webnovel

In Your Hand

"Jadi," Adam kembali menatap Akari. "Kau ingin kencan kemana My Lady? Aku akan membawamu kemana pun kau memintaku." "Pergilah mati ke neraka," jawab Akari cepat. Adam tertawa lebar mendengar jawaban Akari, "Ucapanmu semakin membuatku ingin memilikimu Akari," Akari melayangkan pandangan marah sebelum dia menutup mata untuk menenangkan diri. Beberapa kali menghela nafas panjang. Dia tidak boleh emosi karena itu hanya akan membuat Adam senang. Akari hanya ingin bebas. Sementara Adam hanya ingin mewujudkan janji mereka berdua saat kecil. Tapi takdir berkata lain ketika Akari memiliki kartu Joker.

hikarimai · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
10 Chs

Hotel Room

Bagaimana ini bisa terjadi?

Akari kembali menyoba mengurutkan apa yang baru saja terjadi. Pertama, dia baru selesai mandi, sudah berganti ke kamisol dan bersiap naik ke tempat tidur. Kedua, pintu kamar hotel diketuk, dia melihat Adam dan dia membuka pintu untuk laki-laki tersebut masuk karena penasaran apa yang ingin dilakukan laki-laki ini. Ketiga, wajah Adam yang terlihat kelelahan berubah raut pucat pasi begitu pintu dibuka dan langsung jatuh terhuyung ke Akari, pingsan. Keempat, sekarang Akari berada di posisi memalukan di depan pintu kamar hotelnya sendiri. Beruntung, Joker bisa menghack kamar ini sehingga pintu tertutup. Tapi sekarang masalahnya adalah Adam.

Akari tidur terlentang sementara Adam pingsan di atas tubuhnya. Tak mungkin berteriak karena posisi ini memalukan. Dan Adam lebih terlihat dia sedang tidur dibandingkan seseorang yang pingsan.

"Joker, apa kau bisa memanggil Ace Diamond keluar?" tanya Akari putus asa.

"Tentu my lady," sahut Joker. Detik berikutnya Ace Diamond muncul di sebelah Joker, wujudnya masih seperti yang Akari ingat, terutama hiasan kepala berbentuk Diamond merah.

"Apa yang terjadi dengan Adam? Bisa kau pindahkan dia ke tempat tidur?" tanya Akari tanpa basa-basi.

"Kami tidak bisa melakukannya Akari," jelas Ace Diamond. "Kami tidak memiliki kemampuan super seperti itu untuk sehari-hari kami kecuali kecanggihan teknologi. Meskipun kami bisa melakukannya, itu pun atas izin sistem dalam permainan game," Jelas Ace Diamond.

"Yeah.. Sepertinya begitu," gumam Akari. Dia berusaha membaringkan Adam ke sebelah tubuhnya agar dia bisa bebas, tidak sulit ternyata.

Dia bisa melihat raut wajah kelelahan laki-laki yang kini berstatus tunangannya. Kasihan juga jika dia tetap berada di lantai, gumamnya dalam hati. Beruntung Akari memegang sabuk hitam beladiri sehingga dia tidak terlalu kesulitan mengangkat tubuh Adam ke tempat tidur.

"Lalu kenapa dia bisa seperti ini?" tanya Akari sambil melepas sepatu Adam. laki-laki ini bahkan masih memakai pakaian pesta tadi.

"Bukan kejadian yang mengancam nyawa, tapi dia mendapatkan serangan kinetik pada saat dia lengah. Tapi dia berhasil mengatasinya. Lebih tepatnya dia hanya kelelahan," jelas Ace Diamond. "Kita bisa membiarkannya istirahat terlebih dahulu disini,"

"Itu tidak masalah," Akari sudah selesai melepas jas, melonggarkan dasi dan kemeja agar Adam bisa lebih nyaman.

Sekarang masalahnya dia juga ingin tidur. Dia harus tidur dimana? dia menatap Adam yang terbaring nyaman di tempat tidurnya.

"Anda bisa tidur di sebelahnya My Lady, Adam benar-benar pulas jadi tidak mungkin dia akan menyerangmu," celatuk Joker mengetahui keresahan Akari.

"Aku tahu dia tidak akan macam-macam dan kalaupun dia macam-macam aku sudah akan menghajarnya," gerutu Akari menjawab Joker.

Tapi bukan masalah Adam akan menyerangnya atau tidak, ini masalah harga diri dan reaksi Adam besok jika dia sudah bangun.

Tak mau ambil pusing, Akari memilih tidur di sofa. Lagi pula, sofa hotel ini lumayan panjang dan lebar untuk tubuhnya rebah. Dengan tambahan bantal dan selimut, dia sudah menyamankan diri di sofa. Tinggal menunggu rasa kantuk menyerang.

"Ace Diamond, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Akari. Ace ada di dekat Adam tapi Akari yakin kalau Ace pasti bisa mendengarnya.

"Tentu Akari," Ace berpindah tempat melayang di depan Akari untuk memudahkan mereka bercengkrama.

"Kenapa ada serangan-serangan kinetik seperti itu? bukankah itu hanya ada di film-film sains tentang manusia super?" tanya Akari penasaran.

Dia masih bisa menerima logika tentang kemunculan para kartu-kartu ini. Tapi serangan kinetik? memangnya ada yang benar-benar ada seperti itu di dunia ini?

"Mungkin lebih tepatnya ada efek listrik ketika kartu Diamond lain aktif. Mereka cenderung memberi informasi atau mungkin juga peringatan bahwa mereka hidup. Dan karena kami semua terhubung dalam chip nano di dalam setiap tubuh, efek kejut itu secara reflek menyerang otak," jelas Ace Diamond.

"Jadi maksudmu ada kartu Diamond yang aktif? aku pikir Adam sudah memiliki semuanya," tanya Akari bingung.

"Belum semuanya," Ace kemudian memunculkan profil-profil pemilik kartu Diamond. " Mereka ini adalah orang-orang yang tadi kau temui. Dan seperti yang terlihat, belum ada kartu Jack, Queen dan King. Dan dari analisisku, tiga kartu ini aktif hampir secara bersamaan meskipun mereka berbeda lokasi, hal itu yang menjadikan serangan kinetik yang diterima Adam menjadi tiga kali lipat,"

"Begitu ya.." gumam Akari lirih. Dia tidak tahu kalau seorang Ace akan mengalami hal seperti itu. Akari tidak pernah merasakan serangan tersebut kecuali saat pertama kali dia bertemu dengan Joker. Apa karena Joker adalah kartu bebas sehingga dia tidak perlu merasakan efek samping awaken dari kartu-kartu yang lain?

"Anda benar my lady," celatuk Joker membaca pikiran Akari. "Aku memang berbeda dengan kartu-kartu yang lain. Tapi, ketika aku bangun, kartu-kartu lain yang sudah terbangun juga akan merasakan kehadiranku meski pun tidak sekuat ketika kartu sejenis mereka bangun. Efeknya sedikit berbeda."

"Hmm.... Jadi besok setelah dia siuman, Adam akan mencari mereka bertiga?" Akari kini sudah paham tentang dirinya. Tapi masalah Adam belum selesai.

"Kemungkinan besar seperti itu," jawab Ace. "Tapi sepertinya tidak bisa langsung bertemu, ada yang harus di urus dulu besok. Bukankah begitu Akari?"

"Hah.... kenapa juga besok ada fotoshoot," gumam Akari gelisah. Tak ingin memikirkan lebih jauh tentang acara besok, Akari memilih untuk memejamkan matanya. Membiarkan kelelahan mengambil alih tubuhnya.

***

Matahari baru mengintip dari balik jendela kamar hotel, hawa dingin membuat Akari menarik selimut agar semakin menutupi tubuhnya.

"Akari..."

Akari mendengar seseorang memanggilnya, tapi mata kantuknya lebih memilih untuk tetap terpejam dan kembali ke alam mimpi.

"Akari..."

"Lima menit lagi..." gumam Akari lirih, saat ini dia belum ingin bangun. Acara hari ini masih jam 9 jadi dia ingin tidur lebih lama.

"Lima detik tidak bangun, aku akan menciummu."

Mata Akari langsung terbuka lebar dan wajah Adam tersenyum manis bak malaikat berada tepat di hadapan wajahnya.

"Selamat pagi," sapa Adam dengan senyum polos. "Kau mau sarapan atau mandi dulu?"

"Aku ingin mencekikmu," balas Akari masam. Rasa kantuknya benar-benar hilang dalam sekejap, ditambah sepertinya Adam sengaja menatap wajahnya dari dekat.

"Terima kasih atas pujiannya, aku benar-benar tersanjung," ucap adam masih tetap tersenyum. "Tidak apa-apa kalau kau ingin mencoba mencekikku dengan kamisolmu siapa tahu aku akan benar-benar mati tercekik atau..." dia diam tak melanjutkan ucapannya sementara tatapannya sedikit berkelana.

Hanya butuh lima detik bagi Akari untuk mengetahui apa maksud ucapan Adam. Seketika itu tamparan tangan kiri Akari kini menghiasi pipi Adam.

"Aduh... kau nafsu sekali menamparku," Adam mengusap-usap pipinya yang kini sedikit merah.

"Itu salahmu sendiri," balas Akari cuek. Dia meregangkan tubuhnya sebentar sebelum melompat keluar dari selimut.

Meski merasa kesal dengan sambutan pagi yang baru saja Akari dapatkan, dia merasa bersyukur sepertinya Adam sudah baik-baik saja. Jika laki-laki itu punya tenaga untuk menggodanya, seharusnya efek kartu itu sudah tidak menganggunya.

"Aku sudah memesan sarapan untuk dibawa ke kamar," gumam Adam, Akari baru menyadari bahwa Adam hanya memakai bathsuit saja.

"Kenapa kau berpakaian seperti itu?! Kau mau aku melemparmu keluar sekarang juga?!" Omel Akari sambil menunjuk laki-laki yang duduk dengan santainya di sofa sambil menonton televisi.

"Oh ini," Adam melihat dirinya dengan santai, "Aku habis mandi, bajuku kotor jadi aku sedang menunggu kiriman baju. Tenang saja Akari, aku belum ada niat untuk menyerangmu. Jika ingin melakukannya, kau sudah terbangun sejak tadi," tambahnya sambil mengedip jahil.

"Kau--!!" Akari berusaha mencari kalimat makian yang paling cocok untuk Adam tapi kemudian dia hanya diam sambil matanya melotot ke arah Adam. Sadar jika dia marah, itu hanya akan membuat Adam kesenangan.

Akari beberapa kali menarik nafas untuk menenangkan kepalanya. Ini masih pagi dan dia masih perlu menjaga kewarasannya seharian ini. Dia memilih lebih baik mandi untuk mendinginkan kepalanya.

"Kau mau mandi? Mau aku temani? Aku pandai menggosok punggung lho," Adam sudah berjalan mendekat, dengan sengaja mengendurkan bagian atas bathsuitnya secara perlahan, memperlihatkan sedikit dadanya yang bidang.

"Berani masuk ke sini, aku akan memanggil security. Masa bodoh kalau kau tunanganku," ancam Akari sambil menutup pintu kamar mandi dengan keras.

Mau tak mau Adam hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Akari yang menurut dia sangat menggemaskan.

"Hah... kau memang tidak pernah bisa membuatku bosan Akari," gumam Adam lirih. "Kau bahkan masih mau merawatku semalam, terima kasih."

Masih banyak waktu untuk menggoda Akari seharian, karena itu Adam memilih untuk jadi anak manis, menunggu Akari mandi sambil menonton berita pagi.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

hikarimaicreators' thoughts