webnovel

Obrolan Terpanjang

Dering bunyi handphone yang berasal dari milik Celine terus berbunyi tiada henti sampai membuatnya menggeram.

"Siapa lagi sih? ganggu banget," kesalnya.

Matanya langsung berputar ketika melihat nama 'Danny' dilayarnya, dengan cepat langsung ia mengangkatnya.

"Apaan?" tanyanya dengan ketus.

Celine mampu mendengar deru nafas dari sebrang sana. "Bikin masalah apa lagi sekarang?"

"Kenapa emangnya? Urusan banget sama lu," jawab Celine dengan malas.

"Jelas urusan saya! Kamu tuh bisa ngak sih sehari aja ngak bikin masalah? kepala saya sampe pusing kamu bikin."

Celine membuang nafasnya kasar. "Yaudah kalau pusing lepas aja itu kepalanya!"

"Jangan bercanda, saya udah bilang kesekian kalinya sama kamu untuk sabar," sahut Danny dengan sabar.

"Mau sampai kapan emangnya? dipikir ngak cape apa ya gue tinggal satu rumah sama cowo kayak lu!"

"Sebentar lagi, kamu emangnya mau cerai sekarang dan jadi janda diusia muda?"

Celine nampak tidak minat sekali dengan obrolan yang tengah berlangsung ini, dirinya meneguk winenya dengan santai seraya mendengar celotehan dari Danny yang tidak masuk sama sekali ditelinganya.

"Emangnya kenapa kalau gue jadi janda diusia muda?"

Danny mengusap wajahnya dengan kasar disebarang sana, ia tidak tahu mau bicara seperti apa lagi.

"Ya ngak tau juga saya, emangnya kamu mau jadi janda? yaiya kalau ada yang mau sama kamu lagi."

Mata Celine langsung melebar ketika mendengarnya, "Jangan kurang ajar mulut lu! emang ngak selaku itu gue? heh sebelum gue nikah sama lu ada cowo yang suka sama gue ya!"

Wajahnya yang sudah sedikit memerah itu terlihat semakin menyeramkan ketika mendengar dari ucapan Danny tadi.

Danny memukul kepalanya pelan karena sadar ucapannya membawa masalah baru lagi sekarang.

"Bukan begitu," katanya berusaha meluruskan.

"Dari pada lu, incess sama adek sendiri."

Mata Danny kini yang membelalak mendengar ucapan dari Celine.

"Sampe lupa tadi mau ngomong masalah ini, saya ngak incess sama adek sendiri. Kamu ngomong ke ayah sama Ibu kan tadi?"

"Iya emangnya kenapa? Masalah buat lu?"

Danny meremas tangannya dengan tak sabar, perempuan yang satu ini selalu aja ada tingkahnya setiap hari dan tidak pernah membiarkan dirinya untuk tenang sehari saja.

"Ya masalah, saya yang abis ditanya sama Ayah Ibu kamu tadi. Padahal udah pernah saya bilang kalau dia anaknya paman saya yang diangkat jadi anak."

"Oh pantesan pas dicafe mepet-mepet begitu," timpal Celine.

"Kamu nguntit saya ya? Sampe Foto-fot begitu kaya paparazi?"

"Bukan nguntit, gue disana sama temen gue hangout. Lagian ogah banget gue nguntit cowo yang ngak ada gantengnya sama sekali," kata Celine dengan gamblang.

Celine yang tak mau memperpanjang obrolannya dengan Danny memutuskan panggilannya dengan sepihak.

Dirinya malas berbicara lama-lama dengan lelaki yang satu itu, bahkan ini rekor terpanjang keduanya untuk berbicara cukup lama sepanjang mereka menikah.

***

Danny memandang layar handphonenya dengan wajah masam, helaan nafas terus keluar dari mulutnya entah sudah berapa kali dalam sehari ini yang bahkan hari masih terlalu awal untuk menghadapi masalah seperti ini.

Tingakah Celine sama sekali tidak wajar bagi dirinya, bahkan dari awa ia menikah wanita itu selalu membuat masalah dengan dalih ingin segera bebas.

Jiwa bebas wanita yang satu itu tiada tandingannya, itu yang ada dibenak Danny.

Sama seperti Celine, dirinya juga tidak tahu mengapa dirinya dijodohkan. Masih menjadi pertanyaan untuk dirinya juga sampai saat ini, namun ia bersikao tidak peduli dan memikirkannya.

Danny saat ini tengah bersantai di ruangannya, tidak bisa dikategorikan santai juga karena dirinya menunda pekerjaannya sebentar.

TOKTOK!

Matanya yang semula memejam itu terbuka lagi ketika mendengar suara ketukan dipintu ruangannya.

Tak lama seorang perempuan masuk keruangannya dengan beberapa dokumen ditangannya, Danny meringis melihatnya.

"Kok makin banyak sih?"

Perempuan itu nampak sedikit terkejut mendengarnya, "Eh?"

Danny langsung menggelengkan kepalanya, "Enggak-engga, saya ngomong sama diri saya sendiri."

Perempuan itu tersenyum tipis dan meletakkan dokumennya dimeja, Dannya menatap dokumen itu dengan wajah masamnya.

"Saya izin balik pak ketempat saya."

Danny hanya mengangguk dan mulai memeriksa dokumen yang ada didepannya itu.

***

Celine melanjutkan kembali aktifitasnya, dirinya menghisap gulungan yang menyala itu dengan santai.

Otaknya benar-benar mumet dan bingung harus bagaimana lagi, dirinya sangat ingin bebas namun caranya sama sekali tidak ada yang berhasil entah karena dirinya yang bodoh atau bagaimana.

"Pusing banget, lagian kenapa juga gue ngak tau kalau ternyata itu cewe adiknya? eh, tapi tingkahnya kaya orang kasmaran dan gue juga yakin kalau orang lain liat pasti mikir mereka pacaran," gumamnya dengan suara pelan.

Matanya memejam dengan erat namun langsung segera terbuka karena ada yang mengetuk pintu apartemen nya.

Dahinya mengerut, "Ayah? aduh mampus aja gue sekarang, bisa abis dibikin nanti."

Celine berjalan menuju pintu dengan pelan, kesadarannya masih ada namun kini pandangannya sudah agak sedikit kabur karena banyaknya wine yang ia minum.

Namun akalnya masih berjalan dengan benar, dirinya mengintip dari lubang yang ada pintu dan melihat siapa yang ada didepan pintu apparrtemennya sekarang.

Matanya menyipit, "Naren?"

Celine akhirnya berbalik dan tidak membukakan pintunya untuk lelaki bernama Naren itu, lelaki itu tidak lain adalah sepupu jauhnya dari sang Ibu.

Pasti lelaki itu tahu alamatnya dari sang Ayah, memang sudah tidak aman appart ini untuknya bersembunyi.

Ketukan itu terus berbunyi tiada henti, namun Celine sama sekali tidak menggubrisnya.

Matanya yang sudah memberat itu menutup dengan perlahan.

***

Flashback setelah Celine keluar dari ruangan sang Ayah.

Setelah Celine keluar dari ruangan Ayahnya tentu saja perempuan itu pergi menuju mobilnya dan menjalankan aksi bodohnya yang mengirimi foto Danny dan adiknya itu.

Ayahnya tentu saja tambah kesal karena sudah tau kemana arah anak perempuannya itu, apalagi selain mencari kesalahan Dannya agar dirinya dapat cerai.

Namun yang menjadi fokus Ayahnya adalah bagaimana sikap yang diberikan oleh Danny dengan adik angkatnya itu.

Sama seperti tanggapan Celine, siapa saja yang melihat keduanya dicaffe kala itu pasti akan menganggap keduannya adalah sepasang kekasih.

Ayah Celine langsung menelepon Ayah Danny dan membicarakannya langsung takut bahwa ada yang tidak beres.

Biar bagaimana juga Ayah Celine tidak mau jika anaknya nanti akan diperlakukan buruk oleh suaminya karena sifatnya yang keras kepala itu.

Itu sebabnya kenapa Ayahnya tidak mau Celine berada ditangan lelaki yang salah, perempuan itu masih terlalu asing perihal cinta diusianya yang sudah cukup matang itu.

Dan terkirimlah perkataan yang diberikan Ayahnya dengan santai menjawab bahwa dirinya tahu siapa perempuan itu yang tak lain Adik dari Danny.

Jawaban yang sama sekali tidak diinginkan oleh Celine.

TBC.