Anatha terdiam setelah ia di marahi oleh Agatha, sedangkan Agatha yang masih kesal terus menatap Anatha. Wanita itu hanya tertawa dengan menggenggam erat tangan dari keduanya.
"Lalu ...., apa ada hal yang mencurigakan selama ibu mengajar di sana?" tanya Agatha.
"Menurutku semua terlihat biasa saja."
"Apa ibu sangat ahli dalam sihir?" tiba tiba Anatha menyelang dengan semangatnya bertanya sampai tubuhnya maju ke depan.
"Kamu ini sangat periang sekali, lalu tentu saja ratu sangat ahli sihir, bahkan ia memiliki buku sendiri untuk merangkum sihir apa yang ia kuasai, aku pernah tak sengaja membuka sebuah lembaran dan membaca sebuah sihir terlarang."
"Apa? memangnya ada hal seperti itu? ada di mana ibu menyimpan bukunya, zaman sekarang sudah dihilangkan, mungkin diblokir. oleh para penyihir." sahut Agatha.
"Aku tak tau dimana tapi aku masih sedikit mengingat nya dengan bertulis huruf huruf yang sulit dipahami, saat itu aku hanya bisa membaca sedikit sampai buku itu diambil."
"Apa Bibi pernah mempraktekkan sihir itu? jika Bibi masih ingat, tolong ajarkan kami!" mata Anatha berbinar-binar dengan senyuman dan harapan penuh terhadap Lilith.
"Hahahaha, aku takut saat itu untuk mencobanya. Jika aku lakukan sihir itu akan menjadi tidak sempurna, dan lagi itu sihir terlarang, bisa bisa aku tak ada di dunia ini."
"Ah, aku baru teringat itu sihir terlarang, bisa bisanya aku meminta diajari hal yang sangat dilarang." ujar Anatha cemberut.
"Tenang saja, aku masih memahami beberapa ilmu sihir yang tentunya tak akan di ajari di tempat kalian, justru yang aku ajari ini akan memberikan dampak baik tentunya."
"Bagaimana dengan ibu saat memegang pedang?" ekspresi Agatha berubah, dia mengharapkan lebih untuk latihan pedangnya.
"Agatha, lupakan saja pedang mu itu, benda tajam yang bisa melukai seseorang harusnya dimusnahkan saja." sahut Anatha.
Agatha yang terpancing emosi dengan olokan dari Anatha, ia merasa sang adik tak ingin kalah saing.
"Mendengar perkataan mu tentang pedang, aku teringat isi lembaran terlarang itu." ucap Lilith.
"Apa itu? aku pastikan itu adalah sebuah pelajaran sihir yang mengerikan dan bisa meledak! aku yakin itu." sahut Anatha.
"Ini tentang seni pedang, jika sihir terlarang itu sudah pasti memanggil sesosok dari dimensi yang berbeda, tapi uniknya tentang seni pedang ini adalah menyimpan nyawa penggunanya, aku tak tau pasti caranya." setelah Lilith membuka mulutnya tentang seni pedang, Agatha menatap heran tentang apa yang ia ceritakan.
"Aku tak pernah mendengar hal itu." sahut Agatha.
"Itu terjadi pada zaman kami, tentu saja sudah dihilangkan jejaknya, dan lagi siapapun yang tau pasti akan menutup mulut serapat rapatnya."
"Tapi dirimu saat ini?" Agatha menyela dengan wajah jengkel dan mencurigai tingkah laku Lilith, bahkan saat menceritakan tentang ibunya ia merasa Lilith sedang mengada ada.
"Aih, kenapa kamu begitu sensitif, Agatha. Ini hanya sebagian cerita dari kisah hidup ibu." sahut Anatha.
"Iya benar, aku tak bermaksud mengada ada atau menakuti kalian, ini berdasarkan pertemuan ku dengan ratu sebagai murid dan guru." ucap Lilith dengan santai.
"Oh, aku tak bermaksud menyinggung dirimu, hanya saja terlihat sedikit asing." balas Agatha.
"Lalu apa ada lagi? kami akan bertahan selama mungkin asal mengetahui informasi tentang ibu!" ucap Anatha yang sangat aktif.
"Tidak, hanya ini saja." balas Lilith dengan senyuman.
"Tunggu, mengapa foto itu ketika Anatha sentuh tak terjadi apa apa? ketika aku ikut menyentuhnya bersama Anatha, justru membuat foto itu terangkat?" ucap Agatha yang menyela.
"Sia*an, apalagi yang harus aku katakan, putri yang satu ini terus bertanya tanya!" gumam Lilith yang merasa panik yang menutupi wajahnya dengan senyuman.
Sesaat Lilith diam dengan senyumnya, saat itu juga dia berpikir mencari alasan seperti mengharuskan menyembunyikan jawaban aslinya, siapa sangka Anatha ikut berbicara dan menjawab bagian Lilith, "Menurut ku itu karena energi kita? sehingga menimbulkan kejutan."
"Tapi ..., jika terkejut harusnya kain itu turun dan jatuh, bukan naik ke atas dan lagi kita kan ....,"
Lilith yang panik tiba tiba menyela saat Agatha berbicara, "Ehem ...., benar sekali ucap putri Anatha tercinta ini, kamu sangat pintar dan cepat tanggap ya."
"Iya, Bibi ini benar sekali, aku sangat pintar dalam sihir! dan sangat menyukai sihir!"
Anatha menjawab dengan sangat ceria dan semangat, seakan akan dia sudah lama dekat dengan Lilith, tak dipungkiri Lilith sekalipun akan merasa gemas melihat tingkah Anatha.
"Anatha sudah belajar sihir sejak kapan?" Lilith bertanya, ia mencoba mengalihkan topik jangan sampai Agatha membicarakan hal itu lagi.
"Sebenarnya Anatha sudah belajar dan tertarik sihir saat ibu masih ada, ia menunjukkan keahliannya saat pesta teh di taman belakang! aku sangat kagum melihat beberapa aura yang berwarna dikeluarkan dari telapak tangan ibu! lalu tiba tiba ibu melempar kan dua aura dengan warna yang berbeda, sehingga membuat dua aura itu menyatu di langit saat itu juga! dan menimbulkan percikan bunga api yang sangat indah!!"
"Lalu sejak kapan kamu mulai memfokuskan diri dalam bidang sihir?" ucap Lilith.
"Aku tak mengingat tepatnya kapan, tapi ...., yang jelas aku tertarik karena ibu, lalu mulai belajar sihir bersama ibu dan Agatha, hal itu berubah setelah ibu tiada. Ayah memilih untuk memasuki kami di Magical Florest, ia merasa akan repot mengurusi kami, padahal hanya aku yang sangat aktif dan nakal saat itu. Agatha sangat pendiam dan kritis, ia lebih memilih membaca tumpukan buku seni bela diri, seni pedang dan beberapa seni sihir."
"Wah, berarti putri Anatha sangat menyukai alam." ucap Lilith mencoba membanggakan cerita dari Anatha.
"Hahaha, aku juga menyukai buku tapi hanya buku sihir, lalu untuk alam aku sangat menyukai pemandangan tentunya! dan senang bermain diluar."
"Berarti dair cerita yang Bibi simak, Anatha sangat dekat dengan ratu ya, lalu Agatha sepertinya dekat dengan raja. Karena sikap Agatha yang menyukai suasana sepi dan lebih berfokus belajar hal yang ada di buku, begitu bukan?"
"Benar sekali Bi! aku setuju jika dibilang aku paling dekat dengan ibu masa itu, Agatha lebih suka menyendiri dengan tumpukan buku, yang kulihat hanyalah buku buku seni pedang yang terlihat sangat membosankan." sahut Anatha.
"Tidak. Seperti nya kau terlalu banyak berspekulasi hanya karena mendengar sedikit cerita masa indah seseorang." sahut Agatha yang kesal melihat Lilith, sedangkan Lilith tercengang dan terdiam sesaat.
"Jangan begitu dengan Bibi Lilith, ia hanya mencoba membuatmu tertawa Agatha." ucap Anatha
"Benar sekali putri Anatha, aku hanya ingin melihat putri Agatha bergaul, dirimu terlihat sangat pendiam dan sangat pemarah, sifat terlalu sensitif harus dihilangkan." ujar Lilith.
"Kalian ini tau apa? semua yang kalian katakan tentang kehidupanku itu hanya di atas permukaan saja, apa kalian tau isi dalam nya? bahkan kamu Anatha. Aku dulu sangat dekat dengan ibu!"