Setelah mendorong junior keluar, junior masih memegang tangan ibunya untuk menariknya keluar.
"ibu tidak bisa pergi, kaki ibu terjepit. Pergi dan cari bantuan. Ingat, cari bantuan pada orang yang kau yakin akan membantu karena terlalu membuang waktu merayu orang yang tidak ada jiwa sosialnya. Ibu percaya pada penilaianmu. Cepatlah"
Saat meninggalkan ibunya sendiri di mobil, barulah wajah tenang itu berubah khawatir. Setelah melihat arah orang lain berlari, junior mengikuti arah itu karena merasa itulah jalan keluar. Jika ia benar, di garis luar seharusnya sudah ada kepolisian atau tim pemadam kebakaran yang siap menolong.
Sambil terus menghubungi ponsel ayah dan dadinya bergantian, junior berlari ke arah semua orang berlari. Hingga sebuah panggilan masuk di ponsel ibunya.
"halo"
"junior, ini dadi. Di mana kalian" ilham diam sejenak dan mendengar keributan yang sama dengan yang ia dengar itu artinya mereka di lokasi yang sama. "oke tidak perlu di jawab, lihat ke atas dan perhatikan layar iklan lebar yang menayangkan iklan rokok L. A. dadi tepat di bawahnya"
Junior mendongak mencari iklan yang di maksud ayahnya. Sialnya adalah ia berada di posisi yang berlawanan. Kebakaran tepat di tengah dan ilham berada di posisi barat dan junior di posisi timur.
"dadi, kita berada di posisi berlawanan. Aku tepat di bawah papan Mc Donalds"
Ilham mencari tempat makan yang di maksud oleh junior dan benar saja itu tmberada di sisi yang lainnya. Tidak sulit menemukan petunjuk itu karena hanya ada satu papan nama itu di satu pusat perbelanjaan.
"tunggu dadi di situ. Dan menjauh jika kau mendengar ledakan lagi. Kau mengerti"
Ilham mengembalikan ponsel milik petugas itu setelah tahu keadaan junior, ia hanya lupa menanyakan kondisi meri tapi tebakannya adalah istrinya itu sedang dalam masalah karena bukan dia yang menjawab telfon justru junior.
Melihat ilham tiba-tiba berlari mengelilingi pusat perbelanjaan, tanpa bertanya atau tahu alasannya andre ikut berlari di belakangnya.
Di mobil, meri masih terus berusaha melepaskan kakinya yang terjepit. Sudah sangat baik bahwa hanya kepalanya yang terluka parah dan junior tak mengalami cidera setepah melihat betapa parah area di sekitarnya.
Tenaganya sudah hampir terkuras habis l. Tadinya ia akan mencoba bersabar menahan sakit hingga ada seseorang datang membantunya, tapi melihat api merambat ke daerah tak jauh di hadapannya membuat semangatnya untuk bebas dari jeratan pedal gas terlepas.
"aww, sial. Kenapa sakit sekali?" meri memegangi kakinya yang berusaha ia tarik paksa tapi lagi-lagi rasa sakit membuatnya berhenti.
Berpikir sejenak agar bisa mencari cara lain selain menyakiti diri hingga kaki terputus atau menyerah. Tidak keduanya, ia ingin solusi yang lain yang membuatnya setidaknya hanya menderita cidera yang tidak terlalu parah.
Saat ia tengah berpikir, ilham dan andre tengah berlari menuju ke tempat junior berada. Masih dengan nafas terengah-engah mereka akhirnya menemukan junior berdiri di bawah tiang reklame dengan jaket krem tebal kebesaran yang basah.
"kau baik-baik saja?" ilham memeluk junior kemudian andre beralih menggendongnya.
"di mana ibumu?" tanya andre khawatir.
Junior menunjuk satu arah dengan jarinya, di ikuti dengan tatapan ilham menuju tempat yang di tunjuk. Tepat saat telunjuk itu menunjukkan tempat yang ia maksud sebagai tempat ibunya berada, sebuah ledakan kembali terjadi di tempat itu.
Melihat tempat itu meledak membumbungkan api ke udara, junior menangis memikirkan nasib ibunya. Ilham yang tadinya setegar pegunungan es di kutub utara terasa hancur menyaksikan hal itu.
Mata yang tadinya berisi kekhawatiran kini melemah, kelam dengan air mata yang bergenang di pelupuk matanya. Andre yang melihat kejadian itu tidak kalah syok. Dia melihat bagaimana api menghancurkan tempat yang di tunjuk putranya.
Tidak menunggu izin untuk masuk, ilham melangkah masuk ke tempat kejadian melawan arah orang yang berlawanan arah. Orang-orang berlari menjauhi ledakan sedangkan ilham berjalan ke arah ledakan itu berasal.
Otak dan jantungnya seakan berhenti bekerja melihat mobil andre yang di bawa oleh meri ikut terbakar hangus di telan api. Ia hanya bisa mengenali mobil itu dari kerangka yang masih terus terbakar.
Di sisi yang lain, sebuah ambulan sudah menaikkan tubuh wanita dengan luka parah di kepala dan kakinya bersama dengan seorang pria bertubuh tegap dengan jas dokter.
"ana, tetaplah sadar" serunya.
Masih terus berusaha menjaga kesadaran meri yang terus meringis kesakitan tanpa membuka mata. Erangan kesakitan itu perlahan semakin pelan hingga akhirnya hilang.
"dokter jack, jantungnya terlalu lemah, tekanan darahnya juga menurun drastis" ujar seorang tenaga medis di dalam mobil itu.
"kepala dan kakinya yang terluka, mengapa jantungnya yang melemah" teriak jack melihat keadaan meri.
Dari diagnosanya seharusnya meri hanya mengalami cidera kaki dan kepala yang tidak terlalu parah, tapi mendengar jantungnya berhenti ia mulai memikirkan hal lain.
"sial, ini temponade perikardial. Siapkan alat suntik, kita harus mengeluarkan cairan di pembungkus jantungnya segera"
Jack melihat ke arah dada meri yang memar kemungkinan dadanya juga terbentur stir hanya meri yang tidak menyadarinya. peningkatan cairan pada kantung jantungnya tidak terlalu cepat, itulah kenapa ia masih sempat menyelamatkan junior.
Setelah memberikan spuit dan jarum pada jack, tenaga medis itu berbalik karena jack memintanya. Ia mengenal meri dan sudah pernah melihat tubuhnya lebih terbuka dari apa yang di lihatnya saat ini jadi tidak terlalu mengganggu pikirannya. Ia hanya menjaga agar tidak lebih banyak mata yang akan gila memandangi tubuh wanita di hadapannya itu.
Dengan hati-hati dokter jack membaringkan kepala meri lebih tinggi agar posisi jantungnya dekat dari rongga dada.
"dokter jack, anda ahli bedah saraf bukan ahli jantung. Tidakkah kita cukup membawanya ke rumah sakit saja?" protes pria yang sudah memandang ke arah lain itu.
"diam, aku harus berkonsentrasi. Aku bisa melakukan ini dan harus bisa jika masih ingin melihatnya bernafas"
Baju dres berwarna ungu itu sudah terbuka separuhnya menyisakan bra merah maroon. Namun tetap saja jack harus menyentuhnya untuk menghitung jumlah rusuk agar menusuk jarum tepat di kantung perikardium dan menyedot cairan itu keluar.
Yakin dengan prediksinya, jack mulai menusukkan jarum itu ke tubuh meri dan perlahan cairan keluar melalui jarum dan berakhir pada spuit di tangannya.
Enam kali melakukan hal itu berulang barulah detak jantung meri kembali terdengar pada diagram.
"dok kau berhasil" ujar asisten medis jack dengan girang.
"tetap membelakang. Aku belum selesai" jawab jack dingin. Ia kembali menutup pakaian meri namun tidak dengan jilbabnya.
Beruntung jack mengetahui bahwa andre mencarinya jadi dia berusaha kembali ke bali dan mengawasi pergerakan pria itu. Tak di sangka, ia melihat junior yang tak lain putra dokter ana yang ia kenal di izmir berada di rumah andre. Saat mengikutinya ia baru sadar bahwa wanita yang ia panggil ana selama ini tak lain adalah meri. Dan junior adalah anak kecil yang selama ini ia cari.
Saat mengikuti mobil meri setelah keluar dari rumah andre pada akhirnya ia berujung pada posisinya saat ini. Ia datang tepat waktu sebelum ledakan itu terjadi, bukan sebelum tapi tepat saat ledakan itu menyambar hingga lengannya juga harus jadi korban demi melindungi wajah meri dari jilatan api yang begitu panas.
Di lokasi kejadian, ilham merebahkan tubuhnya tak jauh dari kebakaran yang terjadi. Beberapa anggota pemadam kebakaran yang melihatnya mencoba mengevakuasi tapi ia terus saja meronta.
Berdiri di tempatnya ilham menyaksikan para pemadan kebakaran mematikan api di mobil itu. Setelah merasa seluruhnya padam, petugas itu akhirnya membiarkan ilham untuk mendekat dan memeriksa.
Ia tadinya berharap menemukan meri di mobil andre dengan cepat tapi saat ini imharapannya berbalik menjadi tidak menemukannya di mobil yang sudah menghitam karena hangus terpanggang. Perlahan ia memeriksa dan tak menemukan jasad haangus terbakar di dalam mobil itu.
Perasaannya sedikit lega melihat hal itu. Di aberlari kembali ke tempat junior dan andre menunggu.
"bagaimana meri?" tanya andre cemas
"mobilnya terbakar tapi tak ada jasad di dalamnya. Itu artinya ia berhasil keluar tepat sebelum mobil itu meledak" ilham memalingkan pandangannya pada junior. "katakan pada dadi, mengapa hanya kau yang berhasil keluar dan ibumu terjebak?"
"ibu mengatakan kakinya terjepit dan tidak bisa bergerak karena itu memintaku keluar untuk mencari bantuan"
"oke, itu artinya ada orang lain yang membantunya" ilham berujar pada dirinya sendiri. "andre, bawa junior pulang. Aku akan mencari meri di rumah sakit sekitar sini. Dia mungkin sudah di bawa ke rumah sakit sekarang"
"ibu.." junior enggan untuk pergi, ia ingin tahu kondisi ibunya.
"dadi akan membawanya pulang. Pulanglah bersama ayah lebih dulu"
Andre membawa junior menjauh dari lokasi ledakan yang sudah sepenihnya padam itu. Mereka pulang ke rumah dan hanya menunggu informasi dari ilham yang mencari keberadaan meri.