24 Part 24

     "Kau merindukanku kan?" Lebih dulu menggenggam tangan Yoona. Langkah santainya perlahan menuntun langkah mereka menuju mobilnya. Sehun menghentikan langkahnya tepat disamping mobilnya. Tidak dulu membuka pintu mobil, ia tatap Yoona yang sedari tadi hanya diam tanpa perlawanan. "kenapa? Kenapa tenang sekali? Biasanya kau akan membentakku." Yoona tetap saja diam—hanya membalas tatapan itu. "apa aku berbuat salah?" dan Yoona masih tetap menutup mulut. "atau jangan-jangan, kau benar-benar sedang merindukanku?" meski Yoona sedang memperlihatkan wajah datarnya, Sehun tetap saja bercanda. "katakan sesuatu.." suara Sehun melembut. "baiklah jika kau—"

     "Ya, aku merindukanmu." ia mengatakannya dengan sangat tenang, pelan tetapi dapat Sehun dengar dengan sangat jelas. Senyuman di wajah Sehun menghilang total. Ia terlalu kaget mendengar kalimat seperti itu terucap oleh Yoona. Sehun terdiam selama.. 3 detik berlalu.. 7 detik berlalu.. lalu setelah itu ia tertawa pelan.

     "Wah, jantungku mendadak bekerja ekstra." gumamnya seraya menepuk pelan dada bidangnya. Ada celah kecil di raut wajah Yoona—yang memperlihatkan ekspresi malu-malunya—namun berhasil ia tutupi dengan wajah datarnya. "karena perkataannya sangat tak terduga-duga, dengan begitu dia tidak mungkin berbohong." Gumam Sehun lagi—dan tentu dapat Yoona dengar. Melihat reaksinya, Yoona merasa menyesal telah mengatakan itu.

     "Apa kita akan berdiri terus disini? Cepat buka pintunya." Tegur Yoona yang kembali ketus seperti biasa.

     "Nah, ini yang aku tunggu. Lebih baik kau seperti ini saja. Aku tidak nyaman jika kau mendadak diam seperti tadi. Ayo masuk. Wah, bukankah udara mulai bersahabat?" karena musim dingin akan segera usai.

     "Aku kepanasan." Balas ketus Yoona usai duduk dengan nyaman di dalam mobil disamping Sehun.

     "Apa piyama norakmu itu masih membuatmu kepanasan?!" cibir Sehun melirik jijik piyama motif macan yang tengah Yoona kenakan. Kapan sih dia bisa berbusana dengan wajar?

     "Sudah cepat nyalakan mesin mobilnya, aku butuh pendingin udara!" Yoona masih saja ketus.

     "Kenapa kau membentakku?! Kau sungguh-sungguh merindukanku kan?" suara Sehun reflek meninggi.

     "Sepertinya sudah tidak lagi. Cepat nyalakan mesin mobilnya!"

     "Apa kau bilang? Sudah tidak lagi?!!"

     "Iya!"

     "Kejam sekali kau!"

     "Biarin! Cepat nyalakan mobilmu! Aku kepanasan!"

     "Yak, tadi kau sendiri yang bilang kalau kau merindukanku!"

     "Mungkin aku salah ngomong!"

     "Apa?!! Yak, kau tidak bisa menarik kembali perkataanmu!"

     "Aku tidak peduli. Cepat nyalakan mobilmu!!!"

     "Tidak mau!"

     "Yak!" suara Yoona bahkan sampai terdengar serak karena terus-terusan berteriak.

     "Aish, kau berisik sekali!"

     "Tadi kau yang menyuruhku jangan diam!"

     "Aarrggggh!" pada akhirnya nasib menunjukkan bahwa kebahagian Sehun tidak berlanjut. Kata 'Aku merindukanmu' sudah menjadi angin lalu baginya—padahal dia sudah sangat menantikan kalimat itu terucap dari mulut menyebalkan Yoona.

`

`

     Perjalanan mereka berlangsung senyap. Sehun memilih diam—tidak ingin mendengar suara melengking Yoona yang selalu membuatnya frustasi. Begitu juga dengan Yoona, yang memang dari lahir sudah bertingkah aneh—karena moodnya bisa berubah sepersekian detik. Dari balik kaca mobil, Yoona amati keadaan diluar sana. Dimalam selarut itu jalanan kota Seoul masih sangat ramai, terlihat dari banyaknya kendaraan yang berbaris di depan mobil mereka—menunggu lampu hijau menyala. Sesaat Yoona tersadar akan sesuatu. Sehun telah melewati jalur menuju rumah mereka.

     "Aku belum mau pulang." Jelas Sehun sebelum Yoona sempat bertanya.

     "Memangnya kau mau kemana? Ini sudah sangat larut malam." Yoona masih menggunakan volume rendah.

     "Entahlah, aku juga bingung."

     "Yang benar saja! Kalau tidak tau arah lebih baik kita pulang saja!" dan kembali membentak. Hanya mendengus menahan kesal, Sehun arahkan stir mobilnya menuju kesebuah taman yang berada di kawasan pinggiran Sungai Han. Ekspresi Yoona melembut ketika melihat raut lelah di wajah Sehun. Apa aku terlalu keras padanya? Dan mendadak merasa menyesal.

`

`

     Mobil itu diparkir disebuah lahan kosong yang menghadap langsung ke sungai—terhubung ke sebuah taman yang ternyata sudah sangat sepi. Sehun yang masih diam lebih dulu keluar dari mobilnya. Melirik sejenak kedalam mobil guna melihat Yoona yang masih duduk didalam sana. Ia tatap Yoona dengan maksud agar Yoona segera menghampirinya. Tampak terpaksa, akhirnya Yoona keluar dari dalam mobil.

     "Kenapa kita kesini? Kau sedang galau?" Yoona mencoba memahami ekspresi tenang diwajah Sehun.

     "Tidak." lagi-lagi Sehun menggenggam tangannya dan mulai melangkah menyusuri jalanan yang berada di sepanjang tepi sungai. "kita bisa memanfaatkan sisa malam ini untuk berkencan." Ada perasaan senang ketika mendengar itu, tapi Yoona berusaha memasang wajah tak peduli. Sehun hentikan langkahnya untuk berdiri menghadap Yoona. "kenapa? Kau tidak suka? Kita pulang saja?" tanya Sehun karena Yoona tidak memberi respon apapun.

     "Kalau kau mau disini, aku tidak masalah." Tidak membalas tatapan Sehun secara langsung—mungkin terlalu memalukan untuknya. Sehun tersenyum simpul dan kembali melangkah. Masih menggenggam tangan itu.

     "Tadi aku bersama seorang arsitek yang sedang merenovasi barku. Kami sedang memilih interior yang cocok." Pembahasan itu terdengar seperti sebuah penjelasan. Masih terus melangkah santai, Sehun menoleh sejenak ke Yoona, ia berharap Yoona merespon perkataannya tapi ternyata tidak. Yoona hanya diam. "aku terpaksa harus pergi bersamanya karena pekerjaan ini tidak bisa aku serahkan kepada siapapun." Jelas sekali, Sehun memang sedang mencoba menjelaskan situasi yang sebelumnya, tapi Yoona masih saja hanya diam. Ia membisu sejenak, begitu juga dengan langkahnya yang ikut terhenti. Karenanya, Yoona juga ikut berhenti melangkah. Sesuatu tampak berubah, Ekspresi Sehun menjadi sangat serius. Tak terbaca mengenai apa yang tengah pria itu pikirkan, tapi dari sorot matanya—yang kini perlahan kembali menatap Yoona—menunjukkan bahwa dia akan mengatakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh. Selama ini Yoona memang sudah terbiasa menghadapi sikap Sehun yang selalu berubah disetiap waktu, tapi pada detik itu, ia merasa itu adalah pertama kali untuknya melihat Sehun menatapnya seperti itu.

     "Aku tidak tahu persis seperti apa kau mengenalku. Tapi aku dapat menebak bahwa 80% analisismu terhadapku adalah keburukanku. Aku tidak bisa berkata apa-apa mengenai itu, karena itu memang aku yang apa adanya. Aku akui itu, aku memang buruk. Aku terlahir di lingkungan yang lebih dulu memperlihatkanku dunia malam. Kupikir kau sudah tahu seperti apa keluarga antah berantahku." Kalimat itu terdengar asing dan sedikit menyedihkan—mungkin karena Sehun yang mengucapkannya. Yoona mencoba memahami maksud dari perkataan pria itu, ia masih tidak merasa yakin akan kesungguhan ditiap kata-kata itu. "aku tahu, selama ini kau mencoba untuk menjaga jarak denganku, seakan kau tidak ingin jatuh jauh dalam tipuanku. Aku ingin katakan padamu, semua hal yang aku lakukan untukmu murni ketulusanku."

`

`

     Kepedulian mulai tampak dari pantulan sorot mata Yoona. Kata-kata yang baru saja ia dengar membuatnya tanpa sadar merasa menyesal, menyesal telah membuat pria itu salah paham padanya. Yoona tidak pernah berpikir hal buruk mengenai pria itu. Sehun memang tampak nakal, tetapi sesungguhnya Sehun jauh lebih hangat dibandingkan anak kos lainnya. Selama ini kebaikannya telah tertutupi tingkah anehnya yang terkadang kelewat mengesalkan.

     "Aku tidak pernah berpikir seperti itu terhadapmu." Getar kecil tampak di mata Sehun. Perkataan Yoona seakan menghantarkan angin sejuk untuknya, juga nada gadis itu yang tak seperti biasanya, suara melengking itu kini melembut menghanyutkan. "keluargamu memang seburuk itu, tapi tidak denganmu." gerak-gerik mata Yoona membentuk senyuman, selaras dengan bibir manisnya yang juga ikut tersenyum kepada pria itu. "begitulah yang selama ini aku pikirkan. Tapi.." Senyuman di wajah Yoona sedikit memudar. "aku tidak begitu yakin dengan apa yang kau lakukan di barmu." Malah membuat Sehun tertawa kecil.

     "Yang aku lakukan di bar hanya bekerja, tidak lebih dari itu." Yoona berdecak pelan seraya memperlihatkan ekspresi tak yakinnya pada jawaban Sehun.

     "Bekerja dengan wanita-wanitamu?" kini senyuman timbul di wajah tampan itu.

     "Apa kau secemburu ini pada mereka?" Sehun mengelus pipi Yoona dengan manja. "haruskah aku mengganti semua pekerja wanita di barku?" dan itu membuat saraf-saraf di tubuh Yoona berhenti bekerja. "hah, pipimu memerah." bisiknya memandang geli pipi Yoona yang tampak bak tomat matang. Terlalu menyesakkan, Yoona reflek melangkah mundur dan sentuhan manja dari jemari Sehun di wajahnya pun terlepas. Tapi dia melupakan tangan Sehun yang masih setia menggenggam tangannya, membuatnya tak bisa mundur lebih dari selangkah.

     "Kau tidak ingin lanjut melangkah?" kata Yoona berusaha melihat ke titik lain—tentunya bukan wajah pria itu—yang terus melayangkan sorot matanya yang sangat memikat. Dari ekor matanya dapat Yoona lihat, lagi-lagi Sehun tersenyum, mungkin merasa senang karena telah berhasil membuatnya salah tingkah seperti itu.

     "Ayo." Mereka kembali melanjutkan aksi jalan santai itu. "kenapa kalian bisa diluar bersama?" Yoona meliriknya tak paham. "sewaktu di kafe tadi." Tambah Sehun.

     "Aa, itu.. Jun Yeol oppa memintaku untuk ke kantornya. Kwang Soo oppa yang menemaniku. Kami terpaksa membawa Yong Bin, karena Ji Soo belum berada dirumah." Jawab Yoona, mereka mulai menikmati pemandangan disana.

     "Kenapa? Ada masalah?" Sehun kembali fokus ke wajah Yoona—dan masih menuntun langkah mereka dengan santai.

     "Oppa sudah menemukan brankasku. Karena itu dia memanggilku kesana." Kata Yoona memandang kosong ke air sungai yang tenang.

     "Hah, selama itu baru ditemukan." Gumam Sehun untuk dirinya sendiri. "memangnya apa isinya?"

`

`

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

`

`

     Pagi itu hujan mengguyur dengan sangat deras disertai angin kencang yang nyaris seperti badai. Udara dingin yang semestinya tak lagi terasa kini malah semakin memburuk. Mungkin Tuhan sedang mengutuk umatnya. Begitulah yang Yoona pikirkan. Duduk seorang diri di ruang keluarga, mengamati kacaunya cuaca diluar rumah itu dari balik dinding kaca, yang tengah mempertahankan pondasinya dari terjangan air hujan dan angin nan kejam.

`

`

     Langit ikut mengutuk dengan suasana hitam kelamnya. Walau begitu, tanpa mengurangi semangat, Jun Yeol sudah berangkat kerja sejak tadi. Tak peduli seperti apa cuaca diluar sana, usai pamit dengan Yoona, dia melesat pergi beserta rekan-rekannya yang menjemputnya. Wajah Yoona mendadak suram setelah sebuah berita tampil di layar televisi dihadapannya. Itu berita mengenai penangkapan saudara tirinya. Jun Yeol sudah bergerak secepat itu. Yoona tersenyum miris melihat berita itu. Rasa syukur dan sedih mengaduk batinnya.

     "Wah, hyung bergerak sangat cepat." Sehun sudah duduk disampingnya, bersandar nikmat di bahunya, berbalutkan selimut yang pria itu bawa dari kamar. Lumayan mengagetkan, mungkin Yoona terlalu fokus pada laporan reporter di televisi itu sehingga tidak menyadari kedatangan Sehun. "tidak dingin?" bisiknya kelewat lembut.

     "Tidak." Perhatian Yoona masih belum terlepas dari layar televisi.

     "Dimana Yong Bin?"

     "Masih tidur."

     "Dia tidak sekolah hari ini?"

     "Sekolah diliburkan."

     "Kenapa diliburkan? Ini bukan tanggal merah."

     "Cuaca buruk."

     "Aaa, benar juga." Sehun tengah berpikir keras bagaimana cara mengalihkan perhatian Yoona dari televisi itu. "kau sudah sarapan?"

     "Belum."

     "Mau aku buatkan sereal?"

     "Aish! Kau ini berisik sekali. Diamlah!" serangan dari suara melengking Yoona membuat Sehun terpaksa menjauh darinya. Disudut sofa dia mengutuk reporter itu—yang sudah berhasil merampas perhatian Yoona darinya.

     "Aku mau nonton kartun!" bentak Sehun, sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Yoona tidak menghiraukan perkataannya. "yak, cepat ganti siarannya!" Yoona tetap tak bergeming. Remote televisi yang terletak asal di atas meja langsung diambil olehnya.

     "Berita seperti ini tidak ada bagusnya." Dengan ekspresi tak berdosa, Sehun mengganti tontonan itu. Tampaklah 2 larva aneh dilayar, tengah berlaku konyol yang lumayan mengocok perut. "ini baru seru. Hahaha.." tawanya nyaris selaras dengan suara hujan.

     "Berikan remotenya padaku." Yoona bergerak cepat untuk merampas remote dari tangan Sehun, tapi dalam sekejap remote itu sudah terselip didalam jaket pria itu. Cepat-cepat Sehun balut tubuhnya dengan selimut.

     "Kau tidak akan meraba tubuhku hanya karena sebuah remote kan?" goda Sehun yang sudah kembali ke posisi semula—duduk disamping Yoona dan bersandar nikmat di bahu gadis itu. Suasana menjadi hening. Keduanya larut dalam tontonan. Tapi sesungguhnya mereka tidak benar-benar menyaksikan larva aneh itu, karena bagaimana pun juga pikiran mereka tetap tidak bisa berhenti memikirkan nasib saudara tiri Yoona.

`

`

     Suara kericuhan diluar sana mengisi sejenak keheningan diantara keduanya. Kedua larva dilayar televisi itu masih asik bertingkah konyol, dan kedua penonton itu juga masih setia menyaksikan tontonan itu—walau tak terlalu fokus—bahkan nyaris tak tertawa, karena memang tidak benar-benar menikmati ceritanya. Di sela keheningan, sesuatu kembali kedalam ingatan Sehun. Benar sekali, itulah tujuannya sedari tadi. Karena itu ia menghampiri Yoona di pagi itu. Lalu, tujuan apa yang dimaksud? Sehun tak lagi bersandar di pundaknya, ia sudah duduk menyamping menatap Yoona.

     "Mengenai kencan yang aku janjikan, akan kita lakukan besok." Kepala Yoona bergerak cepat untuk menoleh padanya. Ekspresi senang dan kaget menyatu di wajah manis itu. "aku sudah menyewa sebuah villa di Jeju. Kau pasti akan menyukainya. Pemandangan disana benar-benar indah."

     "Jeju?" Yoona tidak pernah berpikir akan berkencan diluar kota itu.

     "Hmm. Bagaimana? Kau akan ikut denganku kan? Tentu saja kau harus ikut. aku sudah menyewa villanya, jadi kau tidak bisa menolak lagi. Uangku terkikis banyak hanya karena villa itu." entah menyadari itu atau tidak, Yoona tertawa singkat. "oo? Sepertinya kau cukup bersemangat."

     "Kebetulan sekali aku sedang ingin berlibur, jadi aku akan ikut denganmu." Walau ia mengatakannya dengan sangat santai, sesungguhnya kegugupan sudah menjalar liar didalam aliran darahnya. Sehun tersenyum puas dengan reaksi Yoona. Tanpa sempat ia kontrol, tangannya bergerak alami mengelus kepala Yoona. "lupakan sejenak masalahmu, mari kita bersenang-senang." Itulah maksud Sehun yang sebenarnya.

`

`

     Selama ini Yoona sudah sangat tertekan, dan dia ingin memberikan suasana baru untuk gadis itu. Dugg! Dugg! Sentuhan yang Sehun lakukan memancing kebrutalan debaran jantungnya. Mata yang tengah ia tatap menunjukkan ekspresi terpana dengan sangat jelas. Membuat niat lain timbul dengan sangat mendadak. Ekspresi Sehun berubah tenang, dengan alasan yang tak jelas, mereka terdiam dan hanya saling tatap. Tapi hanya bertahan sebentar, karena dengan sangat tiba-tiba, seakan tak lagi kuat menahan, Sehun memiringkan wajahnya. Tangannya menyentuh sisi wajah Yoona, dengan perlahan menarik wajah itu dan mulai mencium bibir itu.

`

`

      Bibir Sehun bergerak dengan sangat lembut. Mata Yoona yang tadinya membelalak kini sudah tertutup rapat. Seakan terlena dengan sentuhan lembut dari bibir Sehun. Tak lagi duduk, Sehun sudah berdiri dengan lututnya diatas sofa, kedua lututnya memenjara Yoona, membuatnya semakin mudah dalam menikmati ciuman itu. Gerakan lembut yang Sehun lakukan perlahan menjadi nakal, lidahnya mulai ikut andil untuk menerobos bibir Yoona yang masih sulit ia buka. Dada Yoona berdebar. Ia terpekik karena sensasi yang tengah ia rasakan.

`

`

     Yoona mencengkram bahu Sehun. Dapat ia rasakan otot pria itu dibawah tangannya yang terkadang menegang mengikuti gerakan mereka yang semakin liar. Aw! Yoona mengerang pelan, Sehun mengulum bibirnya terlalu kuat hingga menggigit pelan bibir bawahnya. Reaksi Yoona membuat keduanya tersadar. Bahwa mereka masih berada dirumah dan itu sangat berbahaya. Ciuman itu pun terhenti. Keduanya diam dalam tatapan itu, sembari menahan gejolak yang nyaris merobohkan pertahanan.

     "Bukankah tadi itu sangat panas?" goda Sehun diikuti tawanya yang berbisik.

     "Wah, dingin sekali.." Itu suara Kwang Soo! Yoona dorong tubuh Sehun hingga membuat pria itu terduduk diatas meja. Super kilat, Yoona sudah berdiri tegak, membuat posisi mereka tak lagi tampak mencurigakan. "oo? Kalian sudah bangun?" pas sekali. Kwang Soo menghampiri mereka. "hoh, kalian menonton ini?" kata Kwang Soo yang telah meniadakan keberadaan larva di layar televisi itu. "yak! Jangan duduk dimeja!" bentaknya sembari menendang Sehun dengan kaki panjangnya.

     "Aku kekamar dulu." Mencari aman, Yoona sudah berlari kecil menuju kamarnya. Tinggallah Sehun dan Kwang Soo di hadapan televisi.

     "Apa yang kau lakukan padanya? Kenapa dia tampak aneh seperti itu?" tanya Kwang Soo ke Sehun—tak benar-benar bertanya—karena dia tengah menyaksikan berita.

     "Entahlah, aku lupa." Jawab Sehun asal.

`

`

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

`

`

     Hari yang ditunggu pun tiba. Berkencan dengan pria itu di Pulau Jeju? Memikirkannya saja sudah membuat Yoona penasaran akan seperti apa nantinya. Ia berdiri dibalik jendela kamarnya. Tampak langit cerah tanpa awan mendung disana. Juga secerah pakaian yang tengah ia pakai saat itu, setelan piyama berwarna kuning mentereng dengan motif itik yang ia lapisi lagi dengan jaket berwarna hijau norak. Diatas tempat tidur, sebuah tas pakaian berukurang sedang tampak siap dibawa pergi. Sensasi getar menggelikan mulai ia rasakan. Berusaha terlihat santai, Yoona mulai melangkah keluar dari kamar.

     "Yak Yoona, kenapa kau lama sekali!" tangannya yang hendak membuka pintu kamar menegang seketika. Suara Kwang Soo menggelegar dari balik pintu kamarnya.

     "Nuna! Cepatlah!" Kali ini suara Ji Soo.

     "Apa sih yang dia bawa? Kenapa lama sekali?" Diikuti suara Jun Yeol.

     "Mungkin dia sedang memilih pakaian yang akan dibawa." Suara Jong Suk juga terdengar.

     "Aish nuna! Masukkan saja semua piyamamu dan keluarlah!" Dan suara si brengsek Yong Bin juga terdengar! Ada apa sebenarnya?!! Dengan tangannya yang bergerak kaku, Yoona buka pintu kamarnya. Matanya mendadak sayu. Apa yang ia lihat membuatnya mendadak tak bersemangat.

     "Lama sekali kau ini! Sini aku bawa!" Kwang Soo sudah meraih tas miliknya. Bersamaan Kwang Soo, semua yang ada disana melangkah keluar dari rumah mengikuti si jerapah. Lalu apa yang membuat Yoona tampak lemas seperti itu? Karena mereka semua juga membawa sebuah tas pakaian. Mengerti kan maksudnya???

     "Kenapa? Ada apa dengan ekspresimu?" Tegur Sehun yang sedang melangkah menuruni anak tangga. "ada masalah?" dan kini sudah berdiri di samping Yoona.

     "Mereka juga ikut?" Tanya Yoona pelan. Sehun terdiam sejenak. Seakan tengah membaca setiap garis wajah yang sedang terbentuk di wajah manis itu.

     "Kau tidak berpikir bahwa kita akan pergi berdua saja kan?" Ujar Sehun menahan senyuman. OMG!!! Im Yoona! Apa yang telah kau pikirkan?!!!!!!!!!!

°

°

°

Continued..

°

°

°

FIRE tinggal 1 chap lagi..

Ditunggu ya.. ^^

Saya sudah publish Novel saya yang sudah terbit! Judulnya White Romance. Tapi...

Tidak keseluruhannya ya..

Hanya sampai pertengahan ceritanya.

Mana tahu kakak-kakak tertarik, bisa beli Novelnya langsung sama penerbitnya.

Maaci.. ^^

avataravatar
Next chapter