webnovel

ILLECEBRA

Soo Ara seorang gadis lugu yang dipaksa melihat ibunya mendapatkan ketidakadilan didepan matanya, dia sendiri juga mendapatkan bully selam ia menempuh pendidikan dan dipaksa melihat ibunya terbakar hidup hidup didepan pelupuk matanya. Beban hidup yang sangat berat harus ia tanggung di usianya yang sangat muda, menjadikan Soo Ara menjadi pribadi yang sangat tertutup. namun dengan seiring berjalannya waktu ia menjadi sangat kuat karna hantaman masalah yang terus ia hadapi. Tanpa di sengaja anak perempuan itu terseret dalam dunia model ketika seorang sutradara melihatnya di lokasi syuting dan menjadikannya seorang model. Namun identitas aslinya sangat dirahasiakan karena alasan khusus, jika identitas itu terbongkar maka ia akan membayarnya dengan nyawa. Kisah ini juga menceritakan game online yang akan mempertemukan Soo Ara dengan sahabat lamanya. Soo Ara di ibaratkan seperti dua sisi mata koin yang berbeda ketika dia menjadi remaja biasa yang sangat polos dengan kaca mata tebalnya dan ketika ia menjelma menjadi seorang model profesional.

Kim_mieya · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

MAU TIDAK MAU PAHITNYA HIDUP LAH YANG MENDEWASAKAN KITA

"Memang mudah menasehati orang lain dari pada menasehati diri sendiri" lelaki itu tersadar setelah melihat senyum smike Lee, lelaki itu tergulai lemah menyandarkan punggungnya kepembatas jembatan ia mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Apa kau menipuku untuk menyelamatkan aku?" tanya lelaki itu lemah, Lee pun ikut menyandarkan punggungnya.

"Tidak semua benar" lelaki itu memandang Lee tak percaya.

"Jadi semua yang kau katakan tadi semuanya benar" lelaki itu menyakinkan

"Tentu saja! bagaimana? bukankah hidupku lebih mendramatisir dari hidupmu?" Lee tersenyum sombong.

"Aku tidak tau bagaimana kau masih bisa tersenyum dengan beban hidupmu yang seperti itu?" lelaki itu memandang penuh rasa ingin tahu.

"Orang hanya tau apa yang kita tunjukkan bukan apa yang kita rasakan" Kang Fu masih enggan memalingkan pandangannya dari Lee.

"Memang susah menjadi diri sendiri tapi akan lebih merepotkan kedepannya jika berpura pura menjadi orang lain" Lee tersenyum kecil padanya, sambil menghela nafas beratnya.

"Berapa usiamu kelihatannya kau masih sekolah tapi kau sudah sangat dewasa"

"Aku dulu berfikir waktulah yang mendewasakan kita ternyata aku salah besar karna masalahlah yang membuat orang untuk menjadi dewasa" lelaki itu terdiam memandang anak sekolah didepanya ternyata dia masih muda namun pemikiranya lebih terbuka dari pada dirinya yang sudah berkepala tiga.

"Ternyata kau lebih dewasa dari pada aku" kang Fu mentertawakan dirinya sendiri.

"Kalo aku bisa memilih aku tidak ingin dewasa secepat ini, karna mau tidak mau pahitnya kehidupan lah yang mendewasakan ku" beban hidup Lee nampak jelas dimatanya.

"Siapa namamu? aku kang Fu" dia mengulurkan tangannya dan disambut oleh Lee

"Lee" jawabnya singkat.

"Apa kau tidak ingin tau kenapa aku ingin bunuh diri" Lee mengeleng.

"Jika kau ingin cerita aku mendengarkan tapi jika kau belum siap tak masalah karna sebenarnya anda tidak butuh orang lain menyelesaikan masalah mu, karna teman terbaikmu adalah bayangan, cinta terbaik adalah matamu sendiri dan sesuatu yang paling mengerti dengan dirimu adalah hatimu sendiri, tapi jika kau butuh aku untuk mendengarkan keluh kesahmu aku akan lakukan" Lee berkata panjang lebar kemudian beranjak dari duduknya dan merapikan seragamnya.

"Jika nanti ingin bunuh diri lagi jangan lupa ajak ajak aku juga" Kang Fu memandang kepergian wanita berseragam yang memakai heandset besar itu, siapa yang menyangka jika anak seusianya sudah begitu banyak mengalami pahitnya kehidupan.

Setelah tiga minggu Kang Fu pergi mencarinya meski sedikit sulit ahirnya ia menemukan restoran kecil milik ayah angkat Lee, pada awalnya Lee tidak mengenali Kang Shin, Lee kira dia pelanggan sama seperti yang lain.

Kang Shin memakai setelan jas dengan rambut sangat rapi dan kaca mata hitam, Kang Shin memesan sebuah kopi pada Lee.

"Nona bisakah saya memesan kopi dengan bonus konsultasi?" Lee sudah pasti binggung dia mengerutkan keningnya, Kang Fu melepaskan kaca matanya kemudian tersenyum pada Lee, baru kemudian Lee mengenalinya.

"Tentu saja tuan! apa yang tidak untuk anda?" Lee pergi dan kembali dengan dua cangkir kopi.

"Maaf aku tadi tidak mengenali anda karna penampilan anda sungguh sangat berbeda" Kang Shin memandangi dirinya sendiri.

"Apa sekarang aku terlihat tampan?" Lee mengeleng.

"Bukan begitu? kemarin anda terlihat sangat lemah dan sekarang semangat hidup anda seperti batrai power full" Kang Fu terkekeh.

"Ada apa anda mencariku?"

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih dan ini ada hadiah kecil" Kang Fu menyodorkan sebuah Kotak kedepan Lee.

"Maaf saya tidak terbiasa menerima hadiah dari orang lain" Kang Fu sedikit kecewa.

"Anda bisa memberi hadiah dengan bentuk lain" Kang Fu kembali bersemangat

"Katakan, apa itu?"

"Saya butuh pekerjaan, restoran ayahku sudah mempunyai beberapa pegawai, dia melarangku melakukan banyak pekerjaan, ini sangat membosankan, tapi aku juga butuh uang untuk masuk kuliah dua tahun lagi" Kang Fu memegang janggutnya sendiri dan otaknya sedang berotasi.

"Baiklah aku akan mencarikan pekerjaan yang bagus untukmu tapi karna kamu masih sekolah tidak ada yang cocok ditempatku aku akan usahakan mencarinya di tempat teman temanku"

"Tidak perlu terburu buru dan saya tidak pilih pilih pekerjaan selagi saya bisa melakukannya" Kang Fu pergi setelah mereka bertukar nomor dan juga dia meninggalkan sebuah kartu nama, Lee sedikit terkejut ternyata yang berbincang dengannya bukanlah orang biasa dia seorang CEO, siapa yang akan menyangka jika seorang CEO itu pernah berada dititik terendah.

***

Lee memandang ponselnya yang mendapat panggilan masuk.

"Maaf baru menghubungimu sekarang, aku terlalu sibuk, terlalu banyak masalah ditempat kerja" suara dari ujung panggilan langsung menyapa ketika Lee mengangkatnya panggilan itu.

"Lebih sering perhatikan kebahagiaan mu sendiri, apa anda bahagia dengan pekerjaanmu?"

"Belum pernah ada orang yang bertanya seperti ini padaku" jawab Kang Fu jujur

"Jika kau bahagia dengan apa yang anda kerjakan saat ini, sebanyak masalah apa yang terjadi itu pasti akan ringan karna itu menyenangkan, meski masalahah itu ringan namun karna tidak menikmati itu pasti akan menjadi beban pikiran" Kang Shin terdiam dia slalu meras bodoh didepan Lee.

"Kebanyakan yang mereka keluhkan hanya lelah tubuhnya karna beratnya pekerjaan dan mengabaikan jenuhnya otak melakukan yang tidak menyenangkan" Kang Shin memijat pelipisnya yang sakit mengapa semua yang dikatakan Lee cocok padanya.

"Lalu menurutmu apa yang harus aku lakukan?"

"Seseorang akan dihargai kerja kerasnya dengan benar ketika dia berada dilingkungan yang tepat, anda adalah orang yang sangat istimewa di mata orang orang yang memahami anda, sebuah pekerjaan bukan semata mata tentang gaji tapi teman kerja yang mengerti anda menghargai kerja keras yang telah anda lakukan, apakah semua itu sudah anda dapatkan ditempat kerja anda?" Kang Shin mati kutu dia berfikir apakah Lee ini seorang cenayan.

"Baiklah aku tutup dulu telfonnya, aku ada tamu" panggilan itu terputus, Lee mengantongi ponselnya pandangannya ke arah sebuah LED besar disebuah gedung pencakar langit.

Lee tersenyum lebar sambil mengusap sebutir air matanya yang tiba tiba jatuh, sebuah tangisan bahagia karna melihat wajah yang sangat ia rindukan terpapang disebuah layar besar, wajah Nine dengan dua temannya ahirnya mereka berhasil debut dengan album perdana mereka.

Lee sangat tau bagaimana perjuangan Nine untuk bisa menjadi seorang penyanyi, menjadi treine selama dua tahun bukanlah suatu yang mudah.

Meski Nine tidak tau apa yang dilakukan oleh Lee untuknya dulu, Nine bisa membantu Lee terang terangan di depan umum.

Namun tidak untuk Lee, Nine pasti akan menolak jika tau reynata meminta pegawai ayahnya untuk mempermudah jalan Nine untuk masuk agensi, bukan untuk menyuap karna tidak percaya kemampuan Nine tapi hanya untuk memberitahu mereka betapa berbakatnya seorang Nine.

Nine pernah di tipu oleh sesorang yang membeli lagu ciptaannya sendiri dengan harga jauh dari harga standar karena mereka meremehkan status dan identitas Nine yang hanya anak ingusan tanpa ada orang yang mendukungnya dibelakang, dia slalu ditolak berkali kali diagensi karna ketatnya persaingan dan banyak yang memakai cara kotor untuk mendapatkan promosi.

Padahal kemampuan Nine hanya perlu diasah sedikit dia sudah didukung dengan suaranya yang bagus terlebih dia bisa membuat lagu sendiri, sebenarnya cita cita Nine lebih ingin menjadi seorang kompuser dari pada seorang penyanyi.