webnovel

Hikmah 1.

Empat hari pun berlalu, semenjak kepergian ibunya. Putri dan Wira belum memutuskan untuk bersekolah. Mereka memutuskan untuk mengambil waktu satu minggu untuk berduka. Di sisi lain Surya dan Roy mulai bekerja sama kembali untuk membantu ayah mereka di perusahaan.

Andi dan Putri selalu rutin datang berkunjung untuk menengok ayah mereka yang belum sadar. Andi selalu menyemangati Putri yang masih terlihat sedih.

Putri melihat perubahan luar biasa yang tidak dibayangkan olehnya dengan sikap Mega yang berubah. Putri ingat di hari kedua setelah kepergian ibunya, Putri masih berdiam diri di kamar. Sore itu dikamar setelah berbicara ditelepon dengan Andi, Putri mendapati ada yang mengetuk kamarnya, dan melihat sosok Mega berdiri di depannya.

Mega benar-benar berubah atas sikapnya selama ini terhadap Putri, bahkan dia pun meminta maaf membuat Putri menjadi depresi.

Putri tidak menyangka, Mega telah kembali menjadi Mega yang dulu, yang tidak memiliki dendam terhadapnya. Bahkan Mega juga mengatakan kepadanya, bahwa dia sudah mengatakan kejadian sebenarnya kepada Wira - kejadian di hari pertama sekolahnya.

Putri tentunya tidak menolak ajakan perdamaian itu, tapi saat ini dirinya masih butuh ruang untuk berpikir, dan Mega memahami akan hal tersebut.

Sore itu dihari kelima setelah kejadian, Putri mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa ayah mereka telah siuman. Semua Anggota keluarga segera menuju ke rumah sakit, kecuali Rian yang sudah berada disana. Mereka sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayah mereka.

Sesampainya disana, mereka bisa melihat sosok ayah mereka yang selalu terlihat kuat dan tegar, sudah tidak sekuat atau setegar apapun. Ayah mereka sudah mengetahui kepergian istri tecintanya.

Isak tangis kembali menghampiri mereka, ketika mereka tidak kuat melihat ayah mereka yang menangis pilu. Putri memeluk erat ayahnya, mengatakan ia akan menjaga ayahnya layaknya Ibunya dulu menjaga ayahnya.

Bambang tidak bisa langsung keluar dari rumah sakit, apalagi kondisinya yang masih belum bisa berjalan, dan masih ada prosedur operasi yang masih harus dilewatinya untuk memasang pen diantara tulang kakinya.

Mereka semua sangat mengerti dengan kesedihan ayah mereka, tapi saat ini yang bisa mereka lakukan adalah tetap memberikan kasih sayang dan semangat kepada ayah mereka.

Sudah tiga bulan berlalu semenjak sepeninggalan ibunya, pagi itu Putri seperti biasa bersiap-siap untuk bersekolah. Sarapan pagi, saat itu sudah cukup ramai. Semua anggota keluarga berkumpul, termaksud Surya dan Leyna yang sudah tinggal bersama mereka. Renata pun tampak akrab dengan Leyna, tidak terlihat dia tidak menyukainya.

Putri berpikir apakah ini hikmah dibalik semuanya, akhirnya keluarga mereka bisa berkumpul tanpa ada konflik. Bambang terlihat pucat dan masih duduk di kursi rodanya, pasca operasi ia belum diperbolehkan untuk berjalan normal.

"Hari ini papa, akan kembali ke makam mama." Ucap Bambang, dan kini semua orang di meja makan memperhatikannya berbicara. "Papa yakin?" Tanya Surya . "Ya." Jawab papa cepat.

"Hari ini Surya dan Roy akan ke kantor. Kami belum bisa temani papa ke makam mama." Roy menjelaskan. "Papa berangkat dengan supir saja."Jelas Papa. "Jangan Pa." Larang Rian. "Bagaimana kalau kita tunda besok, kalau besok Rian bisa temani papa." Rian menjelaskan.

"Gak apa-apa kok, biar papa sendiri aja." Ucap Bambang dengan tersenyum. "Leyna antar ya pah?" Leyna mendadak menawarkan diri, terlihat ada rasa kaget yang timbul beberapa detik di wajah Bambang melihat menantu yang selalu ia musuhi menawarkan bantuannya.

"Maaf pah, Renata juga belum bisa antar. Renata juga ada keperluan di kantor, kalau besok bisa kok." Renata pun tidak mau kalah perhatian dengan Leyna. Papa pun tersenyum dengan lebar dan tertawa kecil. Semua memperhatikannya, dan juga bingung.

"Kalian semua perhatian sama papa." Suara Bambang sedikit bergetar, mereka semua mengira ayah mereka akan menangis. "Raja, Rafa, maafin papa ya. Atas sikap papa selama ini." Ucap Bambang yang memandang Raja dan Rafa yang duduk persis disisi kanan dan kirinya. Raja dan Rafa pun membalas dengan menggenggam tangan ayahnya.

"Surya dan Leyna, Papa juga minta maaf dengan kalian. Selama ini sikap papa pada kalian pasti menyusahkan." Ucap Papa kembali tersenyum dan memandang Surya dan Leyna yang membalas senyuman Bambang.

"Roy, Renata. Papa juga berterimakasih atas pengorbanan kalian." Kali ini Bambang menyeka air matanya yang keluar. "Pa, sudah jangan sedih lagi." Ucap Roy yang khawatir melihat ayahnya menitikkan air matanya.

Bambang menarik nafasnya dengan panjang, "Rian, Wira, Putri. Papa tau selama ini papa kurang perhatian pada kalian." Bambang menatap ketiga anaknya, dan kembali menitikkan air matanya, "Papa minta maaf ya." Ucap Bambang masih menyeka air matanya.

"Pah, benar kata Ka Roy. Papa jangan bersedih lagi." Putri berjalan mendekati ayahnya, dan merangkul ayahnya dengan penuh kehangatan.

"Papa jangan sedih, nanti sore Putri juga ikut bantu temani papa ke makam mama ya. Ucap Putri menatap wajah ayahnya dengan senyuman. "Papa Harus banyak istirahat, pulangnya jangan terlalu malam ya." Ucap Surya menimpali.

"Papa gak perlu pusing dengan urusan pekerjaan. Kali ini Roy dibantu Surya." Roy menatap Surya, dan Surya meresponnya dengan mengangguk cepat. Papa kembali tersenyum menatap semua anggota keluarga yang berada di meja makan.

Entah mengapa kali ini Bambang merasakan kehangatan di keluarganya, walaupun tanpa kehadiran istrinya. Sarapan pagi berlalu dengan cepat, tapi setiap anggota keluarga merasa waktu sarapan mereka berjalan dengan lama.

Canda dan tawa mulai terdengar, setiap anggota keluarga sibuk menceritakan kegiatan mereka. Bahkan kali ini Raja dan Rafa tidak ragu untuk menceritakan soal bisnis yang mereka jalani selama ini.

Setelah sarapan pagi usai. Surya dan Roy yang ditemani oleh Renata bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Wira dan Rian memutuskan untuk berangkat bersama, sedangkan Raja dan Rafa mereka pun bersiap untuk menuju galeri mereka.

Leyna, tentunya menemani papa yang berada di rumah. Keberadaan Leyna tentunya sangat membantu dalam mengelola rumah tangga, para assisten rumah tangga pun menyambut Leyna dengan sangat senang.

Sedangkan Putri seperti biasa ditemani oleh Andi menuju sekolah. Perjalanan mereka cukup lancar, dan Putri bisa merasakan sinar matahari pagi yang ia rasakan memberikannya banyak semangat dalam ia menjalani hari-harinya.

Walaupun tiga bulan sudah berlalu, Putri masih saja menerima ucapan turut berduka dari teman ataupun guru-guru disekolahnya. Kali ini Putri lebih banyak bersosialisasi dengan teman-teman kelasnya. Andi yang menyadarinya sangat senang melihat perubahan Putri.

"Putri..." Ucap Rika yang menghampiri dengan tergesa Putri dan Andi yang sedang berjalan di lorong sekolah. "Kenapa Rika?" Tanya Putri dengan senyuman, awalnya Rika sedikit bingung melihat perubahan Putri, tapi ia pun tidak terlalu memikirkannnya selama perubahan itu baik.

Next chapter