webnovel

In Your Hand

"Jadi," Adam kembali menatap Akari. "Kau ingin kencan kemana My Lady? Aku akan membawamu kemana pun kau memintaku." "Pergilah mati ke neraka," jawab Akari cepat. Adam tertawa lebar mendengar jawaban Akari, "Ucapanmu semakin membuatku ingin memilikimu Akari," Akari melayangkan pandangan marah sebelum dia menutup mata untuk menenangkan diri. Beberapa kali menghela nafas panjang. Dia tidak boleh emosi karena itu hanya akan membuat Adam senang. Akari hanya ingin bebas. Sementara Adam hanya ingin mewujudkan janji mereka berdua saat kecil. Tapi takdir berkata lain ketika Akari memiliki kartu Joker.

hikarimai · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Contract Married

Adam melihat kebelakang dan melihat Akari mengikutinya dari belakang dengan susah payah. Mau tak mau Adam berhenti menunggu.

"Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendirian disini," protes Akari kesal setelah berhasil mengejar Adam.

"Aku hanya ke toko cinderamata dan kau tidak sendirian. Bodyguardmu mengikutimu kemana-mana," jelas Adam asal.

Reflek Akari menengok kebelakang, terlihat Kris dan Ben berdiri tak jauh darinya. Dua bodyguard bertubuh tegap dan tinggi, wajah khas eropa dengan kacamata hitam. Ditambah dengan setelan hitam mereka. Tapi mereka jarang berbicara meskipun Akari sering mencoba mengajak mereka mengobrol. Akari menyerah dan membiarkan mereka berdua bekerja.

"Mereka berbeda," jawab Akari. "Kau mau kemana?" tuntutnya lagi.

"Membeli topi untukmu," ucap Adam sambil kembali berjalan dengan cepat masuk ke dalam toko.

Akari terkejut dan dia hanya bisa bengong sampai Adam datang memakaikan topi rajut tepi lebar berwarna putih ke kepalanya. "Kau bisa kepanasan kalau tidak memakai topi," ujar Adam sambil merapikan rambut hitam Akari ke belakang.

"O..oh… terima kasih," gumam Akari sedikit terkejut. "Ayo!" dia langsung berbalik menuju ke area bermain terdekat tanpa menunggu Adam.

Bukankah kau membencinya Akari?

Tanpa diduga, Akari benar-benar menikmati bermain di taman bermain berkat Adam yang memandunya, membawanya ke permainan-permainan yang memicu adrenalin tapi tidak terlalu menakutkan. Malam hari Adam mengajaknya makan malam ke restoran di dalam arena tersebut sebelum mengantarkan Akari pulang.

"Jadi bagaimana kencanmu hari ini nona?" Tanya Eva saat mengantarkan susu hangat ke Akari.

"Entahlah," jawab Akari masih merebahkan diri ke tempat tidur, baju tidur satin berwarna pastelnya melekat pas di tubuh. "Aku membencinya tapi dia… baik sekali kepadaku,"

Eva memiringkan kepala, "Jadi kau menyukainya?"

"Aku tetap tidak menyukainya. Dia mesum, kurang ajar dan senang sekali memanfaatkan situasi untuk menyentuhku,"

"Kalau dari jawabanmu aku bisa berasumsi bahwa kau membenci sekaligus menyukainya," gumam Eva sambil mengambil gelas susu yang sudah kosong.

"Aku tidak tahu," ucap Akari, "Sudahlah aku mau tidur saja, masih ada Sembilan orang yang harus aku kencani," dia menarik selimut dan memiringkan tubuh membelakangi Eva.

"Selamat malam nona," Eva keluar sambil menutup pintu.

Setelah yakin Eva tidak akan menganggu, Akari mengeluarkan kartu Joker dan meletakan kartu tersebut di sampingnya,

"Bagaimana menurutmu Joker?" Tanya Akari.

Hologram Joker muncul, dia duduk dengan santai di atas kartu, "Apa yang ingin my lady ketahui? Jika secara manusia biasa, Adam termasuk perhatian, dia memperhatikan setiap detail yang menjadi kesukaan dan apa yang dibenci anda. Tapi untuk ukuran seorang King, saya belum bisa mengetahuinya,"

Akari menghela nafas panjang, menyamankan tubuhnya di dalam selimut tebalnya, "Begitu ya…" dia membiarkan pikirannya menerawang jauh sebelum alam mimpi mengambil alih.

***

"Apa yang kau lakukan disini?" Akari sedang melakukan kencan dengan Bryan Oneil kandidat kedua di museum kebudayaan, mereka berpapasan dengan Adam yang entah muncul darimana.

"Oh! Akari! Hai Bryan," sapa Adam sambil mendekat dengan ceria. "Suatu kebetulan,"

Akari memutar bola matanya, "Ayo Bryan," dia menarik lengan Bryan menjauh sementara yang ditarik hanya memasang wajah bingung.

Keesokan harinya terulang lagi kejadian Adam muncul di acara kencannya dengan David Wiraatmaja di pameran lukisan.

"Akari! Hai! Kau kesini juga?" sapa Adam tanpa dosa sambil mendekat.

"Kau tidak sengaja datang kemari karena tahu kami akan kesini kan?" tebak Akari. Dia menatap David yang dibalas dengan gelengan kepala.

"Tentu saja tidak,"jawab Adam dengan senyum polos.

"Ayo Akari," kali ini David yang menarik Akari menjauh dari Adam.

Kejadian ini terus berulang hingga kencan kesepuluhnya dengan Mikoto Takada.

"Apa maunya sih?!" teriak Akari sambil melempar bantal ke tembok Eva langsung mengambil bantal tersebut dan mengembalikannya ke tempat tidur.

"Jadi dia juga muncul tadi siang? Mengajak makan malam bersama bertiga?" tebak Eva.

"Kali ini dia mengajak untuk melihat bulan purnama," Akari memperbaiki kamisol yang turun dari bahunya, "Aku yakin dia pasti menghack semua jadwal kencanku,"

"Kau sudah memintaku untuk mengeceknya nona. Dan tidak ada kebocoran data," jelas Eva.

"Kalau begitu dia menghack dari sumber lain," ucap Akari tak mau kalah.

"Lebih baik anda beristirahat, besok malam tuan besar akan mengumumkan siapa yang akan menjadi tunangan anda," ucap Eva.

"Ugh. Kenapa secepat ini," Akari menjatuhkan diri ke tempat tidur.

"Saya tidak akan heran jika tuan besar memilih Adam untuk menjadi tunangan anda nona," ucap Eva tiba-tiba.

"Aku tidak mau bertunangan dengan dia atau siapa pun," dengus Akari sambil menarik selimut menutupi tubuhnya.

Eva tersenyum tipis, "Semalam malam nona,"

***

Sky Hotel mala mini kembali dimandikan cahaya lampu warna-warni, Koji Matsumoto kembali menutup hotel ini khusus untuk acara pertunangan putrinya, Akari Matsumoto. Setelah sebelumnya Akari melakukan kencan singkat dengan sepuluh kandidat yang dipilih sang ayah, malam ini akan diketahui siapa yang akan resmi menjadi tunangan putrinya.

Akari menatap pantulan wajahnya di cermin besar. Malam ini dia kembali memakai kimono dengan warna hitam elengan dengan hiasan bunga sakura putih. Rambut panjangnya di tata menggunakan hairpin kristal berbentuk tetesan air. Riasan wajah sengaja dibuat senatural mungkin untuk menunjukkan kecantikan alami sesuai perintah Minami Matsumoto, sang ibu tercinta.

"Kau cantik sekali," puji ibunya.

"Ibu, kau sudah mengatakannya saat hari ulang tahunku," keluh Akari, ibunya berdiri di sebelahnya dengan wajah yang hampir menangis, kimono biru gelap dengan motif senada membalut tubuh wanita paruh baya tersebut.

"Ibu tahu tapi itu memang kenyataannya," Minami meremas lembut kedua bahu Akari, "Ayo kita temui siapa tunanganmu,"

"Siapa bu?" Tanya Akari tetap di tempatnya. "Aku ingin mempersiapkan diri,"

Minami tersenyum tipis dia mengusap lembut bahu Akari, "Kau akan menyukainya,"

"Ibu~" rengkek Akari manja. "Katakan padaku,"

"Tidak," tolak Minami sambil tertawa kecil. "Ibu sudah berjanji tidak akan membocorkannya sampai kau melihatnya sendiri. Kalau kau ingin tahu cepat kita keluar sekarang,"

Akari mendengus kecil, percuma saja jika seperti ini, dia menghela nafas panjang sekali lagi lalu berdiri perlahan, ibunya membantu merapikan kimono yang kusut dengan terampil lalu menuntun Akari menuju ke ruangan Ballroom hotel.

Jepretan kamera langsung menyilaukan mata Akari ketika pintu dibuka, para tamu sudah menunggu kedatangan Akari. Dipanggung yang berada di tengah Ballrom, Akari bisa melihat sosok Ayahnya berdiri dengan gagah menggunakan setelan tuxedo bersama dengan seorang pemuda yang sengaja dipakaikan topeng kitsune.

Apa-apaan topeng itu! Ini bukan lelucon ayah! Omel Akari dalam hati, meskipun dia memasang wajah murah senyum kepada para tamu sementara kedua kakinya berjalan perlahan menuju panggung.

Tinggal beberapa langkah Akari bisa mencium wangi parfum pemuda di sebelah ayahnya. Saat itulah dia mengetahui siapa yang akan menjadi tunangannya.

"Untuk apa kau menyembunyikan wajah jelekmu dibalik topeng Adam?" ucap Akari sebal tapi di dalam hati dia merasa lega karena sembilan calon kandidat yang lain sangat membosankan dan terkesan hanya mengincar jabatan yang akan mereka dapatkan jika menjadi tunangannya. Sedikit lebih baik dari semua yang terjelek. Akari tersenyum mengejek tanpa sadar.

"Aku hanya ingin mengejutkanmu, tapi sepertinya aku tidak bisa mengelabuimu," Adam melepas topeng dengan cengiran lebar di wajah.

Tanpa mereka sadari, tuan Matsumoto tersenyum lega melihat keakraban anaknya dan tunangan yang dia pilih. "Akari," ucapnya sambil mengulurkan tangan lembut.

Akari meraih tangan sang ayah dengan khidmat kemudian memeluk ayahnya dengan lembut, "Terima kasih ayah," ucapan ini tulus. Meski Akari tidak menyukai Adam bahkan membencinya, tapi dari semua kelebihan yang dimiliki semua kandidat, Akari juga setuju jika Adam yang menjadi tunangannya setidaknya di dalam politik, keduanya bisa saling menguntungkan.

Akari melepas pelukan singkatnya, kemudian secara lembut tuan Koji menuntun tangan kanan Akari dengan tangan kanannya, dia juga melakukan hal yang sama ke Adam menggunakan tangan kirinya dan menyatukan tangan mereka di tengah. Patuh Adam mengenggam tangan Akari baru setelah itu tuan Koji mundur selangkah.

"Selamat atas pertunangan kalian," seru pembawa acara tiba-tiba yang membuat seluruh ruangan bertepuk tangan riuh.

Setelah keramaian dan keriuhan seluruh tamu, Adam menuntun Akari ke tempat duduk yang sudah di sediakan, sementara acara dilanjutkan dengan pemutaran video tentang profil Adam.

"Aku membencimu," bisik Akari sementara matanya tetap melihat video yang diputar. Ada foto yang menunjukan Akari kecil berfoto dengan Adam kecil saat dia masih berprofesi sebagai idola.

"Aku tahu itu, tapi akan kubuat kau mencintaiku. Lagi pula suka tidak suka kau sudah menjadi tunanganku dan hanya masalah waktu sampai kau menjadi istriku," ucap Adam santai.

Akari tak menjawab, tahu semua jawaban yang akan dia keluarkan tidak akan berarti apa-apa.

"Oh ia, ada yang ingin aku perkenalkan kepadamu," ucap Adam bersamaan dengan beberapa pria dan wanita yang mendekat, sedikit membuat setengah lingkaran menghadap mereka berdua.

"Mereka adalah para Diamond," tambahnya lagi.

Mata Akari langsung membulat, dia sempat lupa kalau Adam adalah Ace Diamond karena masalah pertunangan ini. Permainan bahkan belum dimulai tapi Akari bisa merasakan ketegangan di dalam tubuhnya, tato Joker di dadanya terasa panas.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Like it ? Add to library!

hikarimaicreators' thoughts