webnovel

Jodoh dan Takdir

menikahi kekasih sodara kembar, tentu bukan pilihan. Namun apa daya saat tuhan malah menakdirkan Adila menikah dengan kekasih sodara kembarku sendiri. Adila saat itu benar-benar terjebak dengan permintaan terakhir kakanya sendiri, begitu juga Fadhil. Alhasil Adila dan Fadhil menikah tepat di hadapan Aira di detik-detik terakhirnya menghembuskan napas terakhir. Akankah pernikahan mereka berakhir bahagia, ataukah hanya pernikahan yang bersifat sementara.

Ayyana_Haoren · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
25 Chs

bab 16. Kecewa

Layaknya dua insan di mabuk asmara, terkurung dalam satu ruangan, membuat gejolak cinta semakin memanas. Seperti halnya pelukan yang biasa menjadi pelukan yang menggairahkan.

Saat Adila menjatuhlan tubuhnya kepelukan Satya, beda halnya dengan satya yang membuat hasrat lelakinya muncul.

Ibarat kata, namanya kucing di kasih tulang pasti di lahap juga.

Satya membalas pelukan Adila, sampai pada Akhirnya kecupan mendarat di bibir Adila. Kecupan itu berubah menjadi ciuman bergairah, begitu juga dengan Adila yang membalas setiap permainan Satya.

Lengan Satyapun kini melingkar dalam tubuh Adila, dan seketika meraba setiap lekuk tubuh Adila, membuat Adila sedikit mengerang kenimatan.

Mendengar suara Adila. Nafsu birahi Satya semakin bertambah. Satya terus meraba sembari mengecup Adila.  Sampai kecupan itupun turun ke leher Adila membuat adila mend*sah . Tanpa Adila sadari Satya melucuti beberapa kancing baju Adila.

Dengan sangat cepat Satya langsung melepaskan pakaian yang dirinya kenakan, mengecup dan menindih Adila yang masih duduk di atas Sofa. Sontak saja Adila merasa kaget  dengan apa yang dilakukan Satya, yang menurutnya sudah melampaui batas.

Adila mendorong tubuh Satya dengan begitu kencang. Adila pun, langsung merapihkan bajunya kembali dan berlari Arah pintu.

"Babby tolong maafkan tidakanku barusan. Aku benar-benar tidak bisa menahan  hawa Nafsuku tadi ,"Ucap Satya mencoba menahan tangan Adila yang hendak pergi.

Namun Adila mencoba menepis tangan Satya. Dan bersikekeh untuk tetap pergi meninggalkan Satya.

"Babby, aku mohon maafkan kelakuanku yang memalukan itu, aku mohon,"Seru Satya terus memohon.

Namun Adila benar-benar tak menghiraukan ucapan Satya dan langsung berlari ke arah luar sembari menitikan air mata.

Adila benar-benar tidak menyangka Kalo Satya bakal melakukan hal kotor dan keji seperti itu.

"Aku memang mencintaimu, tapi bukan berarti aku harus menyerahkan keperawananku sekarang juga,"Gumam Adila sembari menyusuri lorong-lorong.

Adila bahkan tidak mempedulika pakaian yang dirinya kenakan, meski tanpa dia sadari, kalo dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang. Bukan karna pakaian yang dirinya kenakan, melainkan dia berlari tanpa sandal di kakinya, bahkan Tas, Ponsel, dan dompet Adila masih tertinggal di dalam apartemen Satya.

Di satu sisi, Satya langsung mengenakan kembali pakaiannya saat Adila berlari ke Arah luar dengan sigapnya Satya memakain baju dan langsung ke luar kamar. Satya terus saja mencari keberadaan Adila untuk meminta maaf, namun larinya terhenti saat lift tak kunjung terbuka.

"Sial,"pekik Satya sembari menojok sisi tembok dengan di balut Amarah.

Satya benar-benar menyesal karna emosi sesaatnya.

***

Saat Adila hendak menghentikan sebuah Taxi tiba-tiba saja mobil hitam mengkilat menyalib taxi tersebut, lalu berhenti tepat di hadapan dirinya. Dan membuka pintu depan mobil dari arah dalam.

"Fa, Fadhil,"Ujar Adila merasa Kaget.

"Kenapa masih berdiri disitu, ayo cepat masuk,"Tegas Fadhil.

Tanpa berfikir panjang Adila langsung mSuk ke dalam mobil Fadhil. Dengan Napas yang tak beraturan Adila kembali menyesuaikan napasnya itu.

Fadhil yang melihat Adila seperti kehabisan  Oksigen pun, langsung menyodorkan botol minum.

"Minumlah, tenang saja aku tidak akan meracunimu,"Tegas Fadhil.

"Bagaimana bisa kamu Ada disini,"tanya Adila karna merasa janggal.

"Jangan kepedean, aku hanya tak sengaja lewat sini setelah membeli sesuatu di Supermarket tadi. Saat aku hendak pulang tiba-tiba saja melihatmu sedang berdiri di pinggir jalan. Apa sahabatmu itu membuatmu menangis?"Tanya Fadhil karna melihat mata sembab Adila.

"Oh yah!"Lalu adila menoleh ke arah belakang, karna tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Fadhil. dan ternyata benar saja, Adila melihat beberpa kantong belanjaan dalam mobil Fadhil.

"Maafkan aku Adila, aku memasang pelacak dalam liontin yang kamu kenakan. Orang tuamu menitipkanmu padaku, begitupun dengan Aira. Tidak mungkin aku mengecewakan mereka."Gumam Fahdil dalam hati.

Kini Mobil yang Fadhil kendarai pun, melaju dengan kecepatan penuh menuju kediaman Adila.

.

.

.

.

.

.

Bersambung.