"Beneran? Yayy!!"
Aku terlalu excited sampai meloncat ke daddy dan hasilnya tulang ku yang retak terasa sakit. Aku berusaha menyembunyikannya dari daddy, nanti kalau daddy tau bisa gawat. Rencana ku untuk bersenang-senang pasti batal.
Kemudian, kami turun ke bawah dengan daddy yang menggendongku seperti kanguru yang menggendong anaknya, beberapa orang sempat memperhatikan kami. Meskipun begitu daddy tidak merasa terganggu sama sekali padahal kan dia sosok terkenal. Daddy apa gak takut image nya jelek karena aku?
Daddy dengan leluasa mengambil air dan memberikannya padaku. Beberapa bartender terlihat menyapa daddy dan aneh nya mereka tidak menghentikan daddy mengambil minumnya sendiri, Tunggu, apa aku melewatkan sesuatu?
"Daddy kenal dengan pemilik club ini?" Tanya ku setelah daddy duduk
"Hm? kenapa kau berfikir seperti itu?"
"Karena Luca lihat daddy santai banget kayak tempat ini punya daddy"
"Seperti itulah"
"Apa?!"
uhukk uhukk
Aku sampai tersedak karena daddy. Sekarang aku tau kenapa orang tidak berbicara dan minum disaat bersamaan.
"Ssshh minumnya pelan-pelan, Luca"
"Wait, daddy bilang kalo club ini punya daddy?"
"Setengahnya"
"Setengahnya??"
"Iya, aku dan Edward mendirikan tempat ini. Meskipun sebagian besar management club diurus oleh nya tapi terkadang Ed akan meminta bantuanku ketika membuat keputusan penting"
"Wow" ucapku sambil bengong
"Luca? kau baik-baik saja?" tanya daddy setelah melihat muka wajah bodohku.
"Yeah... Yeah, I'm so fine. It's just... Daddy dan Mr. Doctor tidak terlihat seperi bisa bekerjasama meskipun kalian bersahabat"
Dengan senyum mengembang diwajahnya daddy menjawab
"Kami sudah mengenal terlalu lama sampai aku merasa bosan jika harus berbicara dengannya, mu
ngkin itu yang membuatmu merasa kami seperti kucing dan tikus"
"Memangnya sudah berapa lama daddy kenal Mr. Doctor?"
"Emm entahlah. Kami teman sejak kecil. Semua ingatan masa kecilku penuh dengan Edward dan Xander"
Masa kecil daddy terlihat seru, bahkan daddy punya sahabat yang sampai saat ini masih tetap berhubungan dengannya.
"Apa daddy masih sering berkumpul dengan mereka?"
"Tidak begitu sering tapi kami selalu menyempatkan diri untuk tetap bertemu meskipun sibuk"
"Teman-teman daddy terlihat seperti orang yang baik"
"Dan Luca adalah yang tebaik"
"Eh? ti-tidakk... Lu-Luca..." Seketika wajahku memerah ketika daddy memujiku seperti itu.
"So cutee" daddy mengecup tanganku sambil terus melihat wajahku yang semakin memerah. Aku harus belajar mengendalikan diri, 'Sialan sejak kapan aku jadi mudah tersipu begini?'
"Sekarang giliran Luca"
"Giliran apa, daddy?"
"Aku ingin tau lebih banyak tentangmu, baby boy" ucap daddy dengan tatapan serius
"Ta-tapi..."
"Tidak apa, kalau Luca belum siap daddy akan menunggu"
"Eh? Emm... Luca tidak tau harus cerita apa"
Aku tidak pernah bercerita apapun kepada siapapun tentang masa laluku karena itulah aku tidak tau harus mengatakan apa. Memang apa yang menarik dariku? Aku hanya pelayan restauran biasa yang tidak menarik sama sekali. Bagaiman jika daddy nanti menjauh setelah tau kalau aku hanya orang biasa?
"Jangan pernah berfikir yang aneh-aneh, baby boy. Daddy tidak akan pergi kemanapun, I'm yours"
"Eh? daddy bisa membaca fikiranku?"
Daddy tertawa kemudian berkata "Tentu tidak baby"
Aku hanya tersenyum melihat daddy yang entah bagaimana bisa tau apa yang kufikirkan. beberapa menit kemudian aku mulai mengantuk dan daddy mengajakku pulang. Malam ini terasa menyenangkan, aku tidak menyangka akan punya kesempatan mengungkapkan kekhawatiranku pada daddy di club, iya di club. Tempat tidak biasa untuk terbuka satu sama lain.
Aku tidak yakin apakah daddy akan senang dengan ceritaku, tapi aku bersedia membuka diri kalau itu akan membuat daddy senang. Aku ingin menjalin hubungan serius dengan daddy jika daddy memang benar-benar menginginkan ku.
***
Aku bangun telalu pagi, Sialan!
Matahari masih belum terlihat, jam masih menunjukkan pukul 4 dini hari. Sepertinya semalam aku ketiduran dimobil, padahal semalem daddy janjiin hadiah buat aku tapi aku malah tidur, bodoh.
Daddy tertidur pulas disampingku dengan tubuhnya yang setengah telanjang, otot perutnya yang terlalu menggoda itu membuat air liurku mengalir. Aku laper... pengen makan daddy.
'That's it! jilatin daddy pagi-pagi pasti enak banget'
Aku tak menyangka sepagi ini tapi otakku udah encer banget. dengan cepat aku ke kamar mandi membersihkan diri dan kemudian melompat ke ranjang, wait, tidak jadi, nanti daddy bangun terus aku gagal sarapan.
'Bagian mana yang harus kumakan duluan? hmmm semua terlihat enak'
Pen*s daddy, Smart boy. tidak buang-buang waktu lagi segera kuturunkan celana pendek daddy dan mataku disuguhkan pemandangan luar biasa.... pen*s daddy pas gak bangun aja gede, pantes pas bangun susah banget masuk di mulutku.
'Tenang Luca, tenang...isep dikit-dikit'
Dengan perlahan aku menjilati ujung pen* daddy lagi... lagi...
"mnnhh it's perfect. This is the best breakfast ever"
Aku semakin tidak sabar, cepat-cepat kubuka mulutku dan kumasukkan pen*s daddy yang masih tertidur kedalam, aku menghisap pen*s daddy perlahan kemudian kuberikan tekanan dengan lidahku, kumainkan lidahku didalam agar pen*s daddy cepet bangun.
"Mnnnhhh... soo good... mnhh..." Kutarik mulutku kemudian kuhisap terusss
"Mnhhh..."
Slurp slurp...
Akhirnya pen*s daddy bangun juga!
"Boy"
'Sh*t. Bukan Cuma pen*s nya yang bangun tapi orangnya juga!'
"Ehe daddy"
"Apa yang kau lakukan?" tanya daddy dengan suara khas bangun tidur, aw so sexy.
"Luca laperrr" ucapku sambil terus menjilati pen*s daddy yang semakin tegang.
"Dan kau menjadikan pen*s ku sebagai camilan?"
"Luca Cuma pengen jilat kok... gak dimakan beneran"
"Come here"
Aku merangkak keatas tubuh daddy dan duduk diperutnya.
"What a naughty boy"
"Ehe yes, daddy"
"You like being naughty?"
"Yes, daddy... I'm your naughty boy"
"That's right, you're mine"
"Yes yes yesss"
Daddy membaringkanku di ranjang kemudian dia mengambil lube dari night stand. Daddy melepaskan piyama tidur ku pelan-pelan yang membuatku semakin tidak sabar.
"Daddy cepett, Luca pengen isep punya daddy"
"Ssshh kali ini Luca cukup berbaring saja"
"Eh?"
Bukan menjelaskan maksud perkataannya, daddy langsung memasukkan pen*s ku yang sudah tegang kedalam mulutnya dan mulai menghisapnya.
"Aaaaahhhh daddy sooo goooddd... yesssshhh... ahh..ahh"
Kenikmatan yang diberikan daddy membuat seluruh tubuhku bergetar, enak bangett, sudah lama aku tidak diberikan treatment seperti ini. Dengan gerakan lembut yang memabukkan, daddy memainkan pen*s ku dengan lidah dan bibirnya.
"Oh yeah.. disitu daddy... emut lagiiihhh... enak banget tadi... mnhh.. ah ah ahh"
Mataku tertutup rapat menikmati ini, aku merasa terbang... tiba-tiba jari daddy sudah bermain di hole ku.
"Aaaahhh yessshhhh..."
Daddy mengeluar masukkan jari-jarinya sambil terus menjilati pen*s ku. Perlahan aku membuka mata, ujung mataku sudah berair, ini terlalu nikmatt sampe rasanya pengen nangisss...didalem mulut daddy rasanya enakkkk.
"Ahh daddyy Luca gakuwat kalo gini terusss... Luca udah pengen keluarr"
"M-Masukin punya daddy kedalem.. masukinn... ahhh" teriakku disela nafas yang memburu.
Bukan menuruti keinginanku daddy malah menggigit nipple ku sambil menjilatnya dengan lidahnya yang lembut. My brain... I can't think anymore...
"Ahh Ahh ywess.. moreee... moreee... gigit lagi daddyy... terusshh"
Berpindah dari satu nipple ke nipple lain, daddy melakukan hal yang sama. Menjilatinya, mengigitnya dan menjilatinya lagii.
"Daddy I can't... cum.. I wanna cum"
"Ahhhhh...ahhhh..."
Tanpa sadar tiba-tiba cairan putih kental sudah menyembur keluar padahal daddy belum masukin pen*s nya. Nafasku masih berat.
"Da-daddy... I'm so-rry.."
"Ssshh it's fine, hari ini daddy akan membuatmu cum berkali-kali sampai tubuhmu ingat siapa pemilik nya"
Mendengar kalimat daddy, jantungku terasa berhenti berdetak. Damn that's hot.
"Y-Yes, daddy"