webnovel

Tatapan Aneh

Titha hanya bisa berbaring di kasurnya tidak mengucapkan sepatah katapun, sosok itu terlihat sangat lega bisa berbagi cerita dengan Titha. Sosok itu sudah berhenti menangis tidak seperti ketika dia baru saja datang.

Jam di dinding terlihat menunjukan pukul 03.00 dini hari, Titha masih terjaga karena kehadiran sosok itu yang ingin bercerita. Perlahan Titha mencoba memejamkan matanya hingga akhirnya tertidur. Sosok itu akhirnya pergi meninggalkan Titha yang tertidur.

***

"Kak bangun sudah siang." Teriak mama dari luar kamarnya sambil berjalan masuk ke dalam.

"Kakak, lihat sudah siang bangun nanti terlambat sekolahnya." Kata mama sambil membuka tirai jendela.

"Iya mah." Kata Titha terlihat mulai bangun sambil menguap.

"Buruan mandi langsung sarapan." Kata mama sambil meninggalkan Titha.

Titha melirik jam di dinding dan sedikit terkejut kemudian beranjak dari kasurnya mengambil handuk dan pergi mandi.

Di ruang tengah terlihat Levi yang baru saja selesai mengenakan seragam sekolahnya. Melihat ke arah Titha yang baru saja bangun dan berjalan ke arah kamar mandi.

Dengan sedikit terburu-buru Titha mandi dan memakai seragam sekolahnya. Titha berjalan ke depan cermin untuk menyisir rambutnya, tiba-tiba Titha terkejut karena matanya sedikit bengkak. Titha baru sadar karena dia sudah menangis semalam hingga akhirnya tertidur.

Titha bingung bagaimana menutupinya, sangat terlihat dengan jelas bengkak di matanya. Namun pagi itu Titha harus terlihat ceria seperti biasanya. Dia keluar dari kamarnya menuju ke ruang makan untuk sarapan bersama Levi.

Tanpa berbasa basi Titha menyelesaikan sarapannya dan langsung berpamitan sama mamanya.

"Mahh, Titha berangkat." Kata Titha yang sudah bersiap.

"Iya kak hati-hati di jalan ya." Kata mama sambil mengulurkan tangannya.

"Iya mah." Kata Titha sambil mencium tangan mamanya.

Dengan sedikit terburu-buru Titha mengayuh sepeda meluncur ke sekolahnya. Seperti biasa di jam itu pasti jalanan cukup ramai, Titha harus lebih cepat karena takut terlambat.

Ketika baru saja di depan pintu gerbang sekolah Titha sedikit kaget karena melihat sosok laki-laki yang berdiri di dekat gerbang sekolah. Terlihat tubuhnya kurus kering hingga terlihat hanya kulit dan tulang saja. Karena sedikit kaget Titha tidak fokus mengendarai sepedanya dan hampir menabrak salah satu siswa yang sedang jalan kaki di depannya.

"Brak!"

Titha pun terjatuh karena mencoba mengerem sekuat tenaga. Lalu siswa itu berbalik badan dan menolong Titha setelah melihat kalau Titha terjatuh dari sepedanya.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya siswa itu yang ternyata adalah ketua osis.

"Iya tidak apa-apa kak." Kata Titha yang terlihat sangat malu karena cukup ramai.

Ketua osis itu langsung mengakat sepeda Titha dan diikuti oleh Titha sambil berdiri.

"Ada yang terluka apa tidak?" Tanya ketua osis.

"Tidak kak, tidak apa-apa kok." Kata Titha sambil tetap menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.

"Maaf ya kak tadi hampir saja nabrak kakak." Imbuh Titha.

"Iya santai saja, malah kamu yang jatuh kan."

"Hehe iya kak." Kata Titha menahan rasa malu.

"Yasudah ayo masuk nanti terlambat."

"Iya kak."

Dengan penuh rasa malu Titha menuntun sepedanya menuju tempat parkir. Hatinya sangat berdebar-debar karena kejadian tadi, dia merasa sangat ceroboh pagi itu.

Apalagi yang hampir di tabrak tadi adalah ketua osis, siswa yang sangat terkenal di sekolah itu membuat Titha sangat salah tingkah. Baru saja kemarin menceritakan soal ketua osis bersama Dervi dan pagi ini malah mau menabraknya.

Titha melirik jam tangannya sudah menunjukan pukul 06.53 masih ada waktu sekitar 7 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi. Titha pun bergegas menuju kelasnya, terlihat masih banyak siswa lainnya yang baru berangkat sama dengan dirinya.

"Hai Taa." Sapa Dervi yang baru saja tiba menghampiri Titha.

"Haii juga Vii." Kata Titha sambil tersenyum lebar.

"Bagaimana sudah baikan?"

"Sudah kok, hehee.. terima kasih ya buat kemarin."

"Iya santai aja, yang penting sekarang sudah tidak apa-apa."

"Hehe iya si."

"Kamu tadi mau menabarak ketos ya, hahaaa."

"Loh memangnya kamu liat Vi?"

"Iya aku liat dari jauh, bisa-bisanya kamu melamun apa si pagi-pagi, hahaaa."

"Ah tidak kok hehee.."

"Bagaimana dilihat dari dekat ketosnya ganteng tidak?"

"Apaan si nannya kok gitu." Wajah Titha terlihat malu.

"Hahaaaa.. kenapa kamu malu begitu Ta? Dia pegang tanganmu kan?"

"Hah? Tidak kok tidak Vii."

"Kok kamu jadi salah tingkah, hahaaaa.."

"Hiii engga Vii beneran."

"Tidak apa-apa kali Ta, siapa tau gara-gara itu kamu jadi kenal dekat.

"Iya Vii, tapi malunya itu loh."

"Apa jangan-jangan kamu sengaja ya, hahaaaa."

"Hisss ya enggalah Vi, tadi aku benar-benar tidak sengaja tau."

"Hahaaa iya iya sudah lah Ta."

Sambil tertawa mereka berdua masuk ke dalam kelas, Titha masih dengan santai masuk ke dalam namun tiba-tiba ada sesuatu yang aneh. Beberapa anak di dalam kelas memperhatikan Titha dengan tatapan yang tidak biasa. Mungkin penyebabnya karena kejadian kemarin ketika tiba-tiba Titha teriak di dalam kelas.

Titha mencoba mengabaikan hal itu, namun memang sulit karena mereka berada di sekitar Titha. Beruntung di situ ada Dervi yang menjadi temannya sehingga bisa sedikit mengalihkan hal-hal seperti itu.

"Selamat pagi." Sapa guru yang baru saja masuk.

"Pagi buu." Jawab serentak semua siswa.

"Oke untuk memulai aktifias pada hari ini mari berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai."

Suasana hening dan semua siswa menundukan kepalanya untuk berdo'a.

"Berdo'a selesai, baik anak-anak ini untuk pertama kalinya ya kita bertemu. Mau langsung memulai pelajaran atau perkenalan dulu?" Tanya bu guru.

"Perkenalan dong bu, kan masih pagi."  Celetuk salah satu siswa di pojok.

"Ya kamu coba perkenalkan diri." Tunjuk bu guru kepada anak yang menjawab tadi.

"Loh kok aku bu?"

"Kan kamu yang minta perkenalan tadi."

"Iya si bu."

Semua siswa serentak melihat ke arah anak yang di tunjuk oleh bu guru. Titha sendiri melihat anak itu dengan sedikit senyum tipis karena melihat warna aura dari anak tersebut.

"Kuning ya." Gumam Titha ketika melihat warna auranya.

Aura berwarna kuning cenderung untuk ramah, humoris, dan ceria. Orang yang memiliki aura berwarna kuning biasanya dapat membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi bahagia dan gembira. Senang untuk menceritakan ide-ide brilliannya pada orang lain. Sehingga dapat dikatakan jika orang tersebut tidak bisa hidup sendiri karena membutuhkan orang lain untuk mendengarkannya.

Warna kuning memang dapat mudah dilihat karena pancaran warnanya yang kuat. Untuk warna kuning cerah menunjukkan kemampuan intelektual nya yang begitu tinggi dan senang dalam menyampaikan pendapat karena merasa selalu benar

"Ayo coba berdiri di depan." Kata bu guru.

Dengan terlihat sedikit antusias anak itu pun berjalan ke depan kelas. Senyum yang lebar tampak terlihat dengan jelas ketika dia berdiri di depan kelas.

"Nama saya Riska, biasa di panggil Sayang."

"Hahaaaaa..."

Sontak semua yang berada di dalam kelas tertawa mendengar perkenalan dari Riska, kelas yang tadi hening seketika menjadi ramai.

"Saayaaangg." Celetuk salah satu siswa dengan keras.