webnovel

Diagnosa pertama

" Maaf Pak, tapi inilah kebenarannya. Dan saya mengusulkan, secepatnya bapak membawa nona beat ke rumah sakit besar , peralatan disana lebih lengkap dan tentunya tingkat kesembuhan nona lebih besar " Dokter menyerahkan hasil lab kepada pak praman.

Helaan nafas yang panjang, bulir air yang jatuh, hening. Mengapa harus putri kesayangannya " Baik dok, terimakasih. secepatnya akan saya bawa ke rumah sakit yang lebih lengkap " Lirih pak praman, mengusap kasar matanya yang berair.

Dokter menulis surat rujukan rumah sakit untuk pak praman " Ini pak, saya rujukan ke rumah sakit terbaik untuk penyakit nona beat, Bapak harus kuat, walaupun penyakit ini belum ada obatnya, tapi banyak yang selamat, selama kita tetap berusaha, berdoa, dan berserah " Jelas dokter onkologi itu.

Pak praman mendorong kursi di ruangan bercat putih itu dengan lemah " Iya sekali lagi terimakasih dok, saya permisi "

Flashback off

.......

" Papa, kenapa baru datang sekarang? " Tanya beat putri semata wayang pak praman yang sudah cantik dengan balutan kebaya putih.

Sang ayah tersenyum, mengelus kepala putrinya yang sudah berumur 24 tahun ini, sebentar lagi ia akan di pinang oleh putra sahabatnya " Papa udah dateng dari tadi, cuma ngobrol di bawah sama besan. Lagian udah di temenin mama, oh iya mana mama kamu? " Pak praman mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, namun istri tercintanya tak ada disini.

" Mama ada di atas pa, lagi dandan juga. Papa tu harusnya libur ngantor, masa beat mau tunangan masih masuk kantor " Protes beat yang mendengar pak praman masih sempet ngantor di hari spesialnya.

Pak praman tertawa kecil, astaga putri ku sudah besar tapi masih manja " Papa tadi cuma tanda tangan sebentar beat, bu nisa kan lagi hamil besar. Kasihan kalo di suruh kesini, ntar bolak balik, acaranya juga belum mulai. Papa cari mama dulu ya, nanti papa suruh denial kesini " Ucap pak praman. Di balas anggukan oleh sang putri.

...

Denial pov.

Denial sudah berdiri di depan pintu ruang rias beat, walaupun sudah tiga tahun bersama rasa rindu dengan pujaan hatinya itu menyergap nya setiap jam. Ia membuka pintu dengan perlahan.

Denial membulatkan matanya melihat darah keluar dari hidung kekasihnya itu " Beat, astaga kamu kenapa sayang?, kamu kenapa? ,kenapa kamu berdarah gini? " Dengan cepat denial membaringkan beat dan mengelap darah di hidung itu menggunakan tisu.

" Aku ga apa apa sayang, mungkin karna terlalu gugup jadinya mimisan " Jelas beat tersenyum

" Aku juga gugup beat, tapi gak gini. Kita ke dokter aja ya? " Pinta denial dengan wajah yang sangat cemas.

Beat mengambil alih mengelap darah di hidung nya " Ini bentar lagi hilang sayang, nih gak ada lagi kan. Sudah kamu gak usah cemas kayak gitu, satu jam lagi acara tunangan kita, ayo kita siap siap " Beat membuang semua tisu bekas darah hidung nya. Dan berjalan ke arah meja rias.

Denial menarik tangan beat " Sayang, udah berapa kali kamu mimisan kayak gini? "

Beat menoleh " Ini yang ke dua, kenapa kamu kayak gini. Temen di kantor juga pernah mimisan, kamu gak usah cemas kayak gitu. Aku pernah nyari di google katanya wajar kalo kita kecapean atau kepanasan. Udah gpp sayang " Beat mengusap tangan calon tunangannya itu.

Denial melotot " Yang kedua "

" Iya, yang pertama waktu di tempat kerja, hari itu aku lembur sampe malem. Mungkin karna kecapean. " Jelas beat santai.

Denial menoleh dan menggenggam kedua tangan beat " Besok kita periksa ke dokter ya, cek kesehatan, aku mohon "

Beat sangat menyayangi denial, ia hanya bisa mengangguk pasrah akan permintaan kekasihnya ini.

.....

Prosesi tukar cincin antara beatrisa carolla dan denial coline ini di hadiri banyak rekan bisnis dari kedua keluarga besar, walaupun pernikahan bisnis namun mereka memang sepasang kekasih yang saling mencintai.

Denial tersenyum bahagia, aku beruntung bisa memenangkan hati mu beat, kau wanita yang sangat sempurna. Ia menyematkan cincin berlian itu di jari manis tunangannya.

Beat melihat mata tunangannya penuh dengan cinta, ia sangat bersyukur bisa mengenal sosok hangat denial. Ketika beat memasangkan cincin di tangan denial, pandangannya buram, kepalanya pusing. Cincin yang di pegangnya terjatuh dan tak lama ia pingsan.

" BEAT " Teriak denial yang langsung menyambut badan sang kekasih.

" BEEEAATTT" teriak mama dan papanya dari jauh. Mendadak ruangan yang hangat itu berubah kacau, para tamu undangan mengerumuni podium melihat apa yang terjadi.

Keluarga besan menelpon supir pribadinya dan membubarkan para tamu. Beat segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

Bersimbah air mata, kedua orang tua beat dan denial ikut mendorong brankar yang menyambut mereka saat tiba di depan IGD. Dokter meminta mereka untuk tinggal di depan pintu ruangan, selagi para dokter memeriksa kondisi pasien.

" Bagaimana, apa yang terjadi? " Tanya pak jordi, papa dari denial.

Denial menggeleng, mama beat menangis di kursi depan ruang pemeriksaan.

Pak praman mendekati calon besannya yang juga sahabatnya " Maaf di, acara nya jadi kacau. Beat lagi di periksa " Ucapnya lemah.

Pak jordi mengusap punggung sahabatnya " Kamu jangan bahas acaranya man, asisten ku sudah membereskannya. Sekarang kamu harus tenang, berdoa " Jelas pak jordi menguatkan.

Sedangkan mama denial sudah memeluk besan wanitanya yang menangis sejak beat pingsan sampai sekarang.

Pintu ruangan beat di buka dari dalam, keluar seorang dokter wanita " Bagaimana dok? " Tanya pak praman.

" Sekarang pasien sudah siuman, dan akan kita pindahkan ke ruang perawatan biasa. Salah satu anggota keluarga nya boleh ikut saya, saya akan menjelaskan kondisi pasien " Terang dokter

Denial ingin menyela, tapi pak jordi memegang pundak putra nya.

" Saya adalah orang tuanya, dokter bisa menjelaskannya disini " Jawab pak praman.

" Maaf pak, saya akan menjelaskannya di ruangan saya. Bapak bisa menjelaskan nanti kepada keluarga bapak, mari pak " Ajak dokter.

Pak praman menoleh ke arah sang istri, dan calon mantunya kemudian besannya. Mereka semua mengangguk setuju. Lalu ia mengikuti arahan dokter.

Pak praman memasuki ruangan bercat putih, tiga kali empat meter itu. Dokter mempersilakan pak praman duduk di depan mejanya.

" Sudah berapa lama pasien mengalami pingsan mendadak seperti ini pak? "

" Saya baru pertama melihatnya dok " Jawab pak praman.

" Baiklah, apakah ada keluhan lain dari pasien sebelum pingsan pak? "

" beat sempat mimisan dok" Terang pak praman.

Dokter mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan " Begini pak, mengenai penyakit anak bapak, saya mengambil sample darahnya dan menemukan sedikit kejanggalan. Kita membutuhkan pemeriksaan berlanjut, saya tidak bisa mendiagnosa sembarangan karna penyakit ini sepertinya serius. Apakah anak bapak ada penyakit lain sebelumnya? "

Pak praman terdiam " Dulu pernah ada tumor di bagian leher nya dok, tapi tumor itu sudah di angkat karna dokter sebelumnya bilang jika itu adalah tumor jinak dan tidak berbahaya, tapi ini sudah tahun ke enam semenjak kejadian itu " Jelas pak praman.

" Baiklah, karna pasien memiliki riwayat penyakit seperti itu. Saya harap bapak bersabar, sepertinya tumor itu kembali dan berubah ganas. Tapi ini hanya perkiraan saya saja, lebih baik kita melakukan pemeriksaan lebih lanjut, saya menyarankan untuk di CT scan atau PET scan di rumah sakit besar. Karna fasilitas rumah sakit ini belum lengkap " Terang dokter

Kosong dan hampa, air mata pak praman mengalir kala dokter mengatakan jika anak kesayangannya menderita penyakit yang mengenaskan itu. Rasa sakit itu sangat menusuk, apa tumor ganas.

" Anak saya baik baik saja dok, bahkan baru bulan kemarin cek kesehatannya menunjukan jika beat tidak punya penyakit apa pun, bagaimana bisa dokter bilang tumor ganas? " Pak parman sedikit menaikan suaranya dan menyeka kasar air matanya.

" Maaf pak, karna itu saya bilang untuk melakukan tes lanjutan. Saya tidak bisa mendiagnosa sembarangan, dan semoga saja perkiraan saya salah " Jelas dokter itu lagi.

" Tapi dok, anak saya sehat " Ucap pak parman tidak percaya.

" Iya pak, maaf jika berita ini mengejutkan. Tapi untuk yang lebih pasti, kita harus memeriksa nona beat untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih akurat " Ucap dokter penuh penekanan

" Baiklah dok " Lirih pak praman.

" Maaf Pak, tapi inilah kebenarannya. Dan saya mengusulkan, secepatnya bapak membawa nona beat ke rumah sakit besar , peralatan disana lebih lengkap dan tentunya tingkat kesembuhan nona lebih besar " Dokter menyerahkan hasil lab kepada pak praman.

........

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Mei_Ling_7553creators' thoughts