webnovel

Buntu

Lima hari berlalu begitu cepat namun tak ada petunjuk di mana keberadaan meri. Andre terpaksa harus kembali ke Indonesia untuk menjelaskan semua yang terjadi kepada keluarga meri.

Pagi itu masih menampakkan embun yang menyapu kulit dengan lembut seakan memberikan kesegaran pada setiap belaiannya. Jiwa yang gelisah berdiri di hamparan pelataran yang di penuhi manusia yang baru saja menginjakkan kakinya di pulau yang terkenal dengan tambang timahnya itu.

Andre berjalan menuju ke sebuah mobil dimana kakak iparnya sudah menantikan kehadirannya. Mereka saling bertegur sapa walau terlihat kecemasan di wajah mereka. Andre tak pernah berharap akan mengungkapkan semuanya saat istrinya bahkan tak bisa di temukan. Rasa bersalah menyelimuti perasaannya mengingat betapa cerobohnya dia yang bisa kehilangan meri di apartemennya.

Apartemen yang dulunya begitu ia rindukan saat waktu pulang kerja telah tiba, kini nampak hampa tak berpenghuni. Seakan kehidupan di dalamnya di bawa pergi bersama dengan hilangnya sang ratu di rumah itu. Betapa besar kerinduan yang membuat hati dan dadanya sesak saat menatap kamar di mana ia memeluk istri tercintanya itu.

Seluruh hidupnya runtuh saat melihat kontrol vital meri melalui ponselnya benar-benar mati. Jantungnya seakan berhenti berdetak bersama dengan berhentinya kondisi vital istrinya itu.

Merasa hancur tak berkeping, andre berharap akan ada keajaiban yang membawa meri kembali kepadanya. Bahkan jika dia harus menyerahkan setengah sisa hidupnya. Dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama istrinya, memanjakannya, menemaninya ketika berbelanja, membantu tugas kuliahnya atau sekedar menjadi pendengar setia dan tempat pelabuhan pertamanya ketika menghadapi masalah.

Cuaca pagi yang menyegarkan tak bisa menembus relung hatinya yang sudah mati. Layaknya mayat hidup, hari-harinya kosong tanpa ada perasaan. Dia hanya merasa rindu yang tak berujung dikala malam tiba dan sepi tak bertepi di kala matahari mulai menerpa wajahnya.

Rido menatap andre yang hidup namun seakan tak bernyawa. Rasa terpukul dengan kenyataan bahwa adiknya belum juga di temukan membuatnya risau. Andre berharap jasad istrinya tak pernah ditemukan, dengan begitu dia masih memiliki harapan untuk bisa melihatnya kembali.

Hanya harapan itulah yang membuatnya berani menatap hari esok. Ia masih ingin hidup untuk menantikan saat di mana istrinya itu akan pulang dan memeluknya. Tak ada yang membuatnya kuat selain janji wanitanya yang akan kembali kepadanya tak perduli berapapun lamanya. Diapun bertekad akan menunggu istrinya itu, tak perduli seminggu, sebulan, setahun atau seumur hidup. Dia hanya ingin hidup dengan harapan itu.

Dia kembali ke Indonesia bukan untuk menunjukkan rasa sedihnya kepada keluarga istrinya. Dia ingin membagi harapan yang dia miliki agar merekapun bersabar menanti waktu perjumpaan itu akan tiba. Dia ingin saat meri kembali, statusnya sebagai istri rahasianya sudah bisa ia gaungkan bersama rasa bahagianya.

Bahkan jika dia tak akan kembali, gelar nyonya andre akan tetap melekat padanya dan tak akan ada lagi setelahnya. Posisinya tak akan bisa terganti walau dengan itu dia harus tinggal menyendiri selamanya. Seumur hidupnya, dia akan tetap setia kepada satu-satunya bidadari dalam hidupnya.

"apa kau masih menunggunya?" tanya rido memecah keheningan diantara jiwa yang sudah lima hari terkubur bersama dengan hilangnya wanita yang mereka sayangi.

"dia akan kembali. Kita harus tetap menunggunya" andre menatap jalan raya dengan hiruk pikuk kota yang menebar rindu.

Kota kelahiran istrinya, kota dimana dia menemukan bidadarinya, malaikatnya bahkan kehidupannya. Dia mengingat saat dia menginjakkan kaki di kota ini dengan keresahan hati yang sama.

Kali inipun masih sama, dia resah menanti kabar mengenai wanitanya yang tak kunjung sampai di telinganya. Sudah berapa banyak relasi yang dia gunakan untuk menemukan meri, tapi semua berujung dengan kegagalan.

Dia bahkan harus meminta bantuan kepada laki-laki yang tak pernah dia harapkan untuk mendengar suara bahkan menghirup udara yang sama dengannya membuatnya ingin mati seketika. Dia berharap ayahnya akan membantunya, jika tidak bisa membuatnya bahagia dengan menebus kehidupannya yang begitu menjijikkan, setidaknya kembalikan kehidupannya yang di bawa pergi oleh istrinya kembali ke pelukannya.

Lagi-lagi hasilnya nihil. Tak ada satu petunjukpun, andre begitu yakin jika pelakunya bukan orang biasa. Dia pastilah seorang yang rapi hingga menyusun rencana dengan begitu bersih tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Dia sepertinya psikopat dengan tingkat IQ luar biasa. Di keluarganya, hanya kakaknya yang memiliki kemampuan menghapus jejak pembunuhan tanpa cela dan bersikap seperti hanya membunuh semut. Dia psikopat gila dengan ambisi yang tak bisa di bendung.

Walaupun dia terkenal kejam dan sikap dingin, andre tak pernah berfikir kakaknya mampu melakukan itu kepada istrinya karena meri adalah adik iparnya. Kakaknya begitu mencintainya, hingga tak berhenti mencari keberadaannya.

Rido yang menatap andre secara fisik hidup namun jiwanya tidak dengan pikiran kosong, melayang laksana awan di terpa angin. Raut wajahnya begitu mendung, siap menurunkan air hujan, jika hatinya yang dingin tak membekukannya.

Baru setengah tahun sejak dia melihat raut bahagia di wajah adik iparnya itu. Kini, ekspresinya 180 derajat berbeda dari hari itu.

"jika kau sebegitu yakin menunggunya, aku rasa diapun sedang berusaha keras untuk kembali" rido menepuk pundak andre sebagai bentuk dukungan darinya.

Jauh dilubuk hatinya, ridopun berharap keyakinan adik iparnya itu benar adanya. Dia akan tetap mendukungnya, menunggu hingga gadis kecilnya itu kembali. Dia harus berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan dirinya agar mampu menghadapi kenyataan nantinya tapi melihat betapa andre yakin, iapun akan melakukan hal yang sama.

Beberapa hari yang lalu, dia hanya menginginkan adiknya bisa di temukan dalam keadaan apa pun. Bahkan jika itu hanya tulang belulangnya, namun sekarang ia tak akan memikirkan hal itu lagi. Dia akan berfikir adiknya itu sedang berjuang untuk pulang dan dia akan menyambutnya.

Mereka tiba di sebuah pekarangan luas, dengan pohon bonsay tumbuh dengan indah sesuai bentuk yang di inginkan pemiliknya. Begitu indah dengan kolam ikan mas yang berada tak jauh disana.

Rumah kekasih hatinya, rumah yang seharusnya menjadi tempat dia mengucapkan ikrar yang begitu sakral. Rumah yang dipenuhi kasih sayang dari keluarga tercinta istrinya. Dia merasa berat harus melangkah masuk tanpa meri mendampinginya. Namun inilah tujuannya, tujuan kehadirannya adalah menguatkan keluarganya untuk tetap menunggu kabar gembira akan tiba.

Ibu meri menghambur ke pelukan andre saat melihat dia datang. Andre terkejut dengan pelukan itu, tapi segera menguasai dirinya.

"tolong temukan putriku" pinta ibu meri sambil menangis di pelukan andre.

Andre merasa hatinya tersayat mendengar tangis pilu ibu mertuanya, tadinya ia berharap mendapatkan kemarahan darinya dengan begitu ia akan memiliki kekuatan untuk mengatakan kebohongan yang telah dia lakukan.

"ibu, duduklah dulu. Kita akan membicarakannya" rido membimbing ibunya untuk duduk di ruang tamu bersama dengan yang lainnya.

Andre menatap mereka bergiliran, mencari kekuatan untuk bisa mengungkapkan kebenarannya.

"aku ke sini bukan hanya untuk mencari informasi mengenai meri, tapi untuk mengatakan sesuatu yang juga penting" ujar andre tenang "aku dan meri telah menikah enam bulan yang lalu. Maaf karena merahasiakan hal sebesar ini"

Ayah dan ibu meri terkejut mendengar pengakuan dari andre yang ternyata sudah menjadi menantunya.

"aku tidak mempermasalahkanmu sebagai menantu. Tapi aku tidak ingin putriku memiliki hubungan atau bertemu dengan ayahmu. Itu saja dan aku tidak akan menolak pernikahan ini" ujar ayah meri.

"pah, bagaimana bisa seperti itu?" protes ibu meri.

"sayang, kita menolak sekalipun meri tetaplah istrinya, dia putri kita satu-satunya. Lihat bagaimana dia berani membohongi kita dengan kuliah di boston dan sekarang dia sudah menikah. Jika kita menentangnya lagi, aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa anak itu lakukan"

"pertama, temukan meri terlebih dahulu. Aku sangat yakin dia masih hidup. Andre, kau bisa menemukan dia waktu itu, berusahalah menemukan dia kali ini. Aku suka atau tidak dia adalah istrimu jadi bukankah kewajiban mu menjaganya. Lalu mengapa kau di sini bukannya mencarinya" ibu meri terkesan tidak menyukai kehadiran andre sebagai menantu. Dalam hati terdalamnya dia mengagumi sosok pria di depannya itu tapi tak menginginkan dia sebagai menantu. Akan lebih baik jika dia benar-benar hanya sahabat meri.

"aku akan memulai pencariannya di sini, aku sudah mencoba memulai dari amerika tapi semuanya buntu. Aku pikir, jika mereka bisa menghindar dari kejaran polisi amerika, kemungkinan mereka sudah meninggalkan amerika sejak lama. Satu-satunya tempat yang mungkin dia datangi adalah indonesia"

"aku berharap kita tidak terlambat" ujar randy menyela percakapan andre.

Mereka memulai memetakan kemungkinan dalang dari penculikan meri, rido menyebutkan nama jackob namun yang lain merasa ragu. Jackob sudah lama berada di Australia dan tidak pernah meninggalkan negaranya lagi.

Hari itu, semua kesimpulan yang di peroleh mengalami kebuntuan tanpa adanya solusi ataupun petunjuk. Itu sangat sulit karena meri adalah sosok periang dan ramah, rasanya mustahil dia memiliki musuh. Terlebih lagi dia sudah tinggal di luar negeri sejak berusia 12 tahun. Akan sangat tidak mungkin jika musuhnya adalah teman sekolah dasarnya dulu.

Terlalu banyak kenangan di rumah itu, andre memutuskan menginap di hotel untuk beberapa hari hingga menemukan suatu petunjuk dan kembali ke omaha.