webnovel

Inverse : When The Past Changes

Warn! 21+ : berisi kekerasan dan adegan sexual sesuai rating cerita. Akankah takdir berubah saat masa lalu berusaha kita ubah? Daniel Alvern Adyatama, seorang ilmuwan yang menciptakan sebuah mesin waktu bernama Chronos. Ide gilanya ini bermula saat bertemu dengan seorang gadis muda bernama Caelia Eloise yang mana sudah dinyatakan meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Gadis itu adalah korban dari sebuah kecelakaan yang menewaskan Adeeva, ibu kandung Daniel dan juga Caelia. Melihat bahwa Caelia tumbuh sehat, Daniel jadi bertanya-tanya. Hingga akhirnya, dia mempercayai sebuah mitos mengenai dunia paralel. Di sisi lain, Caelia memiliki sebuah buku peninggalan neneknya yang membahas mengenai dunia paralel dan mesin waktu. Melalui pengetahuan buku kuno tersebut, mereka menciptakan Chronos. Akankah semua berjalan semestinya? Atau justru, kehancuran melanda? ——————————- - Cerita murni pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama tokoh, alur, dan yang lainnya, maka itu terjadi secara ke tidak sengajaan -

Depaaac_ · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
117 Chs

28. Ayo Putus

28.

"Shit!" Daniel mengumpat sewaktu mendengar berita bahwa anak buahnya belum berhasil menemukan Caelia. Bahkan, jejaknya saja tidak ada. Satu-satunya hal yang mereka miliki adalah bukti CCTV yang memperlihatkan bahwa sebuah mobil dengan beberapa penumpang membawa Caelia secara paksa, membiusnya. Namun, mobil tersebut tanpa plat nomor sehingga membuat Daniel sulit melacaknya.

Tak hanya itu, polisi juga sudah mulai kehabisan akal. Mereka benar-benar tidak bisa menebak kemana perginya mobil yang membawa Caelia pergi.

Sudah hampir dua belas jam berlalu semenjak insiden penculikan itu. Daniel sudah sangat kelimpungan. Dia sepertinya nyaris gila karena merasa takut kehilangan Caelia.

"Where are you, Caeya?" gumamnya.

Daniel terlihat sangat frustasi. Berkali-kali pria itu mengacak rambutnya sendiri, nyaris gila atas kehilangan yang satu ini.

Dia harus menemukan Caelia apapun yang terjadi. Karena bagaimanapun juga, Ibunya sudah menitipkan Caelia padanya. Dan Daniel bertanggung jawab penuh atas gadis itu. Daniel tidak takut disalahkan. Dia bahkan kini sudah menyalahkan dirinya sendiri, merasa gagal menjaga Caelia. Dia gagal bertanggung jawab terhadap gadis yang dititipkan kepadanya. Terhadap seseorang yang berstatus sebagai calon istrinya.

"Daniel!" teriakan seseorang berhasil mengalihkan fokus pria bermanik coklat tersebut. Kepalanya segera menoleh kebelakang, mendapati saudara kembarnya yang kini sudah berjalan mendekat padanya.

Mata Daniel tak hanya berfokus pada Nathan, tetapi juga pada seorang perempuan dengan ekspresi yang kurang bersahabat di samping saudara kembarnya.

"Aku berhasil membawa Zianne susah payah." Kata Nathan sembari melirik perempuan di sampingnya ini.

"Hai Zianne, sudah lama kita tidak bertemu." Sapa Daniel, membuat Zianne tersenyum tipis.

Jika es batu bernyawa versi seorang pria, maka Zianne adalah sebaliknya. Dia es batu bernyawa versi seorang wanita. Tak hanya dingin, Zianne juga sangatlah ketus dan tidak berperasaan. Bisa dikatakan, dia sedikit kejam sebagai seorang wanita.

"Ya. What's wrong?" tanya Zianne.

Daniel menghela nafasnya, kemudian mulai menjelaskan semua yang terjadi kepada sepupunya tersebut. Karena jarak usia mereka yang tidak terlalu jauh ditambah dekatnya hubungan kekeluargaan antara Daniel dan Zianne, membuat keduanya bisa dikatakan seperti kakak beradik.

Sewaktu mereka kecil, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Berempat dengan Evanne yang tertua.

"Calon istriku hilang. Aku sudah menghubungi polisi setempat, mengerahkan beberapa orang untuk mencarinya. Tetapi, dia belum ditemukan hingga saat ini. Bahkan, detektif yang bertugas menangani kasus ini sampai hampir menyerah karena minimnya bukti dan petunjuk yang ada…"

"Karenanya, aku ingin meminta tolong padamu untuk mencarinya. Kata Nathan, kau cukup handal dalam menemukan seseorang." Jelas Daniel panjang lebar.

Zianne kini menghela nafasnya, mulai membaca kronologi kejadian yang ada. Tak lupa, dia juga mengamati baik-baik CCTV yang menunjukkan keberadaan mobil tanpa plat nomor tersebut. cukup lama Zianne mengamati, gadis itu kini menemukan sesuatu yang terasa sedikit janggal.

"Kalian sudah mencarinya di lokasi ini?" tanya Zianne sembari menunjuk sebuah persimpangan jalan.

"Sudah." Jawab Daniel cepat. Dia memeriksa hampir semua wilayah terdekat yang dilewati oleh mobil sialan itu.

"Mobil ini pasti ada di sekitar sana. Karena dia tidak terlihat di CCTV ujung jalan, artinya kemungkinan hanya dua. Kiri atau kanan." Kata Zianne, memberi penjelasan pada Daniel.

"Kami sudah menyusuri tempat itu. Jika ke kanan, kita hanya menemukan hamparan tanah tandus dan tidak ada kehidupan. Tetapi, jika ke kiri kita artinya akan ke jalan utama. Dan CCTV di jalan utama tidak menunjukkan mobil tersebut." jelas Daniel, membuat Ziane kembali menimang keadaan.

Sewaktu situasi semakin rumit, Nathan tiba-tiba saja menyeletuk. "Bagaimana jika ternyata dia dibawa ke masa depan?"

"Siapa tahu di masa depan sudah ada mesin waktu… dan salah satu dari orang di masa depan datang ke sini untuk menculik Caelia?" lanjut Nathan, membuat kening Daniel berkerut sempurna.

"Masa depan?" sahut Zianne dengan wajah heran.

Nathan mengangguk ringan, kemudian mulai menjelaskan. "Laboratorium tempat Daniel bekerja sedang mengerjakan proyek untuk ke masa depan. Dan Daniel adalah ketuanya…"

"Bisa saja beberapa tahun kedepan Daniel berhasil. kemudian, orang-orang di masa depan bebas menggunakannya. Dan salah satu dari mereka menculik Caelia. Itulah mengapa mobilnya seolah menghilang begitu saja." Jelas Nathan.

"Lalu apa hubungannya dengan Caelia?" tanya Zianne.

"Mungkin saja ini ada hubungannya dengan buku yang Caelia miliki. Mungkin, mereka mau mengambil buku it—" sewaktu Nathan sedang membuat sebuah teori, suara seseorang tiba-tiba saja terdengar, membuat semua orang menoleh bersamaan.

"Om Daniel…" Caelia, seseorang yang sejak tadi mereka cari tiba-tiba berdiri didepan mereka dengan wajah yang pucat pasi. Tatapan matanya hanya tertuju pada Daniel, terlihat kosong seolah tengah melamun.

Daniel yang melihat Caelia tidak ingin membuang waktu. Dia berlari, menarik Caelia ke dalam dekapannya. "Kau darimana?" bisik Daniel pelan.

Setetes air mata mengalir dari manik royal blue milik Caelia. Dengan hati yang terasa berat, Caelia akhirnya berkata. "Om, ayo putus."