webnovel

25/END

     Senyuman terlukis alami diwajah mereka. Usai menginjakkan kaki di Jeju hingga kini sudah berada didalam sebuah mini bus—yang Jong Suk sewakan untuk mereka—mereka masih saja tersenyum bahkan sesekali tertawa karena lelucon yang Kwang Soo lontarkan. Sehun yang tengah menyetir tampak cool dengan kaca mata hitamnya, dan disampingnya si penggila piyama berada—tak terlalu menarik, hanya piyama hujau bermotif katak. Dibelakang mereka terdapat Kwang Soo, Jong Suk dan Yong Bin. Lalu dibelakangnya lagi Ji Soo dan Jun Yeol berada—yang ditemani tumpukkan tas pakaian. Tetapi sama sekali tidak sempit, karena mini bus itu dapat mengangkut 10 lebih penumpang.

`

`

     Sebelum menuju villa—yang sudah Sehun sewa jauh hari—mereka lebih dulu mengunjungi sebuah rumah makan yang terkenal dengan hidangan belut panggangnya. Disini yang paling terlihat bahagia adalah Ji Soo. Ternyata mahasiswa yang gemar bolos itu sangat menyukai belut. Mereka duduk berhadapan di meja lesehan yang berbentuk persegi panjang. Dihadapkan dengan pemanggang yang sudah tersusun daging belut mentah—yang sudah dibuang tulangnya.

     "Hyung, kapan aku bisa memakannya?" tanya Ji Soo ke Kwang Soo yang sedang mengoles saus manis ke belut.

     "Baru saja ditaruh, tunggu beberapa menit lagi." Jawab Kwang Soo. 2 menit kemudian..

     "Hyung, kapan aku bisa memakannya?" tanya Ji Soo lagi.

     "Ini belum matang. Sebentar lagi." Kata Kwang Soo sembari menuangkan air minum untuknya.

     "Kenapa memasak belut selama ini, hyung?"

     "Yak, sudah kau makan saja!" sambar Jun Yeol tak kuat dengan mulut cerewet Ji Soo..

     "Tapi itu belum matang!" balas Ji Soo.

     "Kalau begitu diam dan tunggu sampai matang!" mulut Ji Soo langsung mengerucut kesal.

     "Bentuknya aneh begitu, apa bisa dimakan?" Kini giliran si bocah sombong yang bersuara.

     "Kenapa, kau belum pernah memakannya, Yong Bin-a?" Tanya Jong Suk merasa gemas dengan mimik lucu di wajah Yong Bin.

     "Lihat itu, belutnya masih bergerak. Bukankah kita berdosa karena telah memanggangnya hidup-hidup?!" Yong Bin malah tampak histeris dengan tingkahnya yang menggemaskan.

     "Tenang saja, bibi pemilik restoran ini yang menanggung dosanya." Ujar Yoona asal. Sehun yang duduk disampingnya hanya tersenyum tenang.

`

`

     Makan siang mereka yang ricuh sudah berakhir. Kini mereka sudah melanjutkan perjalanan menuju villa—yang Sehun janjikan akan sangat istimewa. Seperti apa istimewa yang dimaksud? Karena halaman depan villa itu lumayan dekat dengan pesisir pantai. Hanya perlu berjalan, mungkin sekitar 5 menit. Tidak hanya itu, lokasi villa mereka juga merupakan salah satu tempat yang cocok untuk menikmati sunset. Pemandangan indah itu akan terpampang jelas dari halaman depan villa mereka.

     "Wah.. Indah sekali." Kata Jong Suk yang tengah memandang kagum kearah langit cerah yang tampak menyatu dengan pantai.

     "Ya, indah sekali.." Itu suara Kwang Soo, Jun Yeol dan Ji Soo secara bersamaan. Sama-sama melihat kearah pantai—tetapi bukan melihat pantai—melainkan melihat para turis cantik yang tengah berjemur dengan bikini seksi mereka. "sepertinya aku akan betah disini." Tambah Kwang Soo dengan air liurnya yang nyaris menetes.

     "Menyedihkan sekali." Celutuk Yong Bin, memilih menenteng ransel kecilnya lalu masuk kedalam Villa, menyusul Yoona dan Sehun yang sudah lebih dulu masuk kedalam sana.

--

--

--

     Yoona baru saja selesai mandi dan seperti biasa sudah rapi dengan setelan piyamanya—yang kali ini tampak seperti seorang tahanan—karena berwarna hitam bergaris putih. Tadinya sesampai di villa mereka sempat bermain sejenak di pantai hingga malam hari dan itu cukup melelahkan. Karena itu Yoona memilih berbaring di kasur, disamping Yong Bin yang sudah tertidur pulas. Malam sudah cukup larut, sudah melewati pukul 12 malam, tetapi tidak dengan situasi diluar sana. Walau tidak begitu ramai, tetap masih terlihat wisatawan di sekitar pantai. Kenapa berisik sekali? Pikir Yoona karena masih dapat mendengar suara dari televisi di luar kamarnya. Apa mereka belum tidur? Merasa penasaran dengan keberadaan para lelaki-lelaki tampan, Yoona bangkit dari tidurnya.

     "Heol." Mereka sudah tertidur pulas diatas sofa dengan posisi yang sangat kacau—tidak termasuk Sehun. Pria itu tidak terlihat disana. Seraya meraih remote guna mematikan televisi, mata Yoona menelusuri ruangan disana. Terlihatlah Sehun—dari balik jendela—tengah berdiri di halaman depan villa dengan ponsel berada di samping telinganya. Raut wajahnya tampak serius, membuat Yoona mendadak cemas dan tanpa sadar melangkah menghampirinya. Menyadari kedatangan Yoona, Sehun menatapnya sejenak sebelum lanjut mengobrol dengan seseorang dari balik ponselnya.

     "Baiklah, lusa aku akan kesana." Seperti itulah kata yang ia ucapkan di akhir obrolannya. Sehun terlihat mengatur emosi di wajahnya terlebih dahulu sebelum kembali menatap Yoona. "kenapa belum tidur?" dan sudah menatap Yoona dengan sorot matanya yang hangat. Yoona diam sejenak mengamati perubahan raut wajah pria itu. Sebenarnya ia ingin menanyakan itu, tetapi memilih melupakannya.

     "Belum mengantuk." Jawab Yoona akhirnya.

     "Kalau begitu mari jalan-jalan sebentar." Genggaman hangat pria itu sudah bertaut erat di tangan Yoona. "kau suka tempat ini?" melirik Yoona sejenak sambil terus melangkah beriringan.

     "Hmm." Sehun tersenyum—walau Yoona menjawab dengan sangat singkat.

`

`

     Mereka melangkah di sebuah jalan penghubung dari satu villa ke villa lainnya. Jalan itu memiliki pagar pembatas di kedua sisinya. Tak ada lagi yang mondar mandir disana, hanya mereka berdua. Langkah mereka terhenti disebuah titik dimana mereka dapat melihat pemandangan dengan sempurna. Hamparan lautan terlentang luas dengan pantulan bintang dan bulan diatas perairan. Banyak pasangan terlihat di pesisir pantai, tengah bermadu kasih seakan dunia milik mereka. Begitu juga yang terjadi dengan Sehun dan Yoona. Yoona yang sedang larut dengan pemandangan itu tanpa sadar sudah masuk kedalam pelukan pria itu. Ya, Sehun memeluk Yoona dari belakang.

     "Tadi aku mengobrol dengan ibuku." Bola mata Yoona membesar ketika mendengar itu. "hanya beberapa menit sebelum akhirnya dia kembali hilang kendali." Yoona ingin berbalik untuk melihat wajah pria itu, tapi Sehun mempererat pelukannya sehingga membuatnya Yoona tak dapat bergerak. "kata perawat yang menjaga ibuku, ibuku mendadak meminta mereka untuk menghubungiku." Yoona sadari itu, suara Sehun menjadi pelan dan terdengar sedikit berat. "tadinya dia menyebut namaku, memanggil namaku sama seperti dulu, menanyakan beberapa hal tentangku." Dan kini nada bicaranya menjadi sendu. "aku sangat senang. Sudah lama aku menunggunya menyebut namaku. Menanyakan kondisiku. Akhirnya aku bisa mendengarnya lagi." Airmata jatuh mengenai bahu Yoona. Tak bisa menahannya lagi, dengan sigap Yoona memutar tubuhnya dan terlihatlah airmata yang mengalir diwajah tampan itu. Pertama kali untuknya melihat ada airmata diwajah Sehun.

     "Aku ikut senang akan itu." Yoona seka airmata itu. "kau pasti sudah sangat merindukannya." memeluk Sehun dan menepuk pelan punggung pria itu. Dapat Sehun rasakan kenyamanan itu. Ia pun membalas pelukan itu hingga menenggelamkan wajahnya di bahu Yoona.

`

`

     Similir angin sejuk melewati mereka. Suara angin disela dedaunan dan sensasi sejuk mendekati dingin membuat mereka tersadar, bahwa mereka sudah berpelukan sangat lama. Sehun memberi sedikit jarak, sekitar 10cm dari wajah Yoona—sementara tangannya tetap melingkar dipinggang gadis itu. Ia amati wajah manis itu dengan sangat teliti. Tak ada satupun yang tidak ia suka di wajah itu. Membuatnya tersenyum senang—saking bangganya karena telah berhasil memikat Yoona—yang memang sangat sulit untuk di taklukan.

     "Tapi, sejak kapan kau menyukaiku?" Pertanyaan Sehun membuat mood Yoona mendadak kabur. Ia tidak suka membahas hal semacam itu. Baginya itu sedikit menggelikan.

     "Aku tidak tahu." Ekspresi Yoona memperlihatkan bahwa ia tidak tertarik dengan pertanyaan itu.

     "Hah, kalau begitu aku juga tidak akan mengatakannya." Sehun tampak kecewa.

     "Tidak masalah buatku." Yoona bahkan kelewat santai.

     "Tapi.. Kau sama sekali belum pernah mengatakan perasaanmu padaku."

     "Kau juga." Sambar Yoona.

     "Ee? Apa maksudmu? Aku sudah sering mengatakannya!"

     "Aaa.. Kalau begitu aku lupa." Sehun mulai merasa kesal. "sudah malam, kita pulang saja." tapi tubuh Yoona tak bisa bergerak sedikit pun dikarenakan tangan Sehun masih melingkar di pingganggnya bahkan kini semakin erat.

     "Kau tidak sedang mempermainkanku kan?" Raut kecewa diwajah Sehun membuat Yoona mendadak ingin tertawa. Cukup menggemaskan untuknya. "aku tahu, dulu aku sering mengencani banyak wanita, aku tidak bisa berbohong akan itu. Tapi itu dulu." Sehun terlalu serius membuat Yoona sulit menahan tawanya. "kau lihat sekarang. Aku sudah sangat berubah. Buktinya aku bisa tertarik dengan wanita sepertimu." Hasrat Yoona untuk tertawa menghilang seketika, Kata 'Sepertimu' sangat menyakitinya.

     "Aku mengantuk, kita pulang saja." Tapi lagi-lagi Yoona tertahan didalam dekapannya.

     "Kau satu-satunya wanita yang mau berdebat denganku. Membentakku, memukulku, membayar makananku." Wajahnya jauh lebih serius dari yang sebelumnya, dan itu cukup membuat Yoona tertarik untuk mendengarkannya. "kau tidak akan segan-segan mengelus kepalaku dengan penuh perhatian. Aku bisa merasakan ketulusan itu." Yoona tertegun. Ia tidak menyangka bahwa perlakuannya yang tak seberapa itu sangat berarti untuk Sehun. "dan yang paling membuatmu berbeda. Kau tidak pernah mempedulikan penampilanmu dihadapanku." Sesungguhnya apa yang telah Sehun katakan hampir keseluruhannya merupakan keburukan Yoona, tapi jika melihat ekspresi pria itu ketika mengatakannya, ia tampak menunjukan arti yang berbeda. "kau tahu kenapa aku berkata seperti ini? Karena kau berbeda dengan yang lain." Sesuatu didalam tubuh Yoona menghangat. "kau selalu tampil apa adanya, tanpa sandiwara apapun. Membuatku merasa dihargai."

`

`

     Benar sekali. Selama ini Sehun telah digoda banyak wanita. Mereka cantik, seksi, kaya dan menawan. Penampilan mereka rata-rata seperti model, tampak sempurna. Siapa pun pasti akan tertarik pada mereka. Termasuk Sehun, dulunya. Tetapi lama kelamaan Sehun menyadari sesuatu, bahwa selama ini ia dihadapi dengan wanita-wanita yang penuh dengan kebohongan. Mereka penuh sandiwara. Demi mendapatkan hatinya, mereka berusaha berlaku dan berpenampilan sesempurna mungkin dan Sehun tidak nyaman akan itu.

`

`

     Disamping semua itu, Yoona juga selalu hadir di kehidupannya—yang bisa dikatakan tidak sengaja masuk kedalam kehidupannya. Berkat Yoona, ia menemukan perbedaan itu. Yang pada akhirnya menghantarkannya pada satu pilihan. Yaitu, mencintai seseorang yang mencintai dirinya sendiri. Mengapa begitu? Seseorang harus lebih mencintai dirinya sendiri, agar nantinya dirinya bisa belajar bagaimana cara menghargai orang lain. Karena ketika kita memahami permasalahan yang ada didalam diri, setidaknya kita tidak akan mengulangi kesalahan itu pada orang lain. Jadi, cukup diri sendiri yang bermasalah, jangan campur adukan pada orang lain.

     "Aku tidak tahu apa kau berkata serius atau tidak. Tapi, terima kasih." Yoona juga menjadi serius. Ini merupakan situasi yang sangat langka. Tatapan Yoona pada Sehun juga mulai melembut. "atas perasaanmu kepadaku, aku benar-benar berterima kasih akan itu." ada senyuman di wajah Yoona. "maaf karena aku belum mengatakan apapun sejak pengakuan cintamu padaku. Karena ini pertama kalinya untukku, dan aku masih sangat bingung dengan perasaanku sendiri." Sehun menjadi was-was. Disatu sisi ia senang mendengar perkataan Yoona, tapi disisi lain dia juga risau dengan kalimat terakhir gadis itu. "tapi, kau cukup membuatku merasa nyaman, walau terkadang dengan cara yang sedikit menjengkelkan, aku bisa merasakan ketulusanmu. Kebersamaan kita selama ini membuatku mulai memahami ketulusan dan ketidaktulusan dari setiap kata atau perlakuanmu padaku. Dan selama ini, aku lebih sering menerima ketulusanmu. Ini kejujuranku." Dan Sehun terbodoh sesaat. Tak menyangka seorang Im Yoona akan berkata seperti itu.

     "Hoh, kau bisa romantis juga." Decak Sehun dengan tawanya yang tertahan.

     "Ya, aku bisa disaat terpaksa. Kalau begitu sekarang kita pulang." Jawaban apa itu? Dengan wajah datarnya Yoona melepaskan diri dari Sehun—yang mendadak melemas usai mendengar perkataan terakhirnya. Tetapi senyuman tetap mengembang di wajah tampannya. Yoona sudah terlepas darinya dan sudah melangkah terburu-buru meninggalkannya.

     "Apa segitu malunya kau? Yak, tunggu aku!" Benar sekali. Saat ini Yoona sangat menyesali perkataannya. Baginya itu sangat menggelikan dan tentunya memalukan untuknya mengatakan hal seperti itu. "tunggu aku! Aku mau melihat wajah malu-malumu!" Yoona semakin mempercepat langkahnya. "nuna aku mencintaimu!" teriak Sehun penuh semangat. Mendadak langkah Yoona terhenti. Seperti kilat dia berbalik guna menatap Sehun.

`

`

Dugg! Dugg! Dugg!

`

`

     Jantungnya pecah semarak. Pertama kalinya untuknya mendengar Sehun memanggilnya dengan sebutan 'Nuna' dan pertama kalinya juga untuknya mendengar kata 'Aku mencintaimu?'. Kini Sehun sudah kembali ke hadapannya, masih dengan senyum sumringahnya. Merasa gemas melihat ekspresi terpana diwajah Yoona, Sehun elus pipi Yoona yang sudah memerah.

     "Saranghae." Tambah Sehun pelan penuh kesungguhan. Dengan tenang Sehun melangkah maju dan penuh perasaan mencium kening Yoona. Perasaan yang tengah bercampur aduk membuat Yoona menutup matanya. Ia menikmati kekacauan didalam tubuhnya kini. Ciuman Sehun tidak berhenti disitu.

`

`

     Tangannya yang bebas mulai bergerak menyentuh leher Yoona. Dan tangan lainnya menarik pinggang Yoona agar mendekati tubuhnya. Bahkan belum benar-benar menyentuh seutuhnya, gelar panas sudah lebih dulu membakar mereka. Kegugupan merenggut kesadaran Yoona—yang dalam sekejap menjadi terhanyut akan sensasi menggetarkan—dari sentuhan bibir seksi Sehun yang mulai melumat mesra bibirnya. Sehun cukup ahli untuk urusan itu. Tidak butuh waktu lama, dia berhasil memancing Yoona untuk membalas ciumannya bahkan kini Yoona sudah melingkarkan tangannya di leher Sehun. Malam itu menjadi ciuman paling romantis dan terlama mereka.

--

--

--

     Apa jadwal mereka di pagi itu? Hanya berselonjor malas di hadapan televisi. Sama sekali tak terlihat sensasi liburan yang sesungguhnya. Dengan raut wajah datar, mereka menyaksikan siaran di televisi—yang pada saat itu tengah memperlihatkan berita selebriti. Mengapa seperti itu? Karena rasa lelah masih tertinggal di tubuh mereka sehingga kini malas mendominasi mood mereka.

     'Kami baru saja mendapatkan kabar gembira dari salah satu senior kita. Diketahui bahwa sebulan yang lalu baru saja melangsungkan pernikahannya yang ketiga, aa maksud saya yang keempat. Pagi ini beliau memberikan sebuah info bahwa sang istri telah mengandung—'

     "Heeeeee????" Mereka semua shock berat.

     "What the! Apa? Hamil?" bahkan wajah Kwang Soo semakin tampak jelek ketika kaget.

     "Hoho.. Kuat juga." Gumam Jun Yeol merasa geli memikirkannya.

     "Itu bisa saja, karena isterinya masih sangat muda." Dan Jong Suk merespon dengan cara yang berbeda.

     "Aku berharap masa tuaku akan sekuat beliau." Ji Soo malah menghayal ke masa depan.

     "Kasihan sekali bayinya. Semoga ketika lahir kakek itu masih hidup." Yong Bin pun ikut-ikutan bicara—tapi perkataannya tak sesuai umurnya.

     "Yak! Kau diam saja!" bisik Yoona menyikut adiknya yang kelewat bijak itu. Disaat suasana sedikit lengah, mereka baru sadar akan itu. Sehun ada bersama mereka!

     "Nonton yang lain saja." tepat ketika mereka melirik Sehun—yang baru diingat keberadaannya—Sehun sudah lebih dulu mengganti tontonan mereka. "berhenti melirikku, aku tahu aku tampan."

     "Eishh!" mereka serentak membuang muka.

     "Oo? Kebakaran?" kata Kwang Soo ketika layar televisi memperlihatkan sebuah berita mengenai kebakaran. Berita itu membuat Kwang Soo kembali teringat pada peristiwa yang dialami Yoona dulu. "tapi Yong Bin-a, hyung ingin bertanya padamu, tapi jika kau tidak ingin membahasnya, kau tidak perlu menjawab."

     "Apanya?" kata Yong Bin tampak santai.

     "Ketika kebakaran itu terjadi, saat itu kau sedang apa?" Tanya Kwang Soo berhati-hati, tidak ingin memancing trauma bocah itu.

     "Aku sedang bermain." Tetapi si bocah tampak jauh lebih santai seakan kebakaran itu hanya peristiwa kecil. Yang lainnya pun mulai tampak serius, penasaran dengan jawaban Yong Bin. "Karena aku hanya sendirian dirumah, aku mengunci semua pintu dan bermain didalam kamar. Aku menyadarinya ketika hendak kedapur untuk mengambil minuman, aku melihat ada asap menyisip melalui sela kecil pintu kamar. Asapnya sangat pekat. Karena takut, aku segera menghubungi nuna." Mereka yang mendengar penjelasan itu menghela nafas dengan berat. "tak lama dari itu keributan mulai terdengar dari luar. Aku menunggu nuna, tapi tidak ada seorang pun yang melewati pintu itu. pintu kamarku sudah terlanjur terbakar dan lokasi teramanku hanya disudut kamar disamping dinding kaca." Yoona kembali terpukul dengan rasa penyesalan yang mulai menghampirinya. "tapi syukurnya, seseorang memecahkan dinding kaca yang ada disampingku, dan setelah itu tampaklah Sehun hyung disana. Hyung langsung menggendongku dan membawaku keluar dari sana." Kontras semua mata beralih menatap Sehun—yang sudah tersenyum bangga—pada dirinya sendiri.

     "Hah, jadi kau yang menyelamatkannya?" tanya Jun Yeol tak percaya. Sehun hanya memperlihatkan senyumannya yang semakin sumringah.

     "Kenapa kau yang masuk kedalam rumah itu? Memangnya apa yang dilakukan petugas disana?" kali ini Jong Suk yang bertanya.

     "Mereka terlalu fokus pada bagian depan rumah itu. Sudahlah, kenapa kita harus membahas masa lalu? Lupakan saja!" ketika itu dia melirik Yoona sejenak, gadis itu merunduk dan tampak lesu. "aish, lebih baik kita berangkat sekarang juga! Kita kan sedang liburan! Tidak seharusnya berdiam diri di villa seperti ini! Let's go!" Ia tarik tangan Yoona, bersamaan dengan yang lainnya, mereka melangkah ceria keluar dari villa dan siap melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat wisata yang ada di pulau itu.

     "Seonsaeng-nim(ibu guru)!" Teriak Yong Bin. Memanggil seorang wanita yang sedang melangkah bersama seorang pria melewati villa mereka.

     "Oo? Yong Bin-a.." Wanita yang dipanggil dengan sebutan guru itu tersenyum cerah padanya, tapi tak berangsur lama. Ketika wanita itu menyadari keberadaan Jong Suk dibelakang Yong Bin, bibirnya langsung membentuk garis tipis. Raut wajahnya tampak kaget dan.. Sedikit takut? Memangnya siapa wanita itu? Dia adalah guru Yong Bin di sekolah alias Suzy. Gebetan Jong Suk. Tampak tak nyaman, wanita itu langsung menggandeng pria yang bersamanya lalu dengan terburu-buru pamit dengan mereka. Tanpa melihat ke Jong Suk, ia segera melangkah pergi dari hadapan mereka.

     "Yak, bukan itu aktor Lee Min Ho?" Suara Kwang Soo memecah keheningan.

     "Ya, benar sekali." Sahut Jun Yeol dan Ji Soo

     "Wah.. Hebat sekali dia bisa mengencani seorang aktor." Sambar Sehun yang sedetik kemudian telah menerima tamparan halus di wajahnya dari telapak tangan Yoona.

     "Kecilkan suaramu!" bisik Yoona dengan geram lalu melirik Jong Suk prihatin. Jong Suk menangis! OMG! Ada airmata di wajah tak berekspresinya. Mereka yang ada disana langsung bingung harus melakukan apa. Mereka sama-sama terbodoh dalam beberapa menit sebelum akhirnya Kwang Soo memecah keheningan.

     "Bukankah kita mau berlibur???" Tanya Kwang Soo sekuat mungkin.

     "Ya!" Mereka bersorak penuh semangat.

     "Let's go! Mari berlibur sepuasnya!"

     "Kajja(ayo)!!!" Seakan tak terjadi apa-apa, Ji Soo dan Jun Yeol mengepit kedua tangan Jong Suk dan langsung menarik paksa dokter malang itu.

--

--

--

--

--

--

--

--

--

[Epilog]

`

     Yoona baru saja menjemput Yong Bin di sekolah—karena sopir bis yang biasanya mengantar jemput Yong Bin sedang sakit. Tadinya Yong Bin berangkat sekolah diantarkan Sehun yang sekalian berangkat ke bar miliknya. Sebenarnya Sehun sudah mengatakan pada Yoona untuk menghubunginya jika mau menjemput Yong Bin, tapi Yoona memilih kesana menggunakan taksi. Yoona tampak berbaur bersama orang-orang murid disana. Hingga Yong Bin keluar dari kelas dan mereka yang pamit.

     "Nuna, aku tidak mau pulang dulu." Rengek Yong Bin. Yong Bin sudah lebih sering bersikap manja padanya.

     "Lalu kau mau kemana?" Tanya Yoona dengan lembut juga tidak seperti biasanya.

     "Aku mau ke toko roti. Aku mau makan roti isi selai kacang."

     "Baiklah."

`

`

     Toko roti pilihan Yoona adalah toko roti yang letaknya sangat dekat dengan lokasi klinik milik Jong Suk. Ia sengaja memilih toko roti itu agar setelah membeli roti dia dan Yong Bin bisa mengunjungi Jong Suk. Benar sekali, mereka sudah melangkah keluar dari toko roti dengan 2 kantong plastik penuh berisikan roti pilihan sang adik. Melangkah santai menuju klinik.

     "Hyung!" Sapa Yong Bin usai tiba didalam klinik. Syukur sudah tidak ada pasien dan perawat disana.

     "Oo Yong Bin-a." Kata Jong Suk yang tengah merapikan meja kerjanya. "kau menjemputnya lagi?" Tanya Jong Suk ke Yoona.

     "Hmm, sopir bisnya sedang sakit, jadi orangtua diminta untuk menjemput anak masing-masing."

     "Nuna, aku bukan anakmu." Sela Yong Bin.

     "Aku tahu." Balas Yoona jutek. Drrrt! Drrrt! Bunyi ponsel seseorang bergetar dan ternyata milik Jong Suk.

     "Huh.." Jong Suk menghela nafas dengan malas ketika membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

     "Kenapa oppa?" Tanya Yoona penasaran.

     "Ji Soo menghubungiku." Yoona pun ikut menghela nafas. Hanya berselang beberapa menit—setelah ia menerima telepon dari Ji Soo, kini nama Jun Yeol yang tampak di layar ponselnya. Melihat itu, Jong Suk dan Yoona kembali menghela nafas dan kali ini lebih terlihat pasrah.

`

`

     Seperti yang mereka duga, Ji Soo tiba di klinik dalam keadaan tubuh penuh luka. Tak tampak serius. Hanya luka lebam dan beberapa luka lecet. Dia pasti baru saja berkelahi dengan preman-preman di kampusnya. Jong Suk mengobatinya dengan sabar seraya menunggu kehadiran Jun Yeol disana—seperti biasanya. Tepat sekali, sebuah taksi berhenti didepan klinik lalu Jun Yeol pun keluar dari sana. Dengan segala sumpah serapah, dia menghampiri Ji Soo didalam klinik.

     "Yong Bin-a, tutup telingamu." Bisik Yoona ke sang adik.

`

`

     Sorenya Yoona mendapatkan telepon dari Sehun—yang menanyakan keberadaannya. Karena Yoona mengatakan bahwa mereka semua ada di klinik, Sehun pun segera menyusul mereka. Dengan begitu mereka tidak perlu memesan taksi—yang sangat sulit didapatkan di daerah klinik itu—dan bisa menumpang mobil Sehun. Tak lama setelah Sehun sampai di klinik, mereka memutuskan untuk pulang kerumah bersama-sama.

`

`

     Perjalanan mereka menuju rumah diisi dengan obrolan akrab yang tak berujung. Ji Soo membahas dosen yang ia sukai—yang ternyata sudah bertunangan, dan Jun Yeol membahas office girl yang ia taksir—yang sialnya ternyata sudah menikah. Topik yang malang sebenarnya, tapi tawa malah mengiringi obrolan mereka. Jong Suk juga tampak sudah move on dari Suzy. Nasib tak jelas mereka sama sekali tak mengikis kebahagian mereka.

`

`

     Nyiiiit!!! (Suara rem mobil yang sangat nyaring)

`

`

     Sehun mendadak menekan rem mobilnya tidak jauh dari rumah kos berada. Matanya terlihat melotot ekstra, tak hanya dirinya, semua yang ada dimobil juga sepertinya. Raut wajah mereka menggambarkan perasaan trauma yang mendalam. Mengamati asap tebal yang tampak dari balik pagar rumah kos yang sangat tinggi. Dengan gerakan sama dan seperti kilat, mereka bersama-sama keluar dari mobil lalu berlari mendekati pagar rumah itu. Asap pekat yang mengepul tampak semakin nyata. Membuat sendi-sendi mereka melemas.

`

`

     Uhuk! Uhuk! (Seseorang terbatuk didalam sana) Itu suara Kwang Soo!! Mereka semua menjadi panik. Berusaha menepis rasa takut, mereka dorong pagar itu dan siap menerobos api guna menyelamatkan Kwang Soo.

     "Oo? Kalian sudah pulang? Uhuk uhuk!" Sapa Kwang Soo, disamping kepulan asap yang ternyata berasal dari sebuah tong sampah. Tak ada jawaban apapun, yang terdengar hanya sisa helaan nafas mereka yang tak beraturan.

°

°

°

°

-The End-

°

°

°

°

Bagaimana kak endingnya?

Di chapter terakhir ini, mari berikan komentar kalian. Bagaimana kesan-kesan kalian selama membaca FIRE?

Silahkan ditulis semuanya di komentar ya..

Sampai jumpa di cerita selanjutnya..

Aa, cerita seperti apa yang kakak2 inginkan?

Saya masih punya buaaaannnyak banget!

Oh iya, baca White Romance (By Hyull) ya kak.. sudah saya lanjut.

Maaci.. ^^