webnovel

Just you

Julio, seorang siswa dari sekolah SMA 1. ia hanya tinggal berdua dengan adiknya, Chelsea. Karena, Ibu mereka telah tiada, dan ayah mereka meninggalkan mereka. Julio harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi keperluan sehari-hari mereka, namun terjadi begitu banyak masalah berat mendatanginya yang membuat keluarga kecilnya terancam, ia harus berusaha lebih keras demi adiknya dan kehidupannya. Namun, apakah Julio bisa mengatasi masalahnya itu?

Sonzai · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
91 Chs

Chapter 3 [part 1]

[Chapter 3 (part 1)]

"Julio, tetap lah bersama ku... ya," suara gadis yang lembut itu membuat Julio mematung.

Di pinggiran pantai, Julio hanya menatap punggung gadis itu, Julio merasa sangat tenang saat gadis itu bersamanya.

Terdengar suara gadis itu tertawa, membuat dirinya sangat senang.

"Janji ya,Julio"

***

Julio pun terbangun karena sinar matahari pagi mengenai kelopak matanya.

"Apa itu tadi, apa... hanya sebuah mimpi?" Julio pun terdiam dan memikirkan mimpinya tadi.

"Yah mungkin itu hanya mimpi," Julio pun bangun dari tempat tidurnya.Namun, ada sesuatu yang menahan tangan kiri Julio.

"Chelsea? Sejak kapan dia—, oh iya aku ingat sekarang, karena perkataan ku kemarin, mungkin ini akibatnya," kata Julio sambil mengingat-ingat kejadian kemarin.

"Mungkin aku harus lebih hati-hati dalam bicara."

Julio pun membangunkan adiknya.

"Hey, Chelsea... ayo bangun."

"Mmmhh... 5 menit lagi."

"Hei ayo, nanti terlambat."

"Iya iya."

Chelsea pun bangun, namun kesadaran nya masih belum pulih. Akhirnya ia pun bersandar pada Julio.

"Hei cepat sadar."

Namun Chelsea masih tetap bersandar pada Julio.

Julio pun menepuk-nepuk pipi Chelsea.

"Cepatlah sadar."

"Mmmh... 5 menit lagi."

*plaakk*

Julio pun menampar Chelsea agak keras.

"Aw!… sakit tau!"

"Maaf maaf, lagian kamu susah bangunya, nanti kita terlambat loh."

Chelsea pun pergi dari kasur Julio dan keluar dari kamar Julio.

"Sepertinya… dia marah?"

***

Di ruang makan, Chelsea hanya diam sambil mengunyah makanan nya.

"C-Chelsea? Kau tidak apa-apa?"

"Jangan bicara padaku Kakak bodoh."

"Jahatnya."

"Lebih jahat siapa? Orang yang berkata bodoh kepada orang lain atau seorang Kakak yang menampar adik sendiri?" tanya Chelsea dengan sinis.

Julio pun tertawa kecil.

"Maaf maaf, lagian kamu susah bangun nya."

"Hmph!"

Chelsea pun memalingkan wajahnya.

"Ayo lah jangan marah begitu."

Chelsea masih memalingkan wajahnya sambil mengunyah makananya.

Julio pun mengambil sumpit dan mengambil sebuah telur rebus di mangkuk nya.

"Ayo jangan marah begitu," kata Julio sambil mengarahkan telur itu kepada Chelsea.

"Jangan menyuap ku dengan telur rebus."

"Yakin gak mau? Ini kesukaan mu loh."

Chelsea pun masih memalingkan wajahnya sambil sesekali melirik telur itu.

"Ya sudah, aku makan."

Julio pun mengarahkan telur itu ke mulutnya dengan perlahan, Chelsea pun melirik telur itu.

"Stop!" Chelsea pun menahan tangan Julio.

"Loh kenapa? Katanya kamu tidak mau?"

"Aku tidak bilang tidak mau kok."

Julio pun tersenyum.

"Kalau begitu buka mulut mu," Julio mengarahkan telur itu kehadapan nya.

Chelsea pun malu-malu dan memejamkan matanya.

Ia pun menyingkirkan rambut yang menutupi telinganya ke belakang telinganya sehingga membuat wajah Chelsea terlihat jelas.

Ia pun memakan telur itu perlahan dari setiap sisi nya.

"(Makan telur saja sampai seperti itu)" fikir Julio.

Akhirnya ia pun melahap habis telur rebus itu.

Julio hanya tersenyum.

Chelsea pun memegang pipi yang sudah di tampar oleh Julio.

"sakit tau!" kata Chelsea sambil memegang pipi nya.

"Iya maaf maaf, sudah cepat habis kan sarapan nya," kata Julio.

Chelsea dan Julio pun melanjutkan sarapan nya

***

Di jalan, Chelsea masih terus memegang pipi yang sudah di tampar Julio.

"Mau sampai kapan kamu memegangi pipi mu itu?" tanya Julio.

"Sampai rasa sakitnya menghilang."

"Memangnya separah itu ya?"

"Kalau Kakak mau tau, kenapa tidak menampar wajah Kakak sendiri?"

"Sinis sekali pertanyaan mu."

"Diam!"

Chelsea pun kembali marah.

Tak lama Herry pun datang menghampiri mereka sambil berlari.

"Hayoo."

Julio dan Chelsea pun terkejut.

"Uwaaaa" pekik mereka berdua

"Herry!… Seandainya aku punya penyakit jantung, pasti aku sudah tidak ada disini," kata Julio sambil memegang dada nya

"Kamu ini apa apaan sih?" tanya Chelsea.

"Hehehehe maaf maaf, oh iya Chelsea, dari tadi aku melihat kamu menegang pipi mu terus, memangnya pipimu itu kenapa?" tanya Herry.

"Ini karena Kakak memperlakukan ku dengan kasar." jawab Chelsea.

"De-Dengan kasar?" Herry pun kebingungan.

"Kakak, lain kali melakukanya jangan kasar dong, sakit tau." kata Chelsea sambil menatap Kakaknya.

"S-Sakit!?" Herry pun mulai berpikiran yang aneh-aneh.

"Iya iya, lain kali aku akan melakukanya dengan lembut." kata Julio sambil tersenyum tipis.

"H-hoi, sebenarnya apa yang kalian lakukan!?" tanya Herry yang mulai berpikiran aneh.

Chelsea dan Julio pun menatap Herry karena ia terlihat ketakutan.

"Umm... ya kemarin kami tidur bersama ja—"

"A-Apa! K-Kalian ti-tidur bersama!?" Herry pun sudah berfikiran yang aneh-aneh.

"Chelsea merasa kesakitan, meminta memperlakukanya dengan lembut, ja-jangan jangan kalian!"

*pltak*

Herry pun di jitak oleh Julio dengan keras.

"Aduh! Sakit!"

"Makanya jangan berfikiran yang aneh aneh!"

"Jadi apa yang kalian lakukan!?"

"Kami hanya tidur 1 kamar dan kami tidak melakukan apapun, Chelsea merasa kesakitan karena saat dia susah bangun aku menamparnya terlalu keras."

"Ohh begitu. Kakak macam apa kau menampar Adiknya sendiri!?"

"Diam kau!"

Herry pun menatap Chelsea yang sedang memegang kedua wajahnya.

Julio pun menengok ke belakang dan terlihat wajah Chelsea memerah.

"Me-Melakukan i-itu... D-dengan Kakak!?" Chelsea pun seperti mengigau.

Julio pun menghela nafas "Lihat apa yang kau perbuat."

"Lah kok aku?"

"Memangnya siapa yang pertama berfikiran aneh begitu!?"

"Ya aku minta maaf."

"Minta maaf lah pada Chelsea."

"Chelsea! Aku minta maaf!" kata Herry sambil memohon kepada Chelsea.

Namun Chelsea masih tidak terkendali dan terus menerus mengucapkan kata-katanya tadi.

"Uwaaa!... Chelsea cepat sadar!" kata Julio sambil menepuk-nepuk pipi Chelsea.

"Hoi bodoh, cepat bantu aku menyadarkanya!" kata Julio kepada Herry.

Julio dan Herry pun mencoba menyadarkan Chelsea sebelum ia 'terbang' jauh.

***

Di sekolah

"Chelsea kau tidak apa-apa?" tanya Julio.

"Eh?... i-iya," kata Chelsea dengan wajah yang memerah.

Julio yang melihat itu hanya bisa menghela nafas, sementara Herry hanya tersenyum.

"K-Kalau begitu... A-Aku ke kelas dulu, daah" Chelsea pun langsung berlari dengan wajah yang masih memerah.

"Sekarang bagaimana caranya agar aku bisa kembali berbicara normal denganya?" tanya Julio setelah itu menghela nafas.

"Sabar... sabar," kata Herry sambil mengusap punggung Julio.

Julio pun menatap tajam Herry.

"Ini juga gara-gara kau tau."

"Ya maaf, aku kira kalian melakukan hal itu."

"Makanya perbanyak lah berdoa agar tidak berfikir kotor terus!" Julio pun meninggalkan Herry di depan gerbang sekolah.

"H-Hoi jangan marah begitu!" Herry pun langsung menyusul Julio.

***

Di kelas, Julio hanya termenung, namun ia termenung bukan karena hal tadi, melainkan biaya sekolah yang harus ia bayar akhir bulan ini.

"Hei Julio, apa kau masih marah?" tanya Herry.

"Tidak, aku hanya memikirkan masalah ku saja."

"Oh begitu, apa kau sudah menemukan solusinya."

"Ya begitulah."

"Kalau begitu aku aka—. Eh!? Kau sudah menemukan solusinya?"

"Iya."

"Kalau begitu apa solusi untuk masalah mu ini?"

"Mungkin aku akan mencari pekerjaan sambilan."

"Oh begitu ya. Kalau begitu, apa kau sudah menemukan pekerjaan nya?"

"Belum, nanti akhir pekan akan aku cari."

"Kalau begitu aku akan membantu mu."

"Eh!? Tidak usah."

"Biarkan teman mu ini membantumu Julio."

"Tapi aku tidak mau merepotkan mu"

Herry pun tertawa.

"Kau ini. Aku tidak merasa direpotkan oleh mu kok, lagipula aku adalah teman mu sejak kecil. Sudah tugas ku untuk membantu teman terbaik ku."

Julio yang melihat Herry berbicara seperti itu hanya bisa ternganga.

"Herry..."

"Ya ada apa?"

"Kau sedang kerasukan apa!?"

Herry yang mendengar itu dari Julio langsung mencekik leher Julio.

"Bodoh! Aku ini sedang menyemangati mu, kenapa kau tidak menghargainya hah!?"

"Akh! bokhdokh (bodoh)... akhu sukhsah bekhrnakhfas! (Aku susah bernafas!) tokhlong lepakhs! (Tolong lepas)" Julio pun mencoba melepaskan cekikan Herry.

Herry pun langsung melepaskan nya, Julio pun memegangi lehernya.

"Sakit tau!" kata Julio

"Diam bodoh! Kalau bukan temanku, aku hajar kau." kata Herry sambil mengepalkan tanganya.

"Maaf maaf, terima kasih ya atas bantuanya." kata Julio.

*krrriiing!*

Bel masuk pun berbunyi dan kelas pun di mulai.

To be continue

==============================