webnovel

Mengajak Jalan-jalan

"Kenapa harus bercerai? Kalau memang Lingga masih diberi nafkah kan harusnya pertahankan aja!" Tanya Tristan.

"Dia nggak mau diduakan, Pa! Suaminya itu menikah dengan gadis yang usianya jauh di bawah usia Lingga."

"Oh begitu, kalau misalnya suaminya itu menikahnya dengan janda, kira-kira Lingga minta cerai nggak?"

"Nggak tau!"

Tiba-tiba Tristan terpikirkan untuk menanyakan tentang dirinya yang ingin menikah lagi.

"Kalau misalnya aku seperti suaminya Lingga yang menikah lagi, gimana? Kamu setuju?"

Seketika Yurika mencubit pinggang suaminya itu, "awas aja kamu!"

"Awww sakit!" Ringis Tristan. Ia sudah tau jawabannya, Yurika tidak mungkin mau diduakan olehnya.

Tristan sedang merasakan jatuh cinta pada Vania, seorang janda yang merupakan adik iparnya itu. Vania mampu meluluhkan hatinya.

Vania sedang menyetrika pakaian, lalu Ibu Rani menghampirinya.

"Van, anakmu bangun, lalu mencari kamu!"

Vania mematikan setrikaannya, lalu ia beranjak ke rumah untuk melihat Arzan.

"Mama, kok aku masih pusing ya?" Keluh Arzan yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Nanti makan lagi, lalu minum obatnya lagi biar cepat sembuh ya!"

Arzan menganggukkan kepalanya, ia ingin secepatnya sembuh dari sakitnya, lalu bermain lagi bersama teman-temannya.

Arzan bangun dari tidurnya, ia duduk diatas kasur, lalu Vania menyuapinya lagi. Hari ini ia tidak bisa fokus bekerja karena masih harus mengurusi Arzan yang sedang sakit. Arzan ketika sakit hanya ingin di urusi oleh Mamanya sendiri, ia ingin dimanja oleh sang mama

Yurika dan Tristan sudah sampai di salah satu Mall. Yurika menggandeng tangan suaminya itu, ia ingin seperti pasangan lainnya yang bergandengan tangan, namun Tristan merasa risih karena sang istri menggandeng tangannya.

"Jalan biasa aja nggak usah gandengan tangan." Ucap Tristan sambil melepaskan tangannya.

Yurika mengerucutkan bibirnya, ia tahu kalau suaminya malu jalan dengannya. Ia berharap bisa kembali mesra dengan sang suami, namun suaminya itu malah cuek kepadanya.

Yurika dan Tristan menuju ke Resto siap saji, Tristan memesankan tiga porsi nasi dan ayam goreng.

"Pa, kok nasi dan ayamnya banyak banget?" Tanya Yurika.

"Kan untuk kamu porsinya dua!"

"Tapi kan Pa, aku sedang diet."

"Halah diet, nanti di rumah ribut laper lagi!"

Yurika memang niat untuk diet namun selalu gagal karena ia tidak bisa menahan lapar. Impian mempunyai badan seperti Vania belum bisa ia wujudkan.

Vania sudah selesai menyuapi Arzan, lalu ia kembali ke rumah Yurika untuk meneruskan pekerjaannya yang belum selesai.

Kreekkk ...

Vania membuka pintu rumah Yurika, lalu ia melihat pintu kamarnya yang terbuka, Vania mengingat-ingat, karena seingatnya tadi pintu kamar Yurika tertutup, lalu sekarang mengapa terbuka?

Vania melihat ke ruangan lain, barangkali Yurika dan Tristan sudah pulang, namun Yurika dan Tristan belum pulang, lalu siapa yang membuka pintu kamar? Buku kuduk Vania tiba-tiba berdiri, ia merinding. Ia jadi berpikir yang macam-macam.

'Jangan-jangan rumah ini ada penunggunya!' Batin Vania. Namun Vania tetap harus menyelesaikan pekerjaannya, jadi ia berusaha menghilangkan rasa takutnya, ia lebih takut bila Yurika marah-marah padanya karena pekerjaannya belum ia selesaikan.

Yurika sedang menghabiskan makanannya, ia makan dengan lahap sampai habis tak tersisa.

"Tuh kan habis juga, udahlah nggak usah diet-diet!" Ujar Tristan. Ia melarang Yurika untuk diet karena Yurika sering merasa lapar jika di rumah, akibatnya anak-anak yang menjadi sasaran amarahnya. Kalau malam, Yurika pun sering tak bisa tidur karena lapar, akhirnya ia menyeduh mie instan untuk mengisi perutnya.

"Tapi aku ingin tampil cantik, langsing, Pa! Biar kamu nggak malu, kamu malu kan punya istri gendut ginj?" Yurika sudah tahu kalau suaminya itu malu jalan dengannya, karena tubuh sang istri yang gendut.

"Siapa yang malu?" Ucap Tristan. Ia pura-pura tidak malu.

"Kamulah yang malu. Akui saja, Pa!"

"Nggak!" Tristan tidak mau mengakuinya, ia tidak ingin membuat Yurika kecewa.

"Tadi buktinya, kamu nggak mau aku gandeng!"

"Ya maaf, kita kan bukan pengantin baru, nggak enak aja dilihat sama yang muda-mudi."

Yurika takut suaminya itu berpaling, makanya ia merasa harus mempercantik dirinya, dengan diet untuk melangsingkan tubuhnya, juga memakai skincare agar wajahnya tidak kusam dan berjerawat.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Yurika yang ia letakkan di dalam tasnya bergetar. Putranya, Keanu meneleponnya, Yurika langsung mengangkatnya.

[Hallo, Sayang]

[Iya, Mama kapan mau jemput aku dan Liora?]

[Iya nanti Mama jemput ya, Mama lagi pergi dulu sama Papa]

[Yaudah, aku tunggu ya, Ma]

[Oke, Sayang. Oh iya, adikmu sedang apa?]

[Lagi main boneka]

[Nggak rewel kan?]

[Nggak kok, anteng Mama]

[Yaudah ya, nanti Mama dan Papa jemput, kamu tunggu aja]

[Iya]

[Bye, Sayang]

[Bye, Mama]

Yurika menutup teleponnya, ia ingin berdua dulu dengan Tristan tanpa ada anak yang mengganggu.

Setelah itu, Yurika dan Tristan beranjak ke store pakaian, Yurika mulai memilih-milih pakaian yang cocok dengannya.

"Mas bantu pilihkan dong!" Pinta Yurika, lalu Tristan melihat-lihat pakaian ukuran besar untuk istrinya itu.

Tristan mengambil sebuah dress berwarna cokelat muda, lalu ia berikan kepada sang istri, agar istrinya itu mencobanya di kamar ganti.

Yurika masuk ke kamar ganti, lalu Tristan melihat-lihat pakaian perempuan lagi. Ia melihat pakaian disebuah manekin, pakaian setelan kaos tangan pendek dan celana kulot, tiba-tiba ia teringat Vania.

'Sepertinya pakaian ini cocok untuk dipakai Vania!' Batin Tristan. Ia ingin sekali membelikannya untuk Vania, namun apa yang harus ia katakan pada Yurika? Pastinya Yurika tidak setuju kalau ia membelikan Vania pakaian.

Yurika keluar dari kamar ganti, lalu ia berdiri di hadapan sang suami.

"Gimana, aku cantik nggak?" Tanya Yurika.

Mas Tristan sebenarnya ingin tertawa, karena istrinya itu terlihat lucu menggunakan dress yang tadi sudah ia pilihkan untuknya.

"Iya, kamu cantik!"

"Serius nih, aku cantik?"

"Iya."

"Yaudah, belikan aku dress ini ya, Pa!"

"Oke."

"Terimakasih suamiku!" Ucap Yurika, ia senang karena suaminya itu memilihkan dress untuknya.

"Kalau setelan ini menurut kamu bagus nggak?" Tanya Tristan, ia menanyakan setelan baju yang terpajang di manekin tadi.

"Tapi kan aku nggak muat Pa kalau pakai baju itu!" Ucap Yurika, karena ia pikir baju itu untuk dirinya.

"Oh iya, aku lupa kalau kamu nggak muat pakai baju ini!" Jawab Tristan sambil menggaruk-garuk kepalanya.

'Gimana sih Papa, minta pendapat, tapi pakaiannya yang nggak pas dibadanku!' Batin Yurika.

"Kamu ingatnya badan istrimu ini masih langsing ya, seperti saat baru menikah?" Tanya Yurika sambil berjalan ke kasir.

"Iya, maaf aku masih teringat badanmu yang kurus."

"Tuh kan, itu kan artinya Papa ingin badanku seperti dulu lagi, ya kan? Kamu mengidam-idamkan aku punya badan yang langsing kan?" Tanya Yurika seraya memasang wajah cemberut di hadapan Sang Suami.

"Kamu mau berisi atau kamu mau langsing, aku tetap suka kok!" Ungkap Tristan, hanya untuk menyenangkan sang istri padahal, Tristan sudah mulai bosan dengan pernikahannya, ia sudah mulai bosan dengan Yurika yang sering marah-marah kepadanya juga kepada anak-anaknya, terlebih lagi kepada Arzan dan Vania.