Usai bercengekrama dengan Namira, Davina pun segera keluar dari gudang bersama Namira.
"Mbak mau langsung pulang ke Jakarta?" tanya Namira sambil berjalan keluar mengantar Davina.
"Iya, Hannah di Jakarta sendiri. Kasihan," jawab Davina. "Inget, lho, Namira. Kalau ada apa-apa. Telepon aku. Cerita aja. Jangan sungkan. Ngerti?" ucap Davina memperingatkan Namira.
"Iya, Mbak. Terimakasih sarannya."
"Kalau ada waktu. Kamu boleh mampir ke Jakarta. Aku akan seneng banget kalau kamu ke sana. Sama suami kamu juga boleh."
Namira tersenyum mendengar ucapan Davina. Seperti senyuman untuk mengejek dirinya sendiri.
"Nggak mungkin saya ke sana sama Mas Ali," ucap Namira.
"Enggak ada yang tahu, kan? Kamu jangan berpikir begitu. Suatu saat suami kamu pasti berubah. Itu kalau kamu masih mau bertahan sama dia."
"Saya akan bertahan, Mbak. Kecuali, kalau Mas Ali punya wanita lain. Atau Mas Ali memang mau menceraikan saya. Saya enggak bisa berbuat apa-apa," jawab Namira.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com