"Yeah, sure" Jawab Mr. Doctor, daddy juga meng-iya-kan tawaran tersebut. Kemudian kami naik ke atas menuju ruang semi tertutup yang akan diggunakan oleh mereka. Aku masih bingung dengan situasi ini. Setelah aku dan daddy punya sedikit privasi, jauh dari Mr. Doctor, aku bertanya pada daddy.
"Daddy, kenapa Mr. doctor membiarkan sub nya melakukan scene dengan dom lain?"
"Edward adalah seorang trainer, dia memberikan training kepada mereka yang mau menjadi submissive yang sempurna"
"Ohh, jadi Martin bukan kekasihnya Mr.Doctor?"
"Bukan"
"Kalau begitu Martin hanya salah satu sub yang sedang dia latih?"
"Iya, tapi Edward sangat pemilih. Sejauh ini dia hanya pernah melatih 3 orang sub "
"Lalu?"
"Jika sedang senggang, dia akan melakukannya. Selain itu, ada beberapa kriteria yang dia miliki"
"Emmm, Luca baru tahu kalau ada hal seperti itu di dunia bdsm play"
"Daddy akan mengajarimu semua, baby boy!" bisik daddy di telinga ku, wajahku memerah memikirkan kata semua yang dimaksudnya.
"Te-Terima kasih daddy" ucapku malu-malu
"Luca mau bertanya lagi?"
"Eh? Emm iya... Jadi Mr. Doctor mengijinkan Martin bermain dengan siapapun?"
"Tidak, apa kau tadi memperhatikan kalau diawal mereka sudah membuat kesepakatan?"
"Emm iya"
"Seperti itulah, Edward selalu mengutamakan keinginan sub nya, meskipun trainee sekalipun. Dia adalah salah seorang respectable dom di sini karena image nya yang selalu menghormati keinginan sub nya. Karena itulah banyak sub yang mengejarnya"
"Ohh, tidak heran aura nya terasa sangat menenangkan"
"Tentu"
"Lalu, siapa sub sekaligus kekasihnya Mr. Doctor?"
"Edward tidak memiliki seseorang seperti itu di hidupnya"
"Eh kenapa?"
"Aku juga ingin tahu jawaban dari pertanyaan mu, baby. Tapi jangan sampai kau menanyakan itu kepada Ed"
"Yes, daddy"
Aku menatap daddy yang saat ini terlihat serius, sepertinya daddy dan Mr. Doctor benar-benar sudah berteman sangat lama. Pertanyaan barusan tentu punya jawaban yang panjang dan menguras perasaan.
"Daddyhh~"
"Mn?"
"Please, I want it"
"What is it?"
"Yours"
Daddy menunjukkan senyum evil nya setiap kali aku memohon seperti ini. Martin dan master Reynolds melakukan scene yang membuatku harus memohon dan memohon pada daddy untuk mengizinkanku menghisap pen*s nya. Damn that scene was hot!.
Disekitarku, para master dan sub sudah melakukan banyak 'hal' sambil terus memperhatikan pertunjukkan di depan. Sedangkan aku masih memohon pada daddy, sepertinya daddy benar-benar tidak mau memberikan apa yang aku inginkan. Tapi, aku tidak selemah itu.
"Daddy, ayokk. Luca pengen emut pen*s daddyh"
"Alright, alright"
"Yasshh"
"Open your cute little mouth, boy"
"Yes, daddy"
Exitedly, ku buka mulutku berharap kali ini pen*s daddy bisa masuk sepenuhnya kedalam. Aku sudah melakukan beberapa latihan menggunakan dildo seperti yang diajarkan daddy tapi, aku selalu merasa punya daddy lebih besar dari dildo itu.
"Perfect" Daddy mengelus bibirku dan memasukkan dua jari nya kedalam mulutku.
"Dawdwyy..."
"Sssttt. Patient, boy"
"Ywes, dwadwy"
Tak lama kemudian daddy menyuruhku membuka resletingnya. 'OMG aku selalu ingin melakukan ini'. Aku menggigit resleting itu, perlahan turun kebawah sampai terbuka sepenuhnya. Pen*s daddy sudah tegang dan siap ketika kubuka mulutku menyambutnya untuk segera masuk.
"Good boy!"
Daddy duduk di leather sofa sedangkan aku berlutut dihadapannya dengan pen*snya yang besar dimulutku. Hanya menyadari posisi kami seperti ini membuatku lebih excited dari sebelumnya.
"Mnnhh~ ahh... whwy ywouwr pwenwish swo bwighh..mnhh" (Why your pen*s so big?)
"I believe you will like it even though you always protest about its size"
"ywewshh... mnhh... awi lwikwit..." (Yes, I like it")
"Mnh that's good. Keep doing it, boy!"
"Mnnhh.... ywesh dwadwy"
'My little mouth, finally you did a good job! Daddy like it!'
Latihan ku akhirnya membuahkan hasil, aku bisa memasukkan semua pen*s daddy ke dalam mulut. It feels good. Aroma manis precum yang menetes di ujung pen*s daddy terasa sangat nikmat. Aku menjilati setiap inci, lidahku menjelajahi milik daddy yang besar ini.
Pen*s ku sendiri sudah sangat tidak sabar ingin mendapat perhatian, baru aku mau meletakkan tanganku di situ daddy sudah melarangku.
"No, baby boy"
Dengan wajah bertanga-tanya, aku hanya menatap daddy sambil terus mengeluar-masukkan pen*s nya ke mulutku.
"Save it for later, you can touch it after we're home, understand?!"
Aku melepaskan pen*s daddy sebentar.
"But, I wanna cum"
"No"
"Daddy~"
"Daddy will give you a gift if you be a good boy tonight"
"Gift? Yesss"
"Good boy, now, go back to your lolipop"
"Yes, daddy"
Aku melanjutkan aktifitas yang baru-baru ini sangat kusukai – emut pen*s daddy. Scene di depan masih berlangsung, sesekali aku mendengar moan 'miaww~' yang sangat menggoda. Suara paddle yang bertemu dengan kulit membuatku merasa akulah yang sedang diberikan spanking. This sensation, awesome.
"Mnhhh... swo gwoodw" (so good)
"Faster baby! I'm close"
"Mnnhhh... Ahhh... yweshhh dwadwyhhh..."
Lidahku terus bermain dengan pen*s daddy, tenggorokanku terasa penuh dengan miliknya, bukan sakit tapi enak bangettt...
"Ahhhh... mnhhh...."
Aku memperhatikan daddy yang ada diatasku, matanya dipenuhi nafsu ingin mencengkramku, daddy menarik rambutku dan membantuku mempercepat kocokanku. Suara orang-orang terasa hilang. Aku tidak mendengar apapun kecuali nafas daddy yang mulai memburu. Beberapa detik kemudian pen*s daddy menyemburkan cairannya kedalam mulutku. Aku menelan semua, semua yang bisa aku telan tapi beberapa berhasil menetes dan mengalir keluar dari mulut bercampur dengan salivaku. Nafas berat daddy masih terdengar ditelinga ku. Tak lama kemudian daddy menarik pen*s nya dan menutup kembali resletingnya.
Tubuhku lemas, aku menyenderkan tubuhku di kaki sofa. Daddy kemudian mengangkatku dan mendudukkan ku di pangkuannya.
"My precious babby boy, you did a very good job today. Let me comfort you, baby"
"Mnn, thank you, daddy"
Aku mendengarkan suara berat daddy yang membisikkan kalimat-kalimat menenangkan ditelingaku. Sambil terus mengusap rambut ku, daddy mendaratkan hujan kecupan di seluruh bagian tubuhku.
"Kita ke bawah ya, daddy ambilkan sesuatu untuk Luca minum" ucap daddy setelah kesadaranku balik sepenuhnya.
"Luca gamau minum"
"Luca maunya apa? hm?"
"Mau pen*s daddy masuk ke dalem hole Lucaaa~"
Dadddy mengeluarkan smirk mematikannya
"Nanti dirumah ya sayang"
"Daddyyyy pleaseeee"
"Kita turun, daddy ambilkan Luca minum"
"Gamauuu~ ayolah daddyy" Aku mengalungkan tanganku di leher daddy, lidahku menjelajahi leher daddy
"Behave, boy!" Seketika tubuhku berhenti bergerak, suara daddy berubah jadi lebih berat dan menakutkan membuatku merinding.
"Luca masih ingat pesan Mr. Doctor kan?" tanya daddy dengan suara yang lebih soft, sangat berbeda dengan sebelumnya.
"Tapi kalo dirumah boleh?"
"Tentu, kalau dirumah Luca bisa berbaring di ranjang jadi tidak sakit"
"Yes, Daddy. Tapiii... Luca udah pengen banget gimana dong?"
"Ditahan ya, baby"
"Hmm, I'll do my best, daddy"
"That's my baby boy, sini daddy gendong saja Luca ke bawah"
"Beneran? Yayy!!"
Hey, Akii is back! Makasih buat temen-temen yang udah support dengan mengirimkan power stone ke Akii, ILY:) Akii tunggu review kalian juga yaa;)