Jarum jam menunjukkan 9 pagi. Nicky duduk di karpet bersandar kaki sofa, memandangi layar ponselnya mendengarkan suara TV.
Pesan yang ia kirim kemarin belum terbaca oleh Shannon. Memang Nicky tak begitu dekat dengan Shannon, walaupun begitu tak ada salahnya juga ia mencemaskan keadaan orang lain.
Baru Nana yang membalas pesannya. Dipesan itu Nana berkata setelah pulang sekolah akan langsung mengunjungi rumah Nicky. Kebetulan lemari pendinginnya kehabisan persediaan cemilan, lantas Nicky membuat daftar nama cemilan titipannya.
Kemudian nomor Muza masuk memanggil. Nicky menerima panggila Muza. Terdengar ramai di tempat Muza berada, suara gitar beserta nyanyian cempreng khas teman kelasnya terekam jernih. Sudah pasti Muza berada di kelas.
'Halo,'
"Oit, kenapa?"
'Aku main ke rumahmu abis pulang sekolah, tadi sempet keluar tapi dicegat, disuruh nunggu yang lain.'
Mengingat Nana juga akan datang ke rumah, Nicky pun panik. Nicky tak mau menampung dua ingsan yang baru saja putus, kembali bertemu di rumahnya membawa hawa canggung yang pekat. Dibayangkan saja sudah tercicip rasa tekanan batin bercampur stress.
"An-anu, lift apartment lagi rusak,"
'Kan ada tangga darurat,'
"Tangganya jadi prosotan!" Nicky menepuk keningnya kesal bersamaan giginya yang menggigit bibir bawahnya.
'Tunggu satu jam lagi, kamu titip apa?' tawar Muza.
"Eh, Muza, serius deh ak-" Muza memutus panggilan, "halo?" Nicky memeriksa layar dan benar dugaan Nicky.
"Mampus," gumam Nicky tumbang ke karpet bulu super lembutnya yang berwarna biru muda.
Sesungguhnya Nicky senang rumahnya didatangi tamu. Mungkin kasus kali ini berbeda, pertama kalinya rumah Nicky menampung sepasang kekasih yang baru saja putus. Berharap barang-barang di rumahnya utuh, tidak dijadikan pelampiasan kemarahan mereka bila mereka memulai pertengkaran.
Nicky bangkit. Punggungnya yang belum lama termanjakan oeh kerpet harus diangkat. Urusan rebah bisa ditunda karena keselamatan prabotan rumah Nicky lebih penting.
Buru-buru jemari Nicky mencari kontak Nana. Ketika menemukan kontak Nana, Nicky mencoba menghubungi Nana. Sudah empat kali mencoba, kontak Nana tak bisa dihubungi. Semua kontak media sosial Nana pending.
Menyerah. Nicky tumbang ke bawah, merebahkan punggungnya pada karpet.
"Saus tartar . .. " keluhnya.
Suara bell rumah Nicky berbunyi. Nicky pun membukakan pintu, dua orang di luar rumahnya. Nana dan Yuri, mereka berdua ke mana-mana selalu bersama.
Dengan cekat Nicky meraih plastik berisi jajanannya. Nicky mempersilahkan mereka masuk, duduk menunggu Nicky menggoreng kentang. Nicky memilihkan tayangan Negara Korea, kebetulan acara musik yang sedang berjalan.
Selesai memasak kentang goreng Nicky sajikan ke meja yang di hadapan Yuri dan Nana. Selanjutnya Nicky menata gelas di meja, jumlahnya melebihi jumlah manusia yang berada di ruangan saat ini. Pekanya Nana, menanyakan Nicky, mengapa menaruh gelas melebih jumlah manusia yang ada.
"Kok gelasnya banyak gini, kan cuma bertiga," selidik Nana lalu memasukan kentang ke mulutnya.
Disinilah letak ketegangannya. Jawaban apa yang tepat untuk Nana. Mana mungkin Nicky dengan santai mengatakan bahwa kawanan Muza sebentar lagi datang bertamu. Nicky ingin sekali berkata seperti itu dengan ekspresi cuek-masa bodoh. Sayangnya Nicky gelagapan.
"An-anu, itu, anu," gagap Nicky.
Bell berbunyi lagi. Detik itu suara bell rumah Nicky terdengar persis ledakan petir. Menyambar melalui telinga menghantam jantungnya. Nicky terkejut bukan main. Nyaris saja Nicky berteriak.
Mau tidak mau Nicky harus membukakan pintu. Ada 7 orang mengantri untuk masuk ke dalam. Tomo, Muza, Yunos, Kevin, Tony, Ared dan Aldy.
Membulatlah mata Nana mendapati Muza datang. Muza pun berusaha tersenyum, senyuman yang menyimpan perasaan absurd itu Nicky hindari. Nicky mengalihkan pandanganya dari Muza, saking takutnya menghadapi kekesalan Muza.
Dengan sigap Nicky meraih jajanan yang Muza bawa. Tentu saja Nicky menjaga matanya terhindar dari laser tatapan Muza.
"Og, Nana!" sapa Kevin yang di belakang. Nana membalasnya dengan senyuman tidak ikhlas.
"Acara reuni ya?" tanya si Aldi.
"Reuni mantan alumni 2015 nih, kkkkk," celetuk Tomo.
"Bilang-bilang dong kalo reuni mantan," ujar Tony yang sibuk melepas sepatu.
"Hahaha," kekeh Nicky kaku, "kaus kakinya sekalian dicopot, terus cuci kaki, kamar mandinya di sebelah kiri." Perintah Nicky.
"Abis nyawah ya mba," canda Yunos.
Tampilan Nicky yang mengenakan celana desa motif batik. Kaos hitam kedodoran. Kurang satu pendukung yaitu topi caping yang sering di pakai petani.
"Panen padi, mas," sahut Nicky.
Para pemilik sepatu berjalan menuju kamar mandi Nicky. Aroma petualang sepatu-sepatu itu menyengak sekali.
"Hmnn, abis kena bencana alam kalian!?" tangan Nicky menepis aroma sepatu itu, "Bau banget," keluh Nicky.
Nicky pergi ke lemari yang menyimpan alat serba guna. Para pemilik sepatu telah selesai mencuci kaki, mereka berdiri di tempat menyaksikan Nicky mengeluarkan semprotan dari lemari. Semprotan itu berwarna hitam. Tanpa aba-aba Nicky menyemprotkan air di dalam botol itu ke langit-langit.
"Apa itu Nick?" tanya Nana yang masih duduk di tempatnya.
"Kopi,"
Pemilik sepatu apalagi sepatu berwarna putih- paling histeris, "Warghh!!!" histeris mereka.
Berdesakkan mereka menyelamatkan sepatu mereka. Kevin memegang ke dua bahu Nicky. Reflek bahu Nicky naik ke atas hingga tangan Kevin terhimpit raham dan bahu. Disitulah letak kelemahan Nicky, ia tidak tahan menahan geli di area bahu.
"A-a-aammpun, ampunn" rengek Nicky.
"Sepatuku," keluh Tomo membersihkan ampas kopi yang bertabur di sepatu putihnya.
Yunos merampas semprotan kopi tersebut. Secara harfiah Yunos menyemprotkan ke muka Nicky berulang kali. Kedua tangannya sempat melindungi mukanya, tapi tangan kiri Yunos menahan kedua tangan Nicky supaya semprotan itu mengenai wajah.
"Habis aku gak suka parfum, ahhh! Pait!" semprotan tadi berhasil dirasa oleh lidah Nicky.
Suasana pun mencair akibat semprotan kopi milik Nicky. Semua terlihat biasanya-banyak bicara. Aura canggung menghilang. Bayangkan seandainya Nicky tak mengeluarkan semprotannya itu, rumahnya akan terasa sama dengan suasanan pengadilan.
Untuk mengalihkan topik yang sedang panas Nicky terpaksa memutar film horror. Nikcy duduk di sofa di tepi pinggir, di sebelahnya ada Tomo, Kevin, Tony. Dibarisan depan-duduk di karpet orang paling berani menurut Nicky.
Duduk menatap layar dengan berani. Berbeda dengan Nicky yang menggunakan bantal sebagai alat perlindungan.
Belum muncul hatunya Nicky heboh sendiri. Berteriak-teriak tak jelas.
"Aaa! Aaa! Aaa!" teriak yang bercampura tawa Nicky.
"Hantunya muncul aja belum lho, Nick!" gerutu Nana.
"Aaaa," rengek Nicky, "bisa gila aku, kkkk," tertawa dan juga frustasi.
Saat film menunjukan adegan utama, Nick menyipitkan matanya tangan kirinya jauh di depan matanya untuk menutupi layar dan menyisakan sedikit tampilan supaya Nicky bisa melihat meskipun segaris. Usilnya Tomo tergoda menjahili Nicky. Tangan kiri Nicky ditepis hingga turun ke bawah. Reflek mata Nicky membelalak mendapati hantu di TV tampak jelas.
"HWAAA!!!!" teriak Nicky lalu memukul bahu Tomo.
"HWAA!!" teriak yang lain. Mereka tambah terkejut karena suara Nicky sendiri.
"Njay, kita malah kaget gara-gara suaramu, Nick," ujar Kevin yang kaget.
"Tomo ngeselin!!!" rengek Nicky yang masih memukul-mukul bahu Tomo.
"Nonton kok tanggung-tanggung, kkkkk," ledek Tomo.
"Ngeselin!!!"