webnovel

ketindihan

kisah ini menceritakan tentang ayu seorang anak perempuan berumur 18 tahun yang memiliki sebuah kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal gaib. meskipun begitu ayu tetap menjalani kehidupannya layaknya orang normal hingga suatu hari ia dan teman-temannya berlibur di sebuah pulau dan menginap di sebuah rumah tua yang kuno.

ainunchochopie · Ciencia y ficción
Sin suficientes valoraciones
4 Chs

b.keberangkatan.

waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Tak terasa hari yang ditunggu-tunggu datang menghampiri. Ana dan nina begitu bersemangat untuk pergi berlibur apalagi liburan kali ini bisa di bilang langka untuk di dapatkan. Kapan lagi bisa berlibur bersama teman-teman seperjuangan?

Beberapa hari yang lalu. Aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah nenek karena ada suatu hal penting yang ingin ku sampaikan padanya mengenai firasatku yang tidak enak saat membaca beberapa artikel mengenai pulau yang akan kami datangi.

"yu, koe rak sah wedi. Ileng karo pengeran ndok(yu, kamu jangan takut. Ingat kamu punya tuhan)" kata nenek dengan bahasa jawanya.

"nggeh mbah. Tapi ayu kok ngeroso wedi tenan yo mbah. Sak durunge ayu gak pernah ngeroso wedi koyo ngene mbah. Mbah nduwe solusi mboten ngge ayu?(iya nek. Tapi ayu merasa sangat takut nek. Sebelumnya ayu gak pernah merasa takut seperti ini. apa mbah punya solusi buat ayu?" jawabku dengan bahasa jawa juga.

"ndok. Dungo-dungo seng mbah ajarke ojo lali di woco. Sholat ojo mbok tinggalke. Ileng yu. Ben nggon kui ono seng ngenggoni.ono penjogone dadi ojo sembrono. Toto kromone di toto. Kandani konco-koncomu. Ojo nganti gawe penjogo neng kono dadi nesu yo nduk(nduk(sebutan untuk anak perempuan). Doa-doa yang nenek ajarkan jangan lupa di baca. Sholat jangan sampai kamu tinggalkan. Ingat yu. Setiap tempat itu ada yang menempati. Ada penjaganya jadi jangan sembarangan. Tata keramanya di tata. Teman-temanmu di beri tahu. Jangan sampai penjaga di sana menjadi marah ya nduk)"

Nenek tidak memberi banyak nasehat. Hanya mengingatkan beberapa hal mendasar yang sering dilupakan. Setelah meminta restu dan do'a nenek dan orang tua aku merasa lebih tenang. Dan aku selalu ingat kata-kata kak dava, kakak laki-laki-ku. Meski dia tidak memiliki karunia seperti-ku tapi kata-katanya ada benarnya juga. Dia pernah berkata

"yu. Kalau kamu memang bisa dengan hal-hal semacam itu kakak sarankan kamu jangan sampai termakan dengan rasa takutmu karena semakin kamu takut maka mereka akan semakin mudah untuk memanfaatkanmu. Seperti halnya kamu kakak jahili dulu waktu kecil. Kalau kamu semakin takut kakak pasti semakin bersemangat untuk menjahili kamu. Ayu paham kan maksud kakak?"

Kami berangkat dari sekolah tepat pukul delapan pagi. Butuh waktu sekitar delapan jam untuk sampai. Karena terhitung lama teman-teman punya cara mereka masing-masing untuk menghilangkan kebosanan yang ada di bus. Kami bernagkat dengan menggunakan dua bus yang berisikan kurang lebih delapan puluh anak. Yang terdiri dari 35 anak laki-laki dan selebihnya anak perempuan beserta guru pendamping. Rencana yang telah di sepakati kami akan menginap selama kurang lebih lima hari di sebuah rumah besar milik warga setempat yang telah di sewa.

Saat di bus, suasana menjadi begitu unik. Berbagai macam permainan di mainkan untuk menghilangkan kebosanan. Bahkan ada yang menyanyi dan berjoget untuk sekadar menghibur.

"eh yu, aku ke belakang dulu ya. Kayaknya angga butuh aku deh." Ucap ana sambil melihat ke arah belakang.

"terus kapan baliknya?"

"mmm gak lama kok, ya udah aku tinggal dulu ya..."

"iya-iya, pasangan yang lagi romantis-romantisnya"

Tak lama setelah ana pergi tiba-tiba raka datang menghampiriku.

"hai..." sapa raka

"hai" jawabku singkat.

"kayaknya ana ngambil kursiku di samping angga. Boleh gak aku duduk disini? Yah, setidaknya sampai ana kembali ke sini." Jelasnya tak begitu panjang.

"oh gitu. Hmm, gimana ya. Ya udah deh. Sini duduk. Kasihan juga kalau pak ketua berdiri terus. Apalagi kalau di lihat-lihat si ana betah disana."

"makasih ya yu."

"iya sama-sama"

Seketika setelah obrolan itu selesai suasana di antara kami menjadi sunyi. Tidak ada obrolan, cerita ataupun canda.

Sampai akhirnya salah seorang teman kami tanpa sengaja menyenggolku yang membuatku menyenggol raka.

"maaf ka. Aku gak sengaja tadi..."

Ntah mengapa aku langsung terdiam setelah melihat raka yang menatapku dengan begitu dalam dan hangat. Tiba-tiba jantungku berdegub dengan kencang. Perasaan apa ini?

"yu? Kamu gak papa kan? Kok bengong?" tiba-tiba raka membuyarkan lamunan bodohku itu.

"i..iya. aku gak papa kok" jawabku terburu-buru.

"by the way yu. Maaf kalau aku lancang. Kamu udah punya pacar?"

"pacar? Aku? Aku punya pacar? Gak salah kamu nanyaknya? Ya jelas dong ka. Aku gak punya. Emang kenapa? Kok tiba-tiba nanyak gitu?"

"nggak. Cuman nanyak aja. Berati kan, aku masih ada kesempatan." Jawabnya dengan lirih. Namun, meski begitu aku masih bisa mendengar apa yang dia ucapkan dengan jelas.

"apa? Kesempatan apa?"

"nggak. Gak usah dipikirin. Oh iya. Jadwalnya udah kamu print kan?" tiba-tiba raka mengalihkan topik pembicaraan kami.

"oh itu. Udah dong. Udah aku bagiin juga ke masing-masing penanggung jawab tim." Jelasku pada raka.

"baguslah kalau gitu. Kamu memang bisa di andelin."

Tak terasa delapan jam telah kami tempuh. Rasa lelah dan ingin membaringkan badan terselinap di masing-masing siswa. Tapi, setelah melihat pemandang menjelang sore hari itu membuat semua rasa lelah kami hilang. Pemandangan laut dan hutan yang begitu asri membuat setiap siswa terkagum-kagum. Di saat semua orang memperhatikan lautan dan hutan yang masih sangat asri mungkin hanya aku satu-satunya orang yang memperhatikan rumah besar yang akan kami tinggali. Memang benr rumah itu besar dan lagi masih terlihat begitu bagus. Hanya saja, aku berpikir kenapa rumah yang begitu besar dan bagus itu terletak di tempat yang bisa di bilang jauh dari pemukiman warga?.

Aku melihat keadaan rumah itu dari luar. Saat teman-teman sedang sibuk mengambil gambar aku berkeliling pekarangan rumah itu sambil memeperhatikan bangunan rumah itu. Pekarang rumah itu sangat luas. Terdapat kolam renang dan juga taman bunga yang masih cantik seakan-akan memang terurus. Dan selain itu rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami beberapa waktu ke depan terdiri dari kurang lebih ada dua puluh kamar, hal itu terlihat dari jumlah jendela yang begitu banyak.

"yu. Kamu dari mana aja sih?" tanya ana dengan sewotnya.

"habis keliling na. Masuk yuk. Beres-beres biar bisa langsung istirahat malam ini setelah breafing."

"aneh. Ya udah yuk. Aku juga udah capek banget nih"

Saat pertama kali aku masuk ke dalam rumah itu ada kesan yang sulit untuk ku lupakan. Seakan akan ada banyak penghuni yang sedang menyambut kedatangan kami aku merasa ada banyak sekali hawa negatif di ruang utama itu. Selain itu, aku juga merasa ada banyak mata yang sedang mangawasi kami tapi anehnya aku tidak bisa melihat mereka.

"eh yu. Kok bengong? Nanti ketinggalan lo. Ayok. Kamar kita di atas no 9. Aku duluan ya sama nina" ucap ana sambil menarik koper miliknya.

"iya. Hati-hati"

Rumah itu sangat mewah bahkan terlalu mewah untuk di sewakan. Aku pun jadi penasaran dengan pemilik rumah itu sampai rela menyewakannya kepada siswa yang sedang mengadakan acara ahir tahun seperti kami.

Tiba-tiba, saat aku sedang mengamati poto demi poto di ruang utama dengan ukuran yang besar seseorang menepuk bahuku

"maaf."

Aku sempat kaget, ternyata hanya pelayan di rumah itu.

"iya ada apa?" jawabku sambil berusaha menghilangkan ekspresi terkejutku.

"mbak nggak langsung ke kamar?" tanya pelayan itu dengan sopannya.

"oh itu. Nanti deh kayaknya mbak. Soalnya aku masih mau lihat-lihat poto ini. unik. Oh iya, kenalkan nama saya ayu. Ayu widya ningrum. Panggil saja ayu" jawabku mencoba untuk akrab dengan pelayan yang canti itu.

"nama saya sri mbak. Sri arum. Mbak bisa panggil saya sri. Mbak cantik. Karena mbak cantik pasti orang baik ya?" tiba-tiba perkataan sri membuatku bingung.

"maksdunya mbak sri?"

"gak papa. Gak usah dipikirkan. cah ayu koyok mbak kudu ati-ati. Mergo bakal akeh seng remen. Aurane mbak ayu persis koyo ndoro laras. Sri permisi dulu mbak ayu(gak papa. Gak usah dipikirkan. Gadis cantik seperti mbak ayu harus berhati-hati. Karena akan ada banyak yang suka. Aura mbak ayu itu mirip seklai dengan ndoro laras. Sari permisi dulu mbak ayu)" sri pergi setelah tersenyum dengan aura yang berbeda. Ntah, mengapa tiba-tiba gaya bicaranya se akan-akan berubah yang membuatku menjadi merinding.

Terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca cerita ini. untuk membaca ceritaku yang lainnya kalian bisa menemukanku di NovelMe dengan nama pena"ainunchochopie" dengan 5 judul buku baru yang tentunya akan menemani hari kalian. Terima kasih

https://share.novelme.id/starShare.html?novelId=25060&chapterId=586410

terimakasih untuk para pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya tulis saya ini. mohon dukungannya supaya saya lebih bersemangat untuk menulis dan mohon saran nya untuk penulis pemula ini.terimakasih.

ainunchochopiecreators' thoughts