Winda benci dirinya saat ini. Kenapa ia harus hamil? Kenapa ia harus mengandung anak Seno. Winda tak habis pikir kalau takdir mempermainkannya sekacau ini dan sejahat ini. Winda menangis sendirian, sedangkan Seno semakin khawatir dengan istrinya itu pasalnya Winda terus mengurung di kamar dan tidak mau makan.
"Sayang. Kamu belum makan dari kemarin. Makan ya." Seno membawakan nampan berisi makanan dan buah untuk Winda. Ia sangat khawatir pada calon anaknya yang sedang Winda kandung.
"Gak laper."
"Sayang," Seno duduk di tepi ranjang lalu menyentuh pundak Winda, "Kamu harus makan. Kamu kan lagi mengandung, sayang."
Hati Winda semakin miris mendengar ucapan Seno, "Mengandung? Aku gak mau."
"Sayang..."
"Aku mau aborsi aja. Biar perceraian kita cepet selesai."
"Winda," Seno berang mendengar kata aborsi. Pikirnya Winda sudah gila jika berniat mengaborsi anak mereka, "Dosa. Kamu jangan gitu."
"Aku gk bisa hidup sama kamu, Seno. Aku gak bisa hidup sama orang yang gak cinta sama aku."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com