Snow melangkahkan kakinya perlahan untuk masuk ke dalam rumah. Kedua bola mata gadis berumur enam belas tahun itu mengitar untuk mencari sesuatu di dalam rumah itu.
"Apa dia sudah kembali?" tanyanya pelan. Kedua tangannya mengepal secara perlahan.
"Selamat datang di rumah!" seru seseorang dari belakang.
Snow kaget bukan main dan dengan reflek dia membalikkan badannya untuk melihat siapa yang baru saja menyambut dirinya.
Kedua bola mata indahnya melebar dengan begitu sempurna. Jantungnya berdetak dengan begitu kuat. Mulutnya terasa begitu kaku dan bergetar seketika.
"Selamat datang!" ucapnya sekali lagi dengan begitu antusias, lalu kemudian menghamburkan pelukannya pada tubuh Snow yang tampak kurus itu.
Snow masih shock bukan main, bahkan dia berusaha untuk mencerna semua keadaan yang sedang terjadi saat ini kepada dirinya.
Seorang wanita yang hampir seumuran dengan dirinya tiba-tiba datang dan menghancurkan pelukannya dengan begitu erat pada tubuhnya, padahal yang dia tahu kalau wanita yang kini tengah memeluknya sangat benci kepada dirinya.
Prok! Prok! Prok!
Pelukan yang terjadi beberapa detik itu langsung terlepas begitu saja saat Snow dan pelaku pemberi pelukan mendengarkan sebuah tepuk tangan yang begitu keras menggema di dalam rumah.
"Mommy!" pekik Kinara dengan begitu bahagia saat dia melihat kehadiran ibunya yang tak jauh dari posisi mereka berdua.
Ah ... Orang yang tadinya memeluk Snow adalah Kinara yang tak lain adalah kakak tirinya.
"Mommy! Akhirnya Snow sudah pulang juga ke rumah, padahal dari tadi aku menunggu kedatangannya karena aku ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan adik kesayanganku," kata Kinara kepada mamanya bahkan dia tersenyum dengan begitu lebar sambil terus menatap mamanya dengan tatapan yang berbinar.
Snow yang tidak mengerti dengan situasi hanya terdiam sambil menatap kakak tirinya itu tanpa berkedip sedikitpun karena sekarang dia merasakan kejanggalan yang berubah terhadap kakak tirinya itu.
Snow perlahan melangkahkan kakinya untuk berjalan mundur pa dia melihat Kinara dan juga Andin yang melangkahkan kaki mereka berdua secara bersamaan untuk berjalan mendekati Snow. Snow tahu adanya sebuah radar peringatan apabila kedua orang itu berjalan mendekati dirinya yang artinya akan ada perlakuan yang begitu buruk untuk dirinya karena Kinara dan ibunya memiliki watak yang sama.
"Loh ... Kamu kenapa malah melangkah mundur seperti itu, Snow?" Kinara bertanya dengan nada herannya kepada Snow dan bahkan dia menatap adik tirinya itu dengan tatapan yang begitu sedih.
"Ma ... Maaf ... Ampun kalau Snow pulangnya lama..." lirih Snow sambil merasakan seluruh tubuhnya bergetar dengan begitu hebat dan rasa takutnya tiba-tiba datang begitu saja karena kedua wanita yang ada di hadapannya itu.
Kinara yang tadinya merasa heran dengan Snow langsung menatap adik tirinya itu dengan tatapan yang begitu sedih dan detik berikutnya semua orang yang ada di dalam rumah itu langsung menggunakan mata dengan lebar karena kaget, bahkan Andin dan juga snow beserta para pelayan yang ada di dalam rumah itu kaget Bukan main saat melihat Kinara yang tiba-tiba bersujud di kaki Snow.
"Ara!" pekik Andin sambil berusaha untuk membantu anak kesayangannya itu untuk berdiri dan berhenti bersujud pada kaki Snow.
Kinara menggelengkan kepalanya dan menolak ajakan sama mama untuk berhenti bersujud pada kaki Snow sehingga membuat Andin langsung menatap Snow dengan tatapannya yang begitu tajam.
"Ah ... Kak Ara kenapa?!" tanya Snow dengan begitu kaget sambil berusaha untuk membantu Kinara berdiri dan berhenti untuk sujud dari kakinya.
Kinara memperbaiki posisinya dan kedua bola matanya itu menatap Snow dengan tatapannya yang begitu sedih dan bahkan dia perlahan mulai berkaca-kaca sehingga membuat semua orang yang ada di dalam rumah itu keheranan termasuk Snow pastinya.
"Snow ... Aku tahu kalau kesalahanku beberapa tahun yang lalu kepada kamu akan membuat kamu sakit hati dan entahlah aku bisa dapat permintaan maaf dan kamu atau tidak. Tapi, bolehkah aku meminta maaf kepada kamu?" Kinara bertanya dengan nada suaranya yang begitu sedih, bahkan dia menundukkan kepalanya dengan begitu dalam dan juga menangis secara perlahan.
"Aku tahu kalau dulu aku sangat berbuat jahat kepada kamu dan bahkan aku ikut berbuat jahat sama seperti apa yang dilakukan oleh Mommy. Tapi, semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua dan semua orang berhak berubah," kata Kinara lalu kemudian mengangkat pandangannya untuk menatap tepat pada kedua bola mata Snow.
"Aku mau minta maaf sama kamu dan aku mau kalau aku menjadi kakak kamu yang paling baik dan maafkan semua kelakuan burukku di masa lalu," kata Kinara lagi dengan penuh penyesalan dan pastinya permintaan maafnya itu berhasil membuat Snow membulatkan kedua bola matanya dengan lebar karena tidak percaya dan tidak menyangka kalau Kinara akan meminta maaf kepada dirinya.
Snow melirik ke arah Andin dan tidak ada ekspresi apapun yang diberikan oleh Andin untuk dirinya selain hanya ekspresi datar saja.
Snow kembali menatap kearah kakak tirinya itu dan Kinara menatap kearah adik tirinya itu dengan tatapan yang penuh permohonan sehingga membuatnya langsung merasa terharu kepada permintaan maaf kakak tirinya.
"Dari lama aku sudah memaafkan kakak dan dari lama aku tidak pernah memiliki dendam atau rasa sakit hati kepada kakak. Kakak tidak pernah berharap kepada aku," kata Snow lembut.
Semua pembantu yang ada di dalam rumah itu membulatkan mata mereka dengan begitu kaget karena Snow ia menerima permintaan maaf Kinara dengan begitu tenang dan santai, padahal semua pembantu yang ada di dalam rumah itu sangat tahu tentang bagaimana sikap Kinara pada masa lalu beserta ibunya kepada Snow yang pastinya tidak pernah menganggap Snow sebagai manusia.
"Ka ... Kamu beneran maafin aku setelah apa yang aku lakukan sama kamu di masa lalu?!" Kinara bertanya dengan nada suaranya yang terdengar begitu tidak percaya dan bahkan dia menggenggam kedua tangan Snow sambil menggenggam tangan wanita itu dengan erat.
Snow tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia sangat yakin untuk memaafkan Kinara dan bahkan dia juga sangat kalau Kinara tidak akan pernah berbuat jahat lagi kepada dirinya karena bicara Kinara meminta maaf kepada dirinya itu seakan sangat tulus untuk wanita maaf.
"Tuhan ... Terima kasih karena sudah ingin mendengarkan permintaanku. Aku sangat bersyukur karena pada akhirnya kamu bisa membalikkan hati kakak diriku agar ingin menerima aku sepenuh hati. Terima kasih atas berkah yang kamu berikan untukku kali ini, Tuhan," batin Snow di dalam hatinya sambil tersenyum haru dan menghamburkan pelukannya pada tubuh Kinara dan begitupun dengan Kinara yang membalas pelukan adik tirinya itu dengan begitu erat, sedangkan para pembantu yang ada di dalam rumah itu melongo tidak percaya.