"Jangan bermain-main dengan pisau tajam itu, Taku!" bentak Tuan Akira, kesal.
Namun, Takumi lagi-lagi meraih pisau itu dan meletakkannya tepat di hadapan ayahnya. Napas Takumi masih terengah. Dapat dibayangkan seberapa perjuangannya pergi ke rumah sakit untuk mencari bus hingga pulangnya terpaksa jalan kaki untuk melewati jalan pintas agar cepat sampai rumahnya.
"Lakukanlah, Pa! Bukankah papa tadi ingin membunuh Taku?" ucap Takumi, melihat secara bergantian pisau dan ayahnya.
"Kamu ini kenapa, Taku? Kenapa kau bertingkah aneh, huh?! Apa maksudmu menyuruh papa untuk membunuhmu?" tanya Tuan Akira, masih belum sadar situasi.
"Bukankah Papa tadi mengatakan kalau punya keturunan seperti itu, pasti sudah Papa bunuh saja daripada bikin malu keluarga Akazawa, eum?"
"Memang iya. Lalu, apa hubungannya denganmu, Taku? Bukankah yang diceritakan Yui tadi adalah teman kuliahnya?" Tuan Akira berucap, tapi dia masih bingung dengan sikap putranya yang polos itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com