webnovel

Drink

Celine keluar dari ruangan sang Ayah tanpa memperdulikan teriakan beliau. Dirinya benar-benar sangat tidak tahu ingin mengutarakan keluh kesahnya bagaimana lagi.

Kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah bertanya tentangnya semenjak ia nikah ditambah dengan sang Ibu yang kerap kali meminta dirinya untuk memiliki anak dan sang Ayah yang terus menuntutnya untuk tidak pergi keluar.

Baik itu dengan teman perempuannya maupun teman lawan jenisnya, Ayahnya sudah seperti cctv berjalan karena apapun yang ia lakukan pasti selalu diketahuinya.

Nafasnya terlihat tersengal-sengal sekarang, bahkan dirinya menjadi malas untuk sekedar menginjakkan kakinya dikantor dan akhirnya ia memilih untuk absen dan juga pergi ke apartemennya dan menghabiskan hari dengan sendiri tanpa melakukan banyak hal.

Celine sama sekali tidak menggubris panggilan dari karyawan kantor yang memanggilnya, mereka sendiri tanpa diberitahu sudah paham bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dengnnya.

Wajanya sama sekali tidak bersahabat untuk dilihat.

Namun tangannya ditarik dengan kasar hingga tubuhnya berbalik, pelakunya adalah Aldo. Ekspresi wajah Celine sama sekali tidak berubah, suasana hatinya sangat amat buruk.

"Apaan?" tanya Celine dengan ketus.

Aldo hanya menatap wajah Celine yang super datar itu lalu berkata, "Mau kemana? tugas kita banyak yang belum selesai."

"Ya nanti kirim aja filenya ke gue biar nanti gue kerjain dari rumah."

Celine menarik tangannya dengan paksa dari genggaman Aldo. "Udah kan?"

"Belum? kata siapa udah?"

Jujur saja saat ini Celine tidak dalam suasana hati yang baik, jika saja suasana hatinya baik maka ia juga tidak mau pergi dan masih ingin berbincang lama dengannya.

"Gue ikut sama lu deh, boleh ngak?"

"Mau ngapain sih? ngak jelas banget lama-lama jadi cowo."

"Ya namanya juga cowo, cewe mana tau," jawab

Celine berusaha terlihat tenang, dirinya membuang nafasnya dengan kasar agar tidak ada lagi korban dari aksi kemarahannya.

"Gue lagi pengen sendiri," sahutnya dengan tenang.

Aldo terdiam mendengar jawaban dari Celine, terlihat dengan jelas bahwa perempuan itu sama sekali sedang tidak main-main dengan ucapannya.

Sejujurnya Aldo juga tidak mau menganggu waktu Celine seperti sekarang ini, namun dirinya tergerak untuk menawari perempuan yang sampai detik ini masih menempati hatinya itu untuk ditemani.

"Oh, oke." hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Aldo, lelaki itu sangat payah dalam hal seperti ini.

Celine mengangguk dan langsung melangkah pergi meninggalkan Aldo begitu saja tanpa memberinya sepatah kata.

Aldo hanya merutuki dirinya yang sangat lemah dan tak mau berbicara, maksudnya memaksa Celine agar dirinya menemani perempuan itu pergi.

***

Celine memasuki mobilnya dengan perasaannya yang sangat campur aduk, ada perasaan tidak enak didalam dirinya karena sudah terlalu kasar dengan sang Ayah.

Dirinya langsung menepis jauh-jauh pikirannya itu karena Ayahnya memang layak untuk dilawan.

Diotaknya terlintas akan kejadian dicafe tempo hari saat dirinya bertemu dengan Danny dan seorang perempuan.

Tanpa memikirkan banyak hal lain dirinya langsung mengirimi gambar itu kepada kedua orang tuanya tanpa menambahkan kata-kata apapun.

Agak terkesan egois namun dirinya sudah terlanjur malas dan ingin segera bebas, karena pada dasarnya pernikahan ini bukan kemauan dari dirinya itu sebabnya kenapa mentalnya benar-benar sedikit terganggu.

Celine mengatur nafasnya dengan tenang seraya memejamkan matanya.

"Pundak gue berat banget, kenapa mereka selalu ngasih beban yang nga ada habisnya ke gue?" lirihnya sangat pelan dan hanya mampu didengar olehnya.

"Kenapa juga mereka ngelakuin ini? Mental gue paling lemah untuk nanggung hal kaya begini."

"Mereka ngak pernah sadar kalau gue selalu berjuang sendiri dari dulu, gue bertempur terus sama isi otak gue yang bertentangan dengan semuanya ini."

Celine mengusap wajahnya dengan sangat kasar, entah sudah keberapa kali dirinya membuang nafasnya dengan sangat kasar. Dirinya sudah terlampau malas.

TING!

Celine yang tengah menatap atas mobilnya langsung teralihkan dengan bunyi handphonenya, dengan cepat ia membuka pesan yang muncul dari sang Ibu.

Dirinya tidak berekspetasi banyak, ia hanya mau kedua orang tuanya tahu seperti apa Danny itu.

Namun kedua bola matanya terbuka dengan sangat amat lebar ketika membaca rentetan kaliamat yang dikirm oleh sang Ibu.

"Adiknya? yang bener aja, orang gue liat dia pegangan tangan udah kaya orang pacaran kok." Celine marah-marah sendiri didalam mobilnya.

Baru saja ia berdebat panjang dengan Ayahnya masa ia nanti ia juga harus menghadapinya lagi untuk kedua kalinya? ia sudah malas untuk bertemu dengan sang Ayah.

"Emang dasar gila," geram Celine terhadap dirinya, ia langsung menghujani kepalanya dengan banyak pukulan.

Celine akhirnya menjalankan mobilnya menuju ke apartemennya seperti biasa sebagai tempat pelariannya, otaknya tidak lagi mampu untuk mencerna semuanya.

Ia masih sedikit heran, bagaimana bisa perempuan itu adalah adiknya Danny? Bahkan skinship keduanya sangat tidak biasa baginya.

Siapapun yang melihat Danny dan juga sosok yang dibilanh adiknya itu pun pasti akan menyatakan bahwa keduanya adalah sepasang kekasih.

Celine sama sekali tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh sang Ibu, pasti ada yang tidak beres dengan Danny.

Namun saat ini bukan waktunya untuk ia mengajak Danny ribut, dirinya membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga dan pikirannya.

Yang ada didalam pikirannya saat ini adalah ia ingin bersenang-senang dengan meminum-minuman yang dirinya suka.

Minuman beralkohol yang mampu membuat pikirannya hilang untuk sementara waktu, lagi pula ada untungnya juga ia memiliki tempat tinggal yang jarang diketahui oleh orang terdekatnya kecuali sang Ayah, itupun karena beliau menguntit Celine.

***

Celine memasukkan password apartemennya, dirinya langsung masuk dan melepas heelsnya dan melempar tas kerjanyanya dengan asal.

Ia menarik nafasnya dengan maruk dan membuangnya dengan sangat kasar, dirinya langsung melangkah menuju dapurnya ah lebih tepatnya menuju kulkasnya.

Ia langsung mengambil sebotol wine dengan toleransi alkohol lumayan tinggi.

Tangannya sangat lihai dalam membuka botol terbukti karena ia tidak membutuhkan waktu banyak untuk hal itu.

Tanpa menggunakan gelas, ia langsung meneguknya dari botolnya langsung layaknya sehabis jalan jauh dari gurun.

Wajahnya seketika berubah menjadi sedikit lesu dengan pikirannya yang mengarah kebanyak hal.

Ia langsung meneguknya sekali lagi seperti ia tengah meminuk air putih dengan cepat.

Tenggorokannya terasanya sedikit perih namun ia sangat menyukai sensasi yang diberikan oleh minuman yang ada ditangannya ini.

Celine mengusap wajahnya yang kini terlihat sedikit merah karena sudah dapat dipastikan bahwa dirinya berada diambang mabuk namun belum sepenuhnya.

Baginya ini adalah healing terbaik, tangannya merogoh sesuatu dari salam saku celananya, ia mengambil sebungkus rokok dan segera menyalakannya.

Perpaduan yang sangat amat pas dan sudah banyak buktinya, kedua orang tuanya sama sekali tidak tahu bahwa ia melakukan ini.

Yap merokok dan minum wine, namun Celine tidak peduli dengan semuanya toh ia sudah dewasa sekarang.

TBC.