webnovel

Rumah sakit khusus kanker

Pak parman berjalan dengan gontay selepas mendengar penjelasan dokter wanita yang memeriksa beat.

" Bagaimana pa? " Tanya bu jeni istri pak parman yang sudah duduk di samping tempat tidur beat.

" Dimana denial ma? "

" Lagi beli makanan pa, sekalian nganter keluarganya pulang. Jadi apa kata dokter ? " Lagi bu jeni meminta penjelasan.

" Nanti ma, papa lapar. Mau nyusul deni dulu. Sayang kamu makan yang banyak ya, nanti kita pindah rumah sakit yang lebih bagus " Ucap pak parman kepada sang putri yang menatap nya sayu.

" Kenapa harus pindah pa? Beat mau pulang. Beat gak betah disini " Tolak beat.

"Papa juga mau nya gitu nak, tapi demi kebaikan beat, kita akan pindah rumah sakit siang ini. Papa keluar dulu ya " Ucap pak praman sebelum meninggalkan ruangan beat.

......

Beat pov

Saat pertama kali membuka mata, aku melihat seorang berbaju putih memeriksa tubuh ku. Ada apa ini, mengapa kepala ku sangat berat, seluruh tubuh ku rasanya lemas tak berdaya. Bau obat, sepertinya ini dirumah sakit ' batin beat.

Perlahan kupaksa kelopak mata ini terbuka, seorang dokter cantik tersenyum kepadaku, aku memegang kepala yang sedikit sakit . Aku benci bau rumah sakit " Dok " Ucap ku lirih

" Bagaimana, apa yang anda rasakan sekarang? " Tanya dokter cantik itu

" Kepala ku sakit, badan ku lemas " Ucap ku tak berdaya.

" Iya , mungkin itu akibat benturan saat anda pingsan. Karna anda sudah sadar, dan tidak ada gejala yang serius. Petugas akan memindahkan anda ke ruang perawatan biasa, baiklah jika nanti ada keluhan, anda bisa menekan tombol di atas sini untuk memanggil perawat, istirahat yang banyak ya, saya permisi dulu " Jelas dokter

Kepala ku benar benar sakit, berat sekali. Untuk menjawab dokter pun rasanya tak sanggup. Ketika hendak memejamkan mata, petugas mendorong brankar menuju ruang perawatan biasa, bisa kulihat samar samar mama yang masih mengenakan kebaya menangis mengikuti laju brankar ini, dan lagi cinta ku yang menggenggam tangan ini dari awal pintu di buka hingga sampai di ruangan yang di maksud dokter tadi.

" Beat, sayang kamu sudah sadar? " Tanya denial dengan wajah cemas nya.

Aku mengangguk pelan mendengar pertanyaannya, mama sudah tak lagi menangis. Beliau duduk di sebelah kanan ku, sedangkan denial di sebelah kiri ku. Dan di depan ku ada mama denial dan papa nya yang sibuk dengan handphone.

Mama dan papa denial pamit pulang duluan, untuk mengurus acara yang kami tinggalkan tadi, sedangkan denial membeli makanan dan minuman sembari mengantar kepergian kedua orang tuanya.

Mama mengelus pelan rambut ku, raut lelah nya sangat nampak disana. Tirai ruangan di buka, ya kami masih di ruangan IGD dan hanya sekat tirai yang menutupi tempat kami saat ini. Papa masuk dengan mata yang sedikit sembab, pandangannya sangat lelah. Papa memberi tahu jika kami akan pindah ke rumah sakit lebih bagus, tapi jujur saja aku sangat tidak menyukai aroma rumah sakit. Mengingatkan ku akan operasi pengangkatan tumor enam tahun lalu. Dan itu sedikit membuat ku trauma akan rasa sakit setelah operasi.

" Ma, beat mau pulang " Rengek ku pada mama.

Mama mengelus pelan rambut ku, aku adalah anak semata wayang kedua orang tua ku ini, mama harus menunggu lima tahun hingga ia berhasil mendapatkan diriku. Jadilah kedua orang tua ku sangat memanjakan diriku walaupun usia ku yang sudah tidak pantas dimanja.

" Nanti mama bilang sama papa ya nak, mungkin papa bisa berubah pikiran " Jelasnya yang membuat diriku tersenyum tenang.

Aku membalikkan badan ini menghadap kepada wanita yang sudah mengandungku sembilan bulan " Ma, keluarga denial gak marah kan acaranya berantakan? " Tanya ku pelan.

" Enggak lah sayang, mereka malah khawatir sama kamu, mereka sampe panik denger kamu pingsan, yang nganter kamu kesini juga sopir pribadi keluarganya denial. Udah istirahat aja, kalo beat cepet sehat kita cepet pulang, jadi papa gak maksa pindah rumah sakit " Ku anggukan ucapan mama, ya aku harus sehat biar papa tidak memaksa pindah rumah sakit.

Ku pejamkan mata ini walaupun enggan tertidur, pelan tapi pasti mata ku benar benar telelap, husapan sayang mama mengantar kepergian ku ke alam mimpi.

.....

Autor pov

Denial yang sudah menenteng dua bungkusan paper bag, keluar dari toko roti yang cukup terkenal. Dari jauh ia melihat calon mertua nya memanggil namanya. Denial berjalan mendekat ke arah pak parman.

" Den, oom mau ngomong sama kamu. Ayo kita ke kantin " Ajak pak parman, denial hanya mengangguk dan mengekori kemana pak parman mengajaknya.

Setelah memesan kopi, mereka memilih tempat duduk yang nyaman.

" Ada apa om? " Tanya denial membuka percakapan.

" Oom mau bilang masalah beat " Terang pak parman serius.

' ada apa ini, mengapa oom terlihat sangat serius ' batin denial.

" Iya oom, ada apa dengan beat? " Tanya nya lagi Sedikit cemas .

" Den , sepertinya penyakit beat lebih serius. Dokter mengatakan jika tumor yang sudah di buang enam tahun lalu muncul kembali dan berubah menjadi tumor ganas, beat akan oom pindahkan ke rumah sakit khusus kanker. Dia sangat menyayangi mu, jika kau ingin meninggalkannya tolong jangan tinggalkan saat dia baru mengetahui penyakit ini. Pergilah jika beat sudah bisa menerima kondisi nya " Pinta pak parman tulus yang memikirkan kondisi beat.

Denial terbengong dan lemas seketika mendengar penuturan calon mertuanya, ' APA!!!tunangannya menderita tumor ganas ' hanya itu yang di tangkap nya dari paparan panjang pak parman. Ia menyeka kasar air matanya. Denial lelaki tangguh yang sangat jarang mengeluarkan air mata.

" Den, oom tau kau sangat terpukul mendengar calon istri mu menderita penyakit serius. Tapi tolong jangan tinggalkan dia sekarang, itu akan menambah masa keterpurukan nya " Jelas pak parman lagi, melihat denial tidak merespon ucapannya.

Denial memandang lekat wajah pak parman " Oom, cinta denial ke beat tidak serendah itu, denial tidak akan pernah meninggalkan beat sampai kapan pun, denial juga akan berjuang demi kesembuhan beat " Ucap denial tegas.

Pak parman tersenyum lega mendengar perkataan calon menantunya, sedikit beban menguap dari pundaknya, setidaknya beat bisa menjalani masa penyembuhan tanpa harus takut kehilangan cintanya.

" Terimakasih den, oom pegang ucapan mu. Dan tolong jangan beritau beat dulu, sebelum semuanya jelas "

Denial mengangguk menyetujui ucapan calon mertuanya " Iya oom " Ucap denial setuju.

...

Beat sudah duduk di kursi roda dengan pakaian yang telah berganti, cairan infus itu tidak di lepas, hanya di berhentikan seketika. Bu jenni yang juga sudah berganti pakaian, belum mendapatkan penjelasan terkait masalah beat, sang suami berjanji akan menjelaskannya jika telah sampai di rumah sakit yang baru.

Setelah urusan admistrasi selesai, pak parman berserta istri dan denial membawa beat ke rumah sakit khusus kanker. Dalam hati pak parman berdoa semoga saja, beat tidak tau rumah sakit apa yang akan mereka kunjungi.

Asisten pak parman, membantu membuka pintu majikannya. Dan denial membantu beat turun dari mobil, sedangkan sang mama sudah siap dengan kursi roda. Perasaan beat sangat bahagia, keluarga nya sangat perhatian kepadanya.

Rumah sakit ini memang sangat bagus, bagunan modern ini sangat memanjakan mata. Beat langsung di bawa menuju ruang rawat inap. Papa memesankan kelas VVIP untuk kenyamanan beat.

Doa pak parman terkabul, beat tidak tau jika saat ini dirinya sedang berada di salah satu rumah sakit terbaik khusus kanker. Istrinya yang tau hanya terdiam, dan memandang suami dengan tatapan meminta penjelasan.

' mengapa VVIP, biasanya kelas yang tertinggi. Apa mungkin rumah sakit ini sangat mahal, ntahlah aku juga tidak ingin berlama lama disini ' ucap beat dalam hati.

Mereka memasuki kamar yang sedikit lebih kecil dari enam tahun lalu beat menginap di rumah sakit, terdapat televisi, kasur pasien, kemudian ada tempat tidur untuk keluarga, juga sofa, lemari pendingin, wastafel , dan banyak lemari penyimpanan, tak lupa toilet di dalam kamar ini.

Beat di bantu perawat berbaring di hospital bed, dan menggantung botol infus ke tiangnya.

Papa sibuk mengurus pendaftaran beat, mama sibuk mengurus barang yang di bawa dari rumah sakit yang tadi.

Hanya cintanya dengan setia menggenggam tangan mungil beat,

" Sayang, kamu mau makan apa? " Tanya denial

Tadi aku beli roti, kamu makan roti dulu ya " Sambung denial

Beat menggeleng pelan, "aku ingin istirahat, kepala ku sedikit sakit "

Denial menarik selimut menutupi hingga dada beat, ia mengusap pelan kepala calon istrinya ini.

" Sayang, mama menyusul papa dulu ya, kamu di temenin denial aja gpp kan? " Tanya mama beat yang enggan membalik badannya.

Selepas masuk ke dalam ruangan hingga sekarang, bu jeni di landa kecemasan, kekhawatiran, hingga air mata itu tak berhenti mengalir berharap apa yang di pikiran nya tidak menjadi kenyataan. Walaupun ia sudah menginjak rumah sakit yang jelas untuk penderitaan kanker.

" Iya ma " Ucap beat parau , sedikit merasa heran terhadap sang bunda. Mendengar jawaban beat, bu jeni lantas meninggalkan ruangan dan menutup pintu dengan cepat.

Terduduk lemas ia di depan pintu ruangan beat, lama.. Ia menyeka bulir kristal itu dan berusaha menepis pikiran jahatnya. Tidak dia harus meminta penjelasan terkait rumah sakit ini dan beat. Bu jeni berjalan menyusuri lorong rumah sakit, mencari sang suami yang entah sudah kemana.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Mei_Ling_7553creators' thoughts