webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Hari pertama perjalanan

perjalanan Arva dan yang lain tidak mengalami gangguan, semua berjalan mulus, seharian perjalanan mereka berjalan sesuai rencana, di saat langit sudah mengeluarkan warna kekuningan Arva memutuskan untuk menyudahi perjalanan hari ini, mereka menyiapkan hal yang harus di siapkan demi menghadapi malam di alam terbuka, mereka beristirahat di rerumputan yang datar dengan sungai yang mengalir di sampingnya, memang tidak bisa di samakan dengan penginapan tapi dalam perjalanan tempat seperti ini sudah tergolong bagus.

Daka membantu Leina memasak sedangkan Arva sedikit menjauh dari mereka, Arva sedang duduk di tepi sungai sambil membuat semacam ramuan dengan gelas-gelas ramuannya, mencampurkan berbagai macam bahan yang di haluskan lalu di beri sedikit air yang dia ambil dari sungai menghasilkan sebuah ramuan yang tidak asing di lihat.

ramuan yang sama dengan yang dia gunakan untuk menyembuhkan orang-orang desa saat pertarungan Red Ogre, demi menghindari kecurigaan Arva memutuskan untuk bertarung dengan taktik nya sebagai seorang Doctor, dia hanya akan menggunakan kekuatan parasite atau kekuatan yang baru dia dapat dari Raven jika dalam keadaan terdesak saja.

"10 botol.., lumayan juga.." kata Arva.

"Tuan Arva, makanannya sudah matang" kata Leina.

terdengar panggilan suara yang di ikuti oleh bau harum dari masakan yang sudah matang, dari wadah makanan terlihat warna oranye yang begitu indah, kuah yang kental, dan uap yang terasa hangat, sungguh pemandangan yang enak untuk di lihat.

satu sendok berisi nasi, kuah, daging dan sayuran yang masih hangat masuk ke dalam mulut, sensasi panas sedikit menyengat lidah tapi itu semua terkalahkan oleh gurih dan lezatnya makanan, ketika tertelan terasa perasaan hangat mengalir dari tenggorokannya sampai ke perut.

"HHMMM...!!!, ENAK...!!!" kata Daka.

"untung kita punya banyak tabungan" kata Leina.

"yap.!!, benar..!!, karena itu kita tidak perlu kebingungan soal stok makanan kita selama perjalanan.., MENABUNG MEMANG MANTAP...!!" kata Daka.

"kalian ini.." kata Arva.

"kenapa Tuan Arva..?, tidak nafsu makan..?" tanya Daka.

"tidak bukan soal itu.., soal menabung yang barusan kau katakan" jawab Arva.

"memangnya ada apa Tuan Arva ?" tanya Leina.

"gini ya.., menabung dengan bingung untuk apa uang yang kalian dapat itu dua hal yang berbeda.., jadi jangan di samakan" kata Arva.

Leina dan Daka langsung terdiam, wajah mereka memerah karena malu, benar apa yang di katakan Arva sebenarnya mereka tidak tau harus di apakan uang yang mereka punya, sebagai orang yang selama ini hidup desa yang miskin tentu akan sangat kebingungan jika di berikan uang dalam jumlah yang besar, apa lagi bagi mereka berdua 1 perunggu saja sudah di anggap jumlah yang besar.

makan malam mereka di lanjutkan dengan kesunyian, Leina dan Daka sampai akhir terdiam karena malu sedangkan Arva tidak memusingkan apapun dan makan dengan normal, setelah makan malam mereka bertiga mencuci alat makan dan alat masak mereka di sungai, Daka melihat masih ada noda di piringnya jadi dia mencoba untuk mencucinya dengan tenaga yang lebih kuat.

"apa ini.., susah sekali hilang nya.." kata Daka.

"kenapa Daka..?" tanya Leina.

"nodanya..., nodanya tidak mau hilang" kata Daka.

Daka mencucinya lebih keras lagi sampai air yang ada di sekitar tangannya terciprat kesana kemari.

"APA INI....???!?!?, TIDAK MAU HILANG....!?!?!?" kata Daka.

dengan tenaga seorang berlevel kedudukan Tanker Daka mengunakan seluruh kekuatannya untuk mencuci noda itu.

"Da-Daka.." kata Leina.

"Daka jangan berlebihan.., nanti piring mu pecah bagaimana.." kata Arva.

karena terlalu fokus Daka tidak mendengar perkataan Arva dan terus mencuci piringnya, Arva yang sudah selesai mencuci piringnya berjalan menuju kereta kudanya dengan di susul oleh Leina, dari kejauhan mereka masih mendengar suara air yang bergoyang-goyang karena kelakukan Daka sampai akhirnya.

"crak".

"oh..., suara ini.." kata Arva.

suara aneh itu datang bersamaan dengan berhenti nya suara air.

"WAAAAHH..., PIRING KU PECAH...!!!" Kata Daka.

"kan sudah ku bilang.." kata Arva.

"BA-BAGAIMANA INI....???" tanya Daka.

"sudah jangan pedulikan soal piring itu, gunakan saja piring lain" kata Arva.

"tapi ini.., piring pertama yang ku beli dengan hasil uang ku..." kata Daka.

Arva diam sambil memeriksa barang yang ada di kereta kuda sementara Leina tertawa ringan melihat tingkah mereka berdua, Arva menghitung stok makanan dan melakukan perhitungan untuk kedepannya, dia juga tidak lupa memeriksa obat-obatan, dan persenjataan, dia memastikan semua dalam keadaan siap pakai.

"WWAAAAAHHH...!!!".

dia mendengar lagi teriakan Daka, dia menghela nafas dan turun dari kereta kudanya.

"ada apa Daka.., kenapa kau sangat berisik soal piring...?!?" tanya Arva.

"TU-TUAN ARVA..." kata Daka.

"kenapa..?, kenapa ka-" kata Arva dan terhenti karena melihat sesuatu.

tepat beberapa meter di depan Daka, Arva dari kejauhan melihat sosok figur menempel pada batang pohon yang mengambang di sungai.

"MANUSIA...!!?!?" kata Arva.

Leina menggunakan sihir esnya untuk menciptakan jalur datar di sungai, Daka dengan sekuat tenaga berlari menuju orang yang mengambang dengan lemas itu, dengan badan nya yang besar dan kuat Daka memikul tubuh orang itu dengan satu bahunya lalu berlari menuju Arva, sesampainya Arva langsung memeriksa tubuh orang tersebut.

seorang pria berkulit putih pucat dengan rambut hitam yang panjang dengan pakaian seperti seorang pengembara, berpostur tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek dengan banyak luka di sekujur tubuhnya, Arva langsung meminumkan ramuannya ke mulut orang tersebut, luka-luka pada tubuh orang tersebut langsung tertutup tapi orang itu masih tidak sadarkan diri.

mereka akhirnya menidurkan orang asing itu di kereta kuda mereka.

"luka sebanyak itu..., apa yang sebenarnya terjadi padanya...?" tanya Daka.

"apa mungkin orang ini di serang monser..." kata Leina.

Arva memandangi arah alur air sungai itu berasal, dia melihat dengan tajam arah itu menggunakan mata Ravennya, Arva tidak mengetahui apa yang terjadi tapi satu hal yang Arva pahami bahwa bekas luka orang itu berasal dari serangan pedang ,tombak ,dan panah.

yang berarti seseorang berusaha membunuh orang ini dan mereka tidak berhasil melakukannya, siapapun yang berusaha membunuh orang ini pasti akan segera datang mencarinya, dengan nada pelan yang hanya bisa dia dengarkan seorang Arva berkata.

"mungkin ada kesempatan pada perjalanan ini...."

..

.

"untuk mencoba kekuatan baruku...".