Namira segera mengangkat ponselnya.
"Hallo, Mas?" sapa Namira.
"Aku di depan tempat kerjamu. Keluar sebentar," ucap Ali dari balik telepon.
Sementara itu Davina sedang merapikan diri setelah selesai dipijat oleh Namira.
"Kenapa Mas ke sini?" tanya Namira.
"Aku kehabisan ongkos bensin. Keluar sebentar," ucap Ali.
"Aku enggak bawa uang, Mas. Mas gimana bisa ke sini?"
"Naik motor lah!"
"Kan daripada ke sini mending bawa ke tempat kerja Mas aja. Kenapa malah bawa ke sini?"
"Udah, bawel banget. Mau ngasih apa enggak?" tanya Ali lagi.
Davina mendengar ucapan Namira di telepon. Wanita itu terlihat kebingungan.
"Mas, aku enggak bawa uang lho, Mas. Kemarin aja Mas udah minta ini itu. Kenapa sekarang minta uang lagi? Mas aja kalau gajian ngasih aku enggak seberapa."
"Oh, gitu. Kamu mau bandingin gajimu sama gajiku? Mentang-mentang gajimu lebih besar dari aku yang Cuma guru honorer?"
"Mas bukan begitu, tapi aku memang enggak pegang uang, Mas. Tolong ngerti."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com