webnovel

Menantang Maut

Pagi harinya Saidon dan Dev sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali. Akan tetapi Saidon yang memiliki pendengaran tajam bisa merasakan adanya kedatangan sekelompok orang yang juga mengendarai kuda.

Saidon langsung mendekatkan kupingnya ke tanah, hanya dengan begitu dia bisa memperkirakan ada berapa banyak orang.

"Semua sudah direncanakan secara matang, tetapi rupanya pihak lawan sudah bisa memprediksi segala kemungkinan. Dev, di depan kita ada sekitar dua puluh kuda yang datang. Aku yakin jika mereka adalah suruhan Frons untuk memburuku, kita tidak boleh meremehkan. Pasti Frons akan mengirimkan pembunuh bayaran yang terbaik," ujar Saidon.

Dev sudah tidak terkejut lagi dengan Saidon yang sangat peka, selalu menemani bosnya dalam setiap pertarungan bisa tahu jika Saidon cocok mendapat gelar perang. Taktik, membaca pikiran lawan dan juga pendengaran serta penglihatan yang lebih tajam dari manusia biasa lainnya.

"Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Dev tenang.

" Aku yakin di setiap penjuru Frons sudah menyiapkan penjaga. Tetapi jika di sini yang jalanan datar, selain kalah jumlah bertarung menggunakan senjata api tentu kitalah yang dirugikan. Sebaiknya kita lewat samping saja. Di sana banyak jurang dan jalanan terjal, jadi bisa menguntungkan kita dalam pertarungan," jawab Saidon.

Tanpa pikir panjang Dev langsung melakukan sesuai perintah bosnya.

Hanya perjalanan setengah jam, Dev dan Saidon mulai bisa melihat beberapa kuda yang diikat di pohon.

"Sudah aku duga, pasti Frons mengira jika kita akan memilih jalan yang datar sehingga penjagaan diperketat di bagian sana saja. Sedangkan di sini hanya sepuluh orang. Dev kamu harus ingat ini! Pikiran setiap orang itu berbeda, jadi kelak jangan melakukan kesalahan yang sama seperti taktik Frons. Karena terkadang yang kita remehkan justru menjadi sebuah kelemahan untuk memberikan kesempatan pada lawan," ujar Saidon.

"Iya, Bos," jawab Dev mencerna baik-baik pelajaran dari bosnya.

"Dev, kita taruh kuda di sini. Setelah itu kita maju ke depan dan menembak mereka satu persatu. Karena ini gelap jadi sebisa mungkin tubuh kita bertindak dibalik pohon!" perintah Saidon.

Keduanya langsung menyembunyikan kuda secara jarak jauh, takut jika terkena peluru nyasar. Setelah itu mereka berjalan ke depan secara perlahan.

Setelah cukup dekat, keduanya langsung menembak secara beruntun. Suara peluru dan jeritan anak buah Frons mulai terdengar. Hanya butuh waktu sepuluh menit Saidon dan Dev sudah mampu membunuh mereka.

"Kita berhasil bos," teriak Dev senang.

"Jangan bergembira dulu! Karena jeritan mereka tadi membuat penjaga di sebelah samping mendengar dan sedang menuju ke sini. Jumlah mereka pasti lebih banyak lagi" kata Saidon memperingatkan.

"Lalu kita harus bagaimana, Bos?" tanya Dev berubah waspada.

"Kita ke arah jurang itu, di sana ada dua batu besar. Kita bisa sembunyikan kedua kuda kita. Nanti jika mereka sudah datang, kita lepaskan kuda-kuda milik anak buah yang sudah kita bunuh. Supaya mereka mengira jika jika kuda-kida itu milik kita yang sedang kabur," perintah Saidon.

"Wah, Bosku memang cerdas," decak Dev.

Tak lama setelah kedua kuda milik mereka di sembunyikan di balik batu dekat jurang, para pembunuh bayaran yang berjumlah sangat banyak mulai berdatangan.

Saidon dan Dev mulai melepaskan kuda-kuda milik pembunuh bayaran yang sudah matik tadi.

Ternyata rencana Saidon berhasil, mereka terkecoh dan saling menghentakkan kaki agar kuda mereka bisa menyusul.

Dev tersenyum lega, dengan begini mereka bisa melewati jalanan yang datar tadi. Sebab para penjaga sudah pergi.

"Dev, ayo kita berangkat sekarang mumpung mereka belum sadar!" ajak Saidon.

"Siap, Bos," jawab Dev bersemangat.

Peperangan tidak hanya ditentukan oleh jumlah, melainkan taktik yang jitu bisa menghasilkan kemenangan. Seperti Saidon yang hanya membawa anak buah satu tapi mampu mengalahkan pembunuh bayaran yang memiliki jumlah berlipat-lipat.

"Dev hati-hatilah, sebab jurang di samping kita sepertinya sangat dalam!" ucap Saidon memperingatkan.

Tapi belum sempat Dev menjawab iya, kudanya hilang kendali dan menabrak tubuh Dev sampai terhempas ke jurang.

"Ah..." teriak Dev.

Saidon langsung mengambil senter dan melihat ke bawah, untung saja Dev tersangkut di bebatuan yang hanya berjarak 5 meter dari atas.

"Dev, kamu jangan bergerak. Aku akan segera mengulurkan tali kepadamu!" teriak Saidon khawatir.

Saidon segera mengambil tali tambang dan mengikatkan ke pepohonan sekitar, tapi baru saja dia mau mengulurkan tali tersebut, terdengar bunyi retakan batu yang dipijak oleh Dev. Saidon langsung terjun dan menangkap tangan Dev, terlambat satu detik saja mungkin Dev sudah terjatuh bersama bebatuan ke dasar jurang.

Senter yang berada dalam pegangan Saidon tadi sudah terjatuh saat tangannya yang satu memegang tali sedangakan yang satunya memegang lengan tangan Dev.

Akan tetapi dalam keadaan seperti itu sangat sulit bagi Saidon untuk menarik diri sendiri ke atas menggunakan tangan satu.

"Bos, lepaskan aku! Kamu harus hidup dan rebut kembali tahtamu!" teriak Dev.

"Diam! Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah melepaskanmu!" teriak Saidon dengan suara yang menggelegar.

Saidon mencoba menggunakan kakinya untuk melihat apakah ada bebatuan yang bisa untuk berpijak. Tapi ternyata bebatuannya sangat rapuh, mungkin karena banyak lumut yang selama bertahun-tahun menempel.

"Dev, kamu panjat tubuhku biar bisa naik ke atas!" perintah Saidon.

Dev langsung melakukan apa yang di suruh oleh bosnya, pemuda itu mengulurkan tangannya dan menarik diri agar bisa sampai sejajar dengan Saidon dan memegang tali sendiri.

"Bos, maafkan aku sudah ceroboh dan membahayakanmu," ucap Dev merasa bersalah.

"Sekarang lebih penting bagaimana kita bisa segera naik ke atas, kamu sebaiknya duluan saja!" pinta Saidon mengutamakan anak buahnya.

Dev segera naik, ke atas. Setelah itu Saidon juga menyusul.

"Kali ini kita selamat," gumam Dev kelelahan.

"Oh tidak, Dev masuk ke sela -sela batu ini bersama kudamu sekalian. Jika sendirian aku lebih mudah mengalihkan mereka," perintah Saidon bergegas naik ke kudanya.

"Bos jangan tinggalkan aku seorang diri di sini," pinta Dev khawatir dengan keselamatan bosnya.

"Kamu patuhi perintahku, jangan tinggalkan tempat ini sampa aku kembali ke sini. Karena di hutan ini tidak ada sinyal, tentu akan sulit untuk kita saling menemukan jika kamu pergi!" kata Saidon langsung memacu kudanya.

Untung Dev memiliki waktu untuk membawa kudanya bersembunyi, sehingga saat mereka datang terus fokus mengejar Saidon yang memang sengaja menampakkan dirinya agar terlihat oleh lawan. Namun setelah satu kilo meter, di depan dia dikepung oleh penjaga lain. Sedangkan kembali ke belakang juga ada musuh yang banyak.

"Jalan satu-satunya untuk berkemungkinan bertahan hidup adalah aku terjun ke jurang, karena jika aku di tangkap mereka pasti tidak akan pernah membiarkan aku lepas dengan utuh," batin Saidon.

Dengan segenap keberanian, Saidon turun dari kuda dan tak lupa membawa ranselnya. Kemudian dia langsung terjun ke jurang tanpa merasa takut sedikitpun.

Next chapter