webnovel

IHeart You

**Season I: (TAMAT) Indah Putri Soedarmo, berasal dari keluarga yang kaya raya. Apapun bisa Putri dapatkan dengan mudah. Membuat pribadi remajanya tumbuh menjadi egois dan tidak mau tersaingi oleh siapapun. Kehidupan percintaannya pun tidak berjalan mulus, ia harus memilih antara mengorbankan perasaannya atau membantu orang tuanya untuk melakukan perjodohan dengan pria tampan dan kaya raya, dan memliki sifat dingin dan angkuh. Demi menyelamatkan perusahaan keluarga yang sudah lama berdiri. **Season II - Start Chap 215. I Heart You - Unforgettable Selama ini Jane melarikan diri dari suaminya sendiri, merasa sakit hati ketika ia mengetahui bahwa Henry akan menikah lagi dengan wanita lain. Setelah bertahun-tahun menghilang, akhirnya takdir mempertemukan kembali Jane dan Henry. Tapi... anehnya dia harus menjadi sekretaris Henry, itupun karena permintaan Nicole - istri kedua dari Henry. "Sayang... tadi aku sempatkan mengatakan kalau aku menemukan sekretaris yang cocok untukmu. Dan perkenalkan dia adalah Nona Jane." Ucap Nicole yang menunjuk pada Jane, senyum yang ia berikan berkesan ramah. Apakah Nicole tahu hubungan antara Jane dan Henry? Apakah dia tahu, jika wanita yang akan dijadikan sekretaris suaminya adalah... istri pertama Henry?

Sita_eh · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
393 Chs

Dan Badai Mulai menghantam 2.

Putri melihat Ibunya yang sedar terbaring di atas tempat tidur, matanya terpejam layaknya orang yang tertidur lelap. Bahkan ada banyak balutan kain putih yang menutupi sebagian kepalanya, Putri juga melihat jahitan panjang yang terdapat di pipi kanan ibunya.

Putri semakin berjalan mendekati ibunya, Ia bisa melihat banyak jahitan di sekujur tubuh ibunya. Putri menutup mulutnya, menahan nafasnya dan masih tidak percaya dengan penglihatannya. Wajah ibunya terlihat sangat pucat dan matanya masih terpejam, bahkan tangisan Raja dan Rafa yang keras tidak membangunkan dari tidurnya.

"Mama..?" Ucap Putri cukup keras, Raja yang berada di sampingnya melirik ke arah Putri dan bangkit dari duduknya, untuk kesekian kalinya Putri dirangkul oleh saudara laki-lakinya. Raja menyeka air matanya, dan semakin erat memegang bahu Putri.

Putri melepaskan pelukan Raja dan langsung meraih tangan ibunya, dan menyentuh pipi ibunya dengan pelan dan lembut. Putri merasakan rasa dingin saat menyentuh kulit ibunya, bahkan ia juga merasakan kulit ibunya menjadi kaku.

"Mama..?" Putri mencoba memanggil ibunya, tapi mata ibunya tidak terbuka masih terpejam seakan tidak mendengar suara Putri yang memanggilnya. Putri kembali berlinang air mata, masih tidak percaya dengan yang dilihatnya. Ia kembali memanggil ibunya berulang-ulang bahkan lebih keras dari sebelumnya.

Putri yang sudah mulai histeris, membuat orang yang berada di luar masuk kedalam ruangan tersebut. Putri tetap berusaha memanggil ibunya, dan kali ini dia sedikit menggoncangkan tubuh ibunya. Raja mendekati Putri, dan menarik Putri yang masih mencoba untuk tidak melepaskan genggaman dari tangan ibunya.

Raja kini kembali memeluk Putri dengan masih terisak nangis. Mereka yang berada di luar mulai masuk kedalam ruangan. Rafa, Rian, Wira pun mengelilingi Putri. Mereka tidak mengatakan satu katapun, tapi Putri sadar dengan situasi yang menyedihkan ini. Ia sadar bahwa ibunya tidak akan lagi membuka matanya.

Hari itu adalah hari yang berat untuk keluarga Soedarmo, Bambang Soedarmo masih terselamatkan setelah melalui operasi yang cukup berat. Hanya saja Bambang masih belum sadarkan diri dari operasinya. Bambang mengalami patah tulang yang cukup parah di area kakinya, tidak hanya itu benturan yang keras di kepalanya menyebabkan ada cedera di kepalanya.

Sungguh menyedihkan, bahkan Bambang yang belum sadar dari komanya belum menyadari kematian istri tercintanya. Dalam kesedihannya, Putri menyempatkan diri untuk melihat kondisi ayahnya yang masih berada di ruang ICU. Putri berkali-kali menyentuh tangan ayahnya, tangan itu masih hangat. Putri merasakan ayahnya masih ada dan ia merasakan takut berlebihan jika harus kehilangan ayahnya. Putri mengecup kening ayahnya, dalam hatinya ia terus berdoa untuk kesembuhan ayahnya.

Renata yang baru saja tiba, terlihat dari koper yang masih dibawanya, memberikan semangat kepada suaminya Roy. Memberikan pelukan kepada Roy, terlihat wajahnya yang simpati menatap suaminya.

Hari itu merupakan hari yang sangat berat, jenazah ibunya dengan segera dibawa pulang menuju kerumah mereka. Siang hari para kerabat, sahabat dan keluarga jauh berdatangan, banyak ucapan belasungkawa yang mereka terima. Bahkan Mega pun mendatangi Putri dan memeluknya yang sedang bersedih, Putri tidak memikirkan apapun. Ia saat itu tidak begitu peduli apakah Mega tulus ataupun tidak bersimpati kepadanya.

Tidak hanya itu, media pun menyoroti berita kematian Mariana yang cukup tragis. Surya dan Roy pun memberikan beberapa penjelasan kepada media, mengenai kondisi ayah dan mereka saat ini.

Pemakaman pun berlangsung tanpa ada kehadiran Bambang yang masih terbaring dirumah sakit. Suasana sore itu sangat memilukan, bahkan hingga langit pun ikut bersedih dan berlinang air mata atas kepergian Mariana.

Hingga malam, para kerabat dan keluarga tetap berdatangan mengucapkan ucapan belasungkawa. Malam yang sudah mulai larut, membuat para tamu pulang satu persatu-satu meninggalkan kediaman mereka,

Putri yang masih duduk diruang keluarga, terus memandangi album foto keluarga. Membuka satu persatu halaman, foto-foto masa kecil bermunculan. Foto keluarga, dan foto-foto ibunya yang selalu terlihat cantik di foto.

TV masih menyala diruang keluarga, bahkan kali ini ada berita malam yang memberikan informasi kecelakaan Direktur utama Elang Industri bersama Istrinya. Putri langsung melihat ke arah TV, melihat penyiar wanita yang menyampaikan berita duka.

Putri masih menyimak penyiar TV itu meberikan penjelasan bagaimana kecelakaan itu terjadi. Penyiar itu menjelaskan bahwa, mobil yang dikendarai oleh Bambang ditabrak oleh pengemudi truk yang tidak sadar dalam kondisi mengantuk. Karena kejadian berlangsung di malam hari, hujan dan jalanan yang sepi. Pengemudi tersebut tidak menyadari, bahwa lampu merah yang berada di depannya. Pengemudi terus menjalankan truknya, tanpa menyadari mobil yang dikendarai Bambang melaju dari arah berlawanan.

Penyiar tersebut, bahkan menginformasikan bahwa mereka memiliki bukti CCTV. Putri semakin memperhatikan layar TV yang berada di depannya. Tiba-tiba saja Rian datang, dan mematikan siaran berita malam itu. Putri melihat lesu Rian, yang wajahnya juga sama lesu dan lelahnya seperti Putri.

"Putri, ini sudah malam. Ada baiknya kamu istirahat." Perintah Rian. "Ya kak," Jawab Putri pelan, dan berdiri meletakkan kembali album foto di dalam lemari yang ia ambil. "Kak?" Putri membalikkan badannya, "Ya?" Rian balik bertanya.

"Papa, Apa papa..?" Putri tidak berani meneruskan pertanyaannya. "Papa akan baik-baik saja OK. Kita tidak boleh pesimis." Jawab Rian dengan yakin. "Jaga kesehatanmu, kita akan bergantian menjaga papa di rumah sakit. Malam ini, Raja dan Rafa yang menjaga." Ucap Rian melanjutkan.

Putri pun menuruti perintah Rian, untuk beristirahat. Malam itu adalah malam yang sangat berat untuknya. Walaupun semua orang sudah berada di dalam kamar, ternyata tidak hanya Putri yang tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semua anak Mariana, masih terjaga. Walaupun tubuh mereka berbaring di tempat tidur, tapi pikiran mereka tetap menerawang dan memikirkan kenangan-kenangan manis bersama ibu mereka.

Semua masih tampak terpukul, dan masih belum mempercayai apa yang baru saja mereka alami. Malam itu suasana rumah lebih sunyi daripada biasanya, kesunyian yang selama ini seperti diam-diam mengikuti keluarga Soedarmo.

*Senyumannya tak lagi kurasa.

Tangannya yang lembut, tak lagi menyentuhku.

Kenangan yang terindah yang tak kan pernah hilang walau termakan waktu.

Tak perlu menatap kesedihan yang terlalu dalam.

Cukup dengan tersenyum dan mengingat semua kebaikan yang ada.

Menguatkan hati, dan menghadapinya dengan cara yang bijak.

Jangan pernah menyalahkan-Nya

Jangan pernah berprasangka kepada-Nya

Karena Dia yang lebih tau, apa yang terbaik untuk semua.

Putri menutup buku catatannya, menarik selimutnya dengan panjang. Kali ini air matanya mulai mengalir, walau hanya sedikit tapi rasanya lebih menyakitkan. Mencoba memejamkan matanya dan mengingat-ingat wajah ibunya yang selalu tersenyum kepadanya. Berharap dia bisa mengatakan untuk terakhir kalinya bahwa dia sangat menyayangi ibunya hingga kapan pun.