sedangkan Saidon mengumpulkan ranting kering dan membuat api unggun agar terang dan menghemat baterai lampu senter.
"Tendanya sudah siap, Bos. Silahkan Anda istirahat dulu," ucap Dev.
"Kamu duluan saja yang tidur, Dev. Nanti baru gantian aku!" jawab Saidon.
Walaupun merasa sungkan, Dev melakukan apa yang diperintahkan oleh Saidon. Sebab pemuda itu tahu jika Saidon tidak suka dibantah.
Saidon memutuskan duduk di depan tenda sambil menghangatkan diri dengan api unggun. Iseng-iseng buka ponsel tapi sama sekali tidak ada sinyal.
"Di sini banyak sekali bunga liar yang terlihat asing, entah bisa dijadikan obat atau beracun tapi sangat cantik. Pasti di sini juga banyak hewan aneh yang belum pernah aku temui, sebab hutan ini sangat jelas jarang didatangi manusia. Mungkin malah tidak ada yang berani, sebab saat siang saja keadaan seperti sore hari," batin Saidon mengamati sekitar.
Mungkin karena kelelahan, saat larut malam Dev belum bangun juga. Walaupun menjadi seorang bos tetapi Saidon juga tidak tega membangunkan anak buahnya. Diapun secara perlahan mulai menutup matanya sambil bersandar pada tas.
Akan tetapi dalam setengah sadar kuping Saidon mendengar suara jejak kaki yang mendekat, ketika membuka mata ternyata ada seekor harimau yang datang.
Saidon begitu tenang mengambil kayu yang apinya masih menyala.
"Aku hanya lewat saja, jika kamu tidak mengusikku aku juga tidak akan membunuhmu!" gertak Saidon sambil mengacungkan kayu berapi itu.
Harimau mengaung keras, membuat Dev yang tertidur nyenyak sampai terbangun kaget. Dengan lincah pemuda itu keluar sembari membidikkan senjata apinya, akan tetapi dengan cepat Saidon menghentikannya.
"Jangan, bagaimanapun juga wilayah ini milik mereka. Kita hanya tamu!" pekik Saidon.
Dev menurunkan senjatanya, sedangkan Saidon mencoba mengusir hanya dengan kayu berapi. Ternyata usahanya itu tidak sia-sia, Harimau yang gagah perkasa takut kemudian pergi.
"Barusan ini sangat menegangkan," ujar Dev bernapas lega.
"Biasa saja, cepat giliran aku yang tidur!" jawab Saidon langsung masuk ke tenda.
Dev semakin kagum, sebab dalam keadaan apapun Saidon selalu santai dan tenang.