8 Chapter 2 [part 4]

[Chapter 2 (part 4)]

Hari pun sudah mulai sore, jam menunjukkan pukul 16.35, sudah waktunya siswa SMP dan SMA untuk pulang kerumahnya masing-masing. Namun karena ada pelajaran tambahan di kelas Julio, jadinya Julio pulang jam 5 sore.

Jessica melihat Julio sedang memasukan buku kedalam tasnya, ia pun menghampiri Julio.

"Hei Julio, mau pulang bersama?" Tawar Jessica.

"Umm...tapi aku harus pergi keruangan tata usaha."

"Tidak apa-apa, aku akan menunggumu."

"Sudah tidak usah, aku juga akan lama di ruang tata usaha, lebih baik kau pulang duluan saja."

"Ohh... be-begitu ya," terlihat raut wajah Jessica yang kecewa akan jawaban Julio.

"Maaf."

"Tidak!... kau tidak perlu minta maaf. Kalau begitu aku pulang duluan, daah," Jessica pun pulang duluan dengan rasa sedikit kecewa.

"Haaaaah, aku benar-benar merasa tidak di anggap," ucap Herry yang menaruh kakinya di atas meja.

"Ya jangan salah kan aku."

"Iya iya, kalau begit mari ku antar ke ruang tata usaha," Herry pun bangun dari kursinya dan langsung merangkul Julio.

Di jalan menuju ruang tata usaha, mereka bertemu dengan Bella dan Lily.

"Hai Julio, Herry," sapa Bella dengan senyuman.

"Oh, hai Bella. Baru mau pulang ya?" tanya Herry.

"Ya begitulah, aku sudah menyelesaikan urusan pendaftaran kalian masuk eskul dan urusan osis, jadi aku baru bisa pulang sekarang," jelas Bella.

"Oh begitu. Lalu, kenapa si cebol ini masih ada disini?" tanya Herry.

"Hei kau! Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan cebol, ku hajar kau!" kata Lily sambil mengepalkan tanganya.

"Sudah-sudah. Oh ya, kalian mau kemana?" tanya Bella.

"Kami ingin ke ruang tata usaha, sebenarnya hanya aku yang harus kesana, tapi Herry memaksa ingin ikut," jawab Julio.

"Oh begitu, kalau begitu aku pulang duluan ya, sampai nanti," Bella pun berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Julio dan Herry pun lanjut pergi ke ruang tata usaha.

Di depan pintu ruang tata usaha, Julio mematung.

"Ada apa,Julio?" tanya Herry sambil memegang pundaknya.

"Tidak... tidak apa-apa," Julio pun mengetuk pintunya dan masuk kedalam ruang itu.

Terlihat seorang perempuan yang sedang duduk di kursinya sambil melihat berkas-berkasnya.

"Permisi bu," ucap Julio.

Perempuan itu pun menengok kearah Julio.

"Ah Julio, saya sudah menunggu mu daritadi," kata perempuan itu.

"Maaf saya terlambat, kelas kami mendapat pelajaran tambahan jadi kami keluar paling akhir."

"Oh begitu."

Perempuan itu pun menengok ke arah belakang Julio.

"Maaf, bila tidak ada keperluan silahkan keluar," kata perempuan itu yang di tujukan kepada Herry yang berada dekat pintu.

Herry pun langsung keluar dan menunggu Julio di luar ruangan.

"Baik langsung saja"

Perempuan itu pun membuka laptopnya dan melihat rincian biaya Julio.

"Julio, kamu tau kan sekolah akan membuat gedung baru dan memperbaiki fasilitas yang ada disini? Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya perempuan itu.

"Apakah biaya saya termasuk buku-buku baru juga?"

"Ya begitulah, kenapa kamu tidak menuruti ayahmu saja?"

"Tidak! Saya tidak mau menuruti keinginan orang itu."

"Tapi Julio, jika kamu tidak membayar segera biayamu ini, bisa-bisa kamu di keluarkan."

"Saya tau itu, tapi saya tidak pernah mau menuruti keinginan orang itu!"

"Saya mengerti keadaan keluarga mu. Ayahmu, beliau hanya akan mengirimkan uang bulanan untuk kebutuhan keseharian mu dan Adikmu, beliau tidak mau menambahkan uang bulanan mu sebelum kamu menurutinya. Ibu paham betul dengan masalah antara dirimu dengan Ayahmu, bukankah lebih baik kau hentikan semua ini dan menuruti Aya—."

"Tidak! Saya tidak pernah mau menurutinya! Meski pun ia memaksa saya, saya lebih baik berhenti bersekolah daripada menuruti orang itu!"

"Tapi Julio—."

"Maaf, saya tau ayah saya menyuruh ibu untuk membujuk saya, tapi sekali lagi saya katakan, saya tidak mau menerima keinginan orang itu!"

"Begitu ya, kalau begitu apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan hal ini?"

"Saya akan mencari solusinya, meskipun seberat apapun nanti saya tidak pernah mau menuruti keinginanya, kalau begitu saya permisi, maaf kalau saya berkata tidak sopan, permisi"

Julio pun berbalik dan berjalan keluar ruangan.

Bu Ana yang tadi berbicara dengan Julio, mengangkat tangan kiri nya yang sedari tadi memegang handphone.

Terlihat di handphone tersebut sedang menelepon seseorang.

"Sekarang anda tahu kan jawaban anak anda?" tanya Bu ana kepada orang di telepon itu.

"Ya saya mendengar semuanya, biarkan saja ia seperti itu."

"Tapi, bukan kah anda terlalu berlebihan?"

"Ini semua demi kebaikanya dan kebaikan adiknya."

"Untuk kebaikan Julio atau kebaikan diri anda sendiri?"

Bu Ana pun langsung memutuskan panggilan itu yang terlihat kesal.

"Nasibmu sungguh kurang beruntung, Julio."

***

Julio sedari tadi hanya diam, ia tidak mendengarkan pertanyaan-pertanyaan Herry.

"Hey Julio, apa kau baik-baik saja?" tanya Herry.

Julio hanya terdiam sambil menuruni tangga.

"Hey Juli—."

"Herry, aku mohon tutup mulutmu sekarang," perkataan Julio yang dingin, membuat Herry bungkam.

Julio dan Herry pun keluar dari gedung, terlihat Chelsea sedang menunggu di depan gerbang seperti biasanya.

Julio dan Herry pun menghampirinya.

"Kakak terlambat," ucap Chelsea yang sedikit marah.

"Maaf, kalau begitu ayo pulang," kata Julio dengan dinginya

"Eh, Kakak?" Chelsea pun keheranan dengan sikap Kakaknya yang tiba-tiba jadi dingin terhadap dirinya.

"Kak herry, Kak Julio kenapa?" tanya Chelsea.

"Lebih baik kau tanya sendiri nanti di rumah ya," kata Herry sambil tersenyum.

Akhirnya mereka pun pulang.

Sepanjang jalan, Julio hanya terdiam, Chelsea yang melihat Kakaknya tiba-tiba sangat dingin terhadapnya menjadi khawatir dengan keadaan Julio.

Di depan rumah Herry.

"Kalau begitu aku masuk dulu, kalian hati-hati lah di jalan" ucap Herry.

Chelsea pun tersenyum sementara Julio masih terdiam.

Julio dan Chelsea pun melanjutkan perjalananya menuju rumah mereka.

"Semoga Julio baik-baik saja," kata Herry dari balik pintunya.

Di rumah Julio, Chelsea langsung menutup dan mengunci pintu rumahnya.

"Chelsea,kenapa kau kunci pintunya?"

"Jelaskan padaku, kenapa Kakak menjadi dingin kepada ku?"

"Dingin? Aku tidak dingin."

"Jawab cepat."

Chelsea menjadi sangat menyeramkan, seakan sedang kerasukan sesuatu dan siap membunuh sesuatu.

"Chelsea tenangkan dirimu dulu."

"Bagaimana bisa aku tenang jika Kakak menjadi dingin begitu! Cepat katakan yang sebenarnya."

"Baiklah akan ku katakan, sebenarnya aku tidak mau memberitahu mu."

"Kalau begitu cepat katakan."

"Sebenarnya sekolah Kakak akan membuat gedung baru dan memperbaiki fasilitas yang rusak, karena itu biaya Kakak menjadi bertambah, sementara biaya dari orang tua kita jauh dari cukup untuk memenuhi biaya sekolah kamu sama Kakak, kalau tidak segera dibayar dengan biaya yang lain, kakak terancam di keluarkan dari sekolah

"Apa? Di kelurakan?"

"Ya begitulah, karena itu aku dari tadi hanya diam."

"Kalau begitu kita meminta tambah—."

"Tidak! Aku tidak mau meminta tambahan dari orang itu."

"Kenapa? Kalau kakak tidak membayar biaya itu, Kakak terancam di keluarkan dari sekolah."

"Walaupun begitu, Kakak tidak mau karena itu sama saja menuruti keinginan orang itu."

"Tapi kak—."

"Apa kamu memang sudah ingin menurutinya?"

"A-Apa? Tidak! Aku tidak bermaksud begi—."

"Kalau kamu memang ingin bersama Ayah, Kakak izinkan. Aku juga belum tentu bisa menjamin kehidupan mu disini nanti, lagipula yang punya masalah dengan Ayah adalah aku, kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah ku—."

Chelsea pun langsung memeluk Julio dengan erat.

"C-Chelsea?"

Terdengar suara isak tangis Chelsea.

"Hei kau kenapa?"

"Maaf... hiks... hiks... maaf aku tidak bermaksud berkata seperti itu... hiks... maaf."

Chelsea pun terus meminta maaf sambil menangis.

"Hiks... aku minta maaf, kakak jangan bicara seperti itu lagi, aku sudah bersumpah saat kepada ibu untuk selalu bersama kakak, aku minta maaf... hiks... hiks, jangan bicara seperti itu lagi."

Julio pun mengelus kepala Chelsea.

"Sudah jangan menangis, ini juga salah ku, seharusnya aku tidak perlu berlebihan bicara kepadamu soal ini, maaf ya."

Chelsea pun semakin erat memeluk Julio dan tangis nya semakin keras.

Julio hanya bisa tersenyum tipis dan mengelus kepala adiknya itu.

"(Tenang saja Chelsea, aku akan mencari solusi agar tidak ada satu diantara kita yang pergi dari rumah ini dan aku tidak akan menyerah untuk terus bertahan)"

To be continue

==============================

avataravatar
Next chapter