Nine terbangun dari tidurnya, dia tidak tau mimpinya disebut mimpi indah atau mimpi buruk ketika dia bertemu dengan Soo Ara dia terlihat tersenyum namun dengan berlinangan air mata.
Minggu ini adalah hari bahagianya dan orang yang ia ingin berbagi kebahagian adalah Soo Ara dan Nine hanya bisa datang ke tempat istirahat terakhirnya, disana Nine bercerita selayaknya Soo Ara ada dihadapannya, baru tadi pagi dia sempat kemakamnya namun malam ini dia sudah datang dalam mimpinya.
Jam dindingnya menunjukkan angka 00:23 namun rasa ngantuknya hilang sama sekali, karna tak tau lagi harus berbuat apa dia membuka leptopnya kemudian login ke game online.
Sejak kepergian Soo Ara dia seperti kehilangan minat untuk mencari teman, jika ada yang mau berteman dengannya ayo, jika mereka tidak mau Nine tidak akan bersusah payah mengemis pertemanan.
Permainan malam ini entah mengapa sangat membosankan, mungkin karna mood nya tidak baik jadi dia harus mati berkali-kali, namun setelah satu jam bermain dia bertemu superhero lainnya yang menawarinya berburu monster.
Dia superhero Elf sepertinya dia pemain lama levelnya sudah sangat tinggi, tapi mengapa dia mengajaknya bergabung apa mungkin karna sudah larut malam jadi dia memilih teman secara rendom.
Setelah setengah jam berlalu mereka berhasil membunuh para monster itu, Nine sedikit sejenak memperhatikan ID Elf itu namun ia segera membalas pesan kawan mainnya yang akan offline, karna perasaan Nine sudah mulai membaik dia memutuskan untuk berhenti dan rasa mengantuk itu datang lagi.
Seharusnya Nine harus cukup tidur karna besok jadwalnya sangat padat dia dan rekan satu grupnya harus melakukaan tuer kebeberapa kota.
Usaha memang tidak akan menghiyanati hasil, sebelumnya kerja keras Nine slalu saja gagal dan berahir dengan kekecewaan namun dia tetap terus bersemangat dan berusaha sampai dia menolong teman sekolahnya yang bernama Soo Ara.
Waktu itu dia sedang dibully dibelakang sekolah oleh lima cewek, cewek itu sangat mengenaskan penampilannya sudah sangat acak acakan dia kebingungan mencari kaca mata tebalnya.
Ternyata kaca mata itu sudah hancur karna perlakuan lima cewek itu, karna kasihan Nine mengantarkanya pulang, ternyata dia anak kaya namun dia sama sekali tidak menampakkan kalo orang tuannya mampu dia bisa di bilang cukup sederhana.
Soo Ara disekolah tidak pernah memakai barang barang mahal seperti teman teman sekolahnya, aufitnya sama seperti yang lain padahal kalo dia mau dia mampu untuk membelinya dari semua barang yang dipakai paling mahal adalah kaca matanya, bila dilihat sekilas mungkin sama seperti dipasaran tapi sebenarnya itu didesain khusus untuk Soo Ara mungkin harganya bisa mencapai 120 juta, Nine sangat kaget mengetahui yang sebenarnya jika itu dia uang sebanyak itu bisa membiyahi hidupnya setahun.
Sejak saat itu dia dan Soo Ara menjadi dekat, Nine tidak percaya jika dia adalah teman pertamannya dan satu satunya, karna yang lain nya hanya teman fake, yang datang ketika mereka butuh hanya untuk memanfaatkan Soo Ara.
Soo Ara terlalu baik untuk disakiti dia terlalu baik sehingga dimanfaatkan, entah mengapa Nine merasa perlu melindungi wanita yang belum lama dikenalnya ini.
Meraka terdua berteman baik sampai mereka memasuki sekolah menengah atas, setelah mengenal Soo Ara dia begitu banyak mendapat kemudahan dari hidupnya, ayahnya yang telah lama di PHK dalam waktu dekat mendapat pekerjaan baik, ibunya pun begitu pesanan makanannya meningkat, dia pun yang telah berkali kali ditolak oleh agensi tiba tiba mendapat panggilan untuk pergi ke agensi untuk casting.
Nine slalu memanggil Soo Ara dengan mata empat namun dia tidak marah jika yang memanggil sahabatnya itu, Nine sangat nyaman dengan Soo Ara meski banyak dari mereka mengatakan Soo Ara kuno dan kuper, numun dimata Nine Soo Ara hanya gadis pendiam yang sulit berinteraksi karna banyaknya bully yang ia terima, dia bisa saja sama seperti yang lain tampil cantik dan modis namun ia enggan melakukannya, dia slalu bilang menjadi diri sendiri itu susah tapi menjadi orang lain akan lebih menyusahkan untuk kedepannya.
Sebenarnya Nine merasakan ada yang aneh dalam dirinya, dia merasa slalu ingin dekat dengan melindunginya membuatnya senantiasa tersenyum.
Malam itu dia mendapatkan kabar bahagia jika dia diterima sebagai trenee dan yang pertama kali orang yang ingin ia beritahu adalah Soo Ara mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semua yang dirasakannya pada Soo Ara, sebenarnya Nine masih ragu dengan apa yang dia rasakan pada Soo Ara, yang ia tahu Nine sangat nyaman berada di samping Soo Ara, karna terlalu bahagia nine tidak begitu fokus hingga kecelakaan itu terjadi.
Semua gelap dan Nine tak mengingat apa yang baru terjadi hingga dia benar benar tertidur selama dua hari, ketika dia bangun Nine terbaring dirumah sakit dengan begitu banyak perban ditubuhnya hanya ada ibunya yang menunggunya, ia ingin sekali menghubungi Soo Ara namun sayang ponselnya hancur dan dia tidak ingat no nya.
Semua yang dia miliki hanya ada dalam ponsel itu dan satupun tidak ada yang tertinggal. Nine dirawat dirumah sakit selama hampir satu bulan hingga dia benar benar sembuh dan setelah ia keluar rumah sakit yang pertama ingin dia lakukan adalah menemui Soo Ara, dia sudah sangat merindukannya dia ingin marah padanya mana mungkin dirinya kecelakaan Soo Ara tidak mendengar berita itu dan tidak menjenguknya.
"Ibu aku ingin pergi sebentar" Nine sudah bersiap ingin pergi.
"Mau kemana? kamu belum sembuh betul." ibunya langsung berhenti dan menatap putranya yang sudah rapi.
"Ibu, aku hanya sebentar! aku sangat jenuh, aku ingin menemui temanku hanya sebentar saja" ibunya terdiam ada rasa bersalah di wajahnya.
"Soo Ara?" Nine berfikir keras bagaimana ibunya bisa tau jika dia ingin menemui Soo Ara, seingatnya dia tidak pernah sekalipun menyebut nama Soo Ara didepan ibunya.
"Bagaimana ibu bisa tau kalau temanku bernama Soo Ara?" nine masih belum mengerti.
"Duduklah ibu ingin bicara sesuatu" dengan lembut wanita itu membawa Nine kesofa, mata wanita itu sudah berkaca kaca akan jatuh dalam hitungan detik dan Nine masih belum mengerti apa-apa, apa yang salah dengan ibunya.
"sebenarnya Soo Ara datang malam itu, dia menunggumu sampai selesai operasi dia juga yang membayar semua tagihan perawatanmu, maafkan ibu" wanita itu menangis, Nine tetap diam menanti ibunya melanjutkan.
"Kenapa ibu baru memberi tahu ku sekarang?" ibu Nine menghela nafas beratnya sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Waktu itu karna ibu takut Soo Ara akan di cari ibunya, ibu menyuruhnya untuk pulang, ibu sangat menyesal jika tahu begitu ibu akan biarkan dia bermalam disini." namun ternyata air mata itu tak dapat lagi di bendung.
"Ibu tenanglah jangan menangis, ceritakan dengan benar" Nine juga sangat gugup
"Soo Ara pulang sudah hampir pagi dan ketika pagi datang ibu melihatnya didalam televisi rumah sakit awalnya ibu tidak begitu memperhatikan berita pagi itu namun ketika ibu mendengar nama Soo Ara ibu langsung mencari informasi tentang itu, ibu sangat tidak percaya bahwa Soo Ara yang berada di televisi orang yang sama yang berbeda tadi malam bersama ibu, rumah milik Soo Ara terbakar hebat, Soo Ara dan ibunya tidak bisa di selamatkan". ibu Nine memandang putranya dengan berlinangan air mata.
Seperti terkena petir disiang bolong, Nine lupa untuk berkedip apa lagi bernafas otaknya kosong mendengar berita yang sangat besar ini.
Setelah beberapa detik kemudian Nine langsung bangun dari duduknya berlari sekuat tenaganya menuju rumah Soo Ara, ibunya ingin menghentikannya tapi dicegah oleh ayahnya, sedari tadi ayah Nine mendengarkan percakapan mereka yang berdiri tak jauh dari sofa.
"Percuma biarkan saja dia juga butuh menyakinkan hatinya dengan melihat dengan matanya sendiri" ayah Nine memeluk tubuh istrinya yang masih menangis.
Air mata Nine tumpah begitu saja hatinya tersayat, lututnya pun tak sanggup lagi menopang tubuhnya saat melihat rumah mewah itu yang sudah tak seindah dulu lagi, penuh warna hitam menghiasi di segala sudut.