webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Serigala perak dan ilmuwan gila

"ingin pergi mencari monster..?" kata Vrion.

"ah tidak.., hanya jalan-jalan pagi biasa.., Tuan ksatria sendiri sekarang sedang berpatroli..?" kata Arva.

"tidak.., hanya memeriksa bangkai monster di hutan sana" kata Vrion.

Arva melihat ke arah yang di maksud oleh Vrion dia paham betul monster apa yang di maksud, Arva tidak menyangka bahwa hasil dari pertarungannya akan memancing perhatian para prajurit, sepertinya kekuatan parasitenya yang mampu menghisap unsur positif suatu mahluk sampai kering merupakan kekuatan yang tidak pernah ada, dari sini Arva paham bahwa dia tidak boleh sembarangan meninggalkan jejak seperti ini.

"lebih baik selanjutnya agar hal ini tidak terulang lagi aku bakar saja mayatnya" kata Arva di dalam hatinya.

"jadi bagaimana keadaan di sana Tuan ksatria..?" tanya Arva.

"misteri soal bangkai Raven masih belum terpecahkan, tapi untuk saat ini keadaanya tidak membahayakan" jawab Vrion.

"baguslah..." kata Arva.

Arva merasa lega karena untuk saat ini mereka tidak tau siapa yang telah membuat Raven mati mengering seperti itu, tapi Arva juga merasa aneh karena untuk seorang ksatria Vrion dengan begitu saja memberikan informasi kepada seseorang yang tidak dia kenal, jika di dunia asalnya informasi seperti ini sudah setara dengan rahasia negara.

"apa hal ini sangat normal di dunia ini.." kata Arva dalam hatinya.

dari arah belakang Arva mendengar suara lari seseorang, Arva sedikit menolehkan kepalanya ke samping untuk melirik siapa yang datang mendekat, seorang gadis remaja dengan pakaian seragam kerajaan dengan simbol timbangan di dada kanannya, berambut pink bergaya poni tail, memakai kacamata merah, berkulit putih dan memiliki wajah yang cantik.

"oh.., si Flame Caster" kata Arva dalam hatinya.

"Tuan Vrion..." kata gadis berambut pink.

"ada apa Nana..?" tanya Vrion.

Nana berhenti tepat di samping Arva.

"lapor..., persiapan untuk berangkat masih dalam proses kemungkinan kita akan berangkat nanti, perkiraan 2 jam dari sekarang" kata Nana.

"terima kasih Nana atas laporannya" kata Vrion.

setelah memberikan laporan Nana menyadari keberadaan Arva di sampingnya, dia mengingat Arva sebagai orang yang pernah berpapasan dengannya beberapa waktu lalu.

"ma-maaf, apa aku mengganggu pembicaraan.." kata Nana.

"tidak.., aku dan Tuan ksatria hanya melakukan pembicaraan kecil, terima kasih atas pembicaraan ini Tuan ksatria.., saya pamit dulu" kata Arva.

setelah bercakap-cakap dengan Vrion, Arva memutuskan untuk pergi tapi Vrion menghentikannya, 2 jam dari sekarang yang artinya masih ada waktu, Vrion mengajak Arva untuk pergi ke kedai minum bersamanya.

"saya tidak terlalu familiar dengan kota ini jadi saya tidak tau di mana kedai minum yang bagus, jadi bisakah anda memberitahu saya di mana tempat yang bagus.., itu pun jika anda tidak keberatan" kata Vrion.

"hmm..., ada satu yang biasa ku kunjungi.., tapi tidak mewah.., tempatnya biasa.." kata Arva.

"tidak masalah..." kata Vrion.

di saat ini Arva merasa dilema, apakah dia harus menerima ajakan Vrion atau tidak.., setelah berpikir sejenak mempertimbangkan berbagai macam hal Arva akhirnya mengiyakan ajakan Vrion, salah satu alasan kenapa dia mengiyakan hal ini karena mungkin saja dia bisa mendapatkan pengetahuan yang berguna.

"baiklah.." kata Arva.

"Nana bagaimana..?, kau mau ikut..?" tanya Vrion.

"maaf Tuan Vrion.., saya ingin pergi ke suatu tempat untuk membeli sesuatu" kata Nana.

"tidak apa-apa.., pastikan untuk tidak lupa kembali ke titik pertemuan 2 jam lagi" kata Vrion.

"iya Tuan..." kata Nana.

Nana memisahkan diri sedangkan Vrion dan Arva pergi ke tempat yang sama, sebuah kedai minum yang biasa dia kunjungi, tempat yang biasa ramai dan penuh tawa seketika menjadi tenang, para pelanggan dan pelayan yang bertugas merasa tegang melihat seorang ksatria seperti Vrion minum di satu tempat yang sama bersama mereka.

"i-ini mi-minuman nya tu-tuan.." kata seorang pelayan sambil memberikan minuman dengan tangan yang bergetar.

setelah memberikan minuman itu pelayan itu pergi dengan wajah penuh keringat.

"tidak biasanya sepi.." kata Arva.

"tempat yang bagus, minuman nya terasa nikmat, harganya juga tidak mahal dan tempat nya juga tidak berisik, sungguh kedai yang bagus" kata Vrion.

"kurasa tempat yang tidak berisik itu hanya terjadi kali ini saja" kata Arva.

Arva melirik melihat para pelanggan yang lain, tidak ada satupun yang berani bicara dengan nada keras, semuanya diam dengan keringat dingin yang keluar dari tubuh mereka.

"kurasa orang yang satu meja dengan ku ini bukan orang biasa" kata Arva dalam hatinya.

"pertama-tama kita mulai dari perkenalan dulu, saya Vrion salam kenal" kata Vrion.

"saya Arva, saya hanya seseorang yang singgah di kota ini, salam kenal" kata Arva.

"jadi anda bukan orang asli kota ini.., apakah anda seorang pengembara" kata Vrion.

"ya kurang lebih" kata Arva.

keduanya berbicara dengan di temani segelas minuman di tangan mereka, Arva dan Vrion masing-masing dari mereka menikmati pembicaraan mereka, dari mata Arva dia menilai Vrion sebagai orang yang baik, orang baik..., yang sayangnya, orang seperti itu biasanya akan tertindas jika hidup di dunia lamanya.

"kota ini bagus..., sayangnya perpustakaan dan semacamnya sangat tidak memadai di sini" kata Arva.

"kalau soal hal yang seperti itu lebih baik anda pergi ke kerajaan yang berada di utara tempat ini, di sana pasti anda akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari tempat ini, tapi tentu harganya tidak murah, satu buku bisa di hargai 5 perak" kata Vrion.

"kalau semahal itu saya jadi penasaran bagaimana kualitasnya" kata Arva.

"pastinya tidak akan mengecewakan.., saya jamin" kata Vrion.

mereka berdua berbicara layaknya teman, mereka berdua sama sekali tidak memperlihatkan rekasi kewaspadaan, mereka berdua berbicara dengan santainya, di dalam hatinya Arva berkata.

"dia orang yang sangat baik...".

...

..

.

"kuharap...".

..

.

"apapun yang terjadi di masa depan...".

...

..

.

"aku tidak membuat dia menjadi musuhku....".