webnovel

Aura Negatif

Riska hanya ikut tertawa dia nampak sangat percaya diri hingga membuat semua yang berada didalam kelas tertawa dengan perkenalannya.

"Berani gak kaya dia?" Tantang Dervi sambil tertawa.

"Hahaaa, tidak lah dia terlalu percaya diri."

"Keliatanya dia anak yang menyenangkan ya."

"Sepertinya begitu."

Riska mempunyai badan yang tidak terlalu tinggi masih rata-rata seperti anak seusia dengannya. Wajahnya bulat dengan rambut pendek, memiliki kulit putih bersih dan senyum yang lebar sehingga dia terlihat selalu ceria. Anaknya terlihat sangat asik dan ramah. Kemudian bu guru mendekatinya dan memegang pundaknya.

"Sayaaanggg." Ucap bu guru dengan nada manja.

"Hahaaaaaa..."

Semua siswa kembali tertawa ketika melihat tingkah gurunya yang terlihat sangat asik itu.

"Ya sudah sana duduk lagi." Kata bu guru sambil tersenyum.

"Baik perkenalkan nama saya Isnaeni Tri Ningsih, panggil saja bu Isna. Panggil sayang juga boleh tapi khusus cewek saja ya, kalo cowo khusus buat suami saja." Kata bu Isna sambil tersenyum.

"Ibu mengajar mata pelajaran bahasa inggris, ada dari kalian yang sudah jago bahasa inggris?"

"Yes, me." Jawab Riska dengan semangat.

"well, what have you been doing before going to school?"

"emmm take a shower then make up then have breakfast and then go to school."

"good, breakfast is important."

Bu Isna berbicara dengan Riska menggunakan bahasa inggis untuk memastikan apa yang di katakan Riska itu benar kalau dirinya bisa bahasa inggris.

"Tau ngga mereka bicara apa Ta?" Tanya Dervi sambil berbisik.

"Gatau bahasa alien itu."

"Kalo aku sih tau."

"Hah serius?"

"Bagian yesnya aja sih, hehee."

"Kalo itu aku juga tau kalii."

Pelajaran hari itu terlihat sangat santai dengan penuh canda tawa sehingga semua yang berada di dalam kelas tidak bosan. Bell tanda istirahat berbunyi, Bu Isna mulai bersiap untuk meninggalkan kelas.

"Sampai jumpa minggu depan ya anak-anak."

"Baik buuu."

Beberapa dari mereka ada yang langsung beranjak dari duduknya lalu keluar kelas. Titha masih duduk dengan Dervi dengan santai.

"Kantin gak?" Tanya Dervi.

"Ayo."

Tanpa basa basi kembali mereka berdua berjalan menuju kantin, seperti biasa kalau jam istirahat kantin pasti selalu ramai. Titha dan Dervi memesan makanan dan berjalan mencari tempat duduk yang kosong.

"Lihat tuh, cowok yang kamu mau tabrak tadi pagi." Kata Dervi sambil cengengesan.

"Ihhh masih aja di bahas, malu tau."

"Lagian kamu bawa sepeda sambil melamun, kalau sampai nabrak beneran kalian bakal jatuh bareng malah lebih bagus."

"Hah! Bagus dari mananya? Yang ada aku malu banget tau."

"Hahaaaa.. biar kaya di film-film gitu loh Ta."

"Otakmu isinya apaan sih vi."

"Aku tidak bawa otak malahan, hahaaaa..."

"Permisi kak." Kata pelayan kantin sambil membawakan pesanan mereka berdua hingga menghentikan sejenak candaan mereka.

"Iya mba, makasih ya mba."

"Sama-sama kak."

Dua mangkuk bakso yang masih panas dan dua gelas es teh sudah sampai meja mereka, dengan santai mereka mulai menambahkan saos dan kecap sesuai selera masing-masing.

"Boleh gabung gak?" Tanya anak yang baru saja mendekat ke arah mereka berdua. Ternyata itu Riska anak yang tadi pagi sedikit membuat suasana kelas menyenangkan.

"Oya tentu." Kata Dervi dengan senyum lebar.

"Perkenalkan aku riska." Kata Riska mengulurkan tangannya.

"Loh bukannya namanya sayang ya, hahaaa... Aku Dervi" Jawab Dervi meledek sambil menjabat tangan Riska.

"Aku Titha." Kata Titha sambil menjabat tangan Riska.

"Sudah jangan di ingat-ingat terus dong, heheee." Kata Riska sambil tersenyum.

"Kok kamu kepikiran sih dengan perkenalan kayak tadi?" Tanya Dervri terheran.

"Emmmm gatau tuh kaya ngalir aja, hehee.." Jawab Riska.

"Jiwa melawak yah, hahaaa." Imbuh Titha.

"Bisa jadi, hahaaaaa."

"Eh kalian udah kepikiran mau ikut ekskul apa belum?" Tanya Riska.

"Belum sih." Jawab Dervi.

"Iya masih belum kepikiran mau ikut yang mana." Kata Titha sambil mengunyah.

"Apa ya kira-kira ekskul yang seru bikin semangat gitu."

"Cheersleader kayaknya seru nyemangatin ketua tim basket." Kata Dervi tersenyum lebar.

"Hadeh ini anak otaknya isinya cowo terus." Kata Titha menghela nafasnya.

"Kan bikin semangat, heheee.."

"Ada betulnya juga, hahaaa." Imbuh Riska.

"Yaampun kalian berdua ternyata sama ya isi otaknya." Kata Titha terheran.

Tiba tiba disaat sedang asik bercanda Titha merasakan hawa yang sangat aneh, ada sesuatu yang baru saja muncul di sekitar mereka. Titha mencoba untuk mengabaikannya namun matanya tetap melihat kesana kemari untuk memastikan sesuatu. Namun dalam pandangan Titha masih belum menemukan apapun, tapi rasa dari hawa yang tidak enak tersebut sangat pekat seperti sesuatu yang negatif.

"Eh kalian lihat anak yang berada di pojok itu coba." Bisik Riska sambil mengarahkan mukanya ke salah satu siswa di kantin itu.

"Memangnya kenapa?" Tanya Dervi.

"Aku merasa aneh dengan anak yang satu itu, suram kelihatanya." Jawab Riska sambil berbisik.

Titha yang ikut menengok ke arah anak itu langsung mengerti, dan hawa aneh yang baru saja dia rasakan berasal dari anak itu.

Ada sosok wanita yang berdiri dibelakangnya, sepertinya sosok wanita itu memang selalu bersamanya. Mungkin saja sosok perempuan digunakan oleh anak itu untuk menjaga dirinya tau yang biasa di katakan sebagai pegangan. Namun sayangnya sosok itu negatif, sehingga membuat si anak itu terlihat seperti suram karena terdampak dari aura negatif.

"Memangnya yang kamu lihat apa?" Tanya Titha.

"Emmm gatau sih, tapi kaya aneh aja beda dari yang lain." Kata Dervi.

"Jangan-jangan kamu suka ya? Hahaaaa.." Ledek Dervi sambil tertawa.

"Hiss engga dong, levelku bukan orang suram seperti itu." Kata Riska membela diri.

"Lagian kamu bisa-bisanya melihat anak itu." Kata Titha.

"Ga sengaja juga kali, mending liat yang seger-seger dong tuhh." Kata Riska sambil menunjuk ke arah anak-anak basket yang baru saja masuk ke area kantin.

"Woww, bener juga ya Ka." Kata Dervi bersemangat.

"Dasar kalian ini ya." Kata Titha menghela nafasnya.

"Memangnya kamu ga suka cowok?" Tanya Riska

"Ehhh kok jadi gitu, suka dong." Jawab Titha membela dirinya.

"Hahaaaa.. yasudah mending kita masuk eskul cheersleader saja biar bisa nyemangatin mereka." Kata Riska.

"Ide bagus." Kata Dervi bersemangat.

"Udah masuk yuk, sebentar lagi bell masuk nih." Ajak Titha.

"Ayo."

"Hadeh cepet banget yah."

Mereka bertiga keluar dari kantin yang menuju ke kelas. Di perjalanan menuju kelas Titha akhirnya sedikit mengamati Riska, karena dia ternyata cukup peka terhadap hal mistis. Sepertinya dia bisa merasakan aura negatif dan juga sepintas bisa melihat hantu sama seperti dirinya walaupun tidak jelas.

Tapi Riska sendiri mungkin belum menyadari bahwa dirinya bisa  hantu walaupun tidak jelas. Titha hanya tersenyum ketika sedikit mengetahui faktanya.