webnovel

#9

Hari ini kelas kami belajar bersama Revan. Karena Bu Dona tak ada, akhirnya ia yang membantu kami memahami materi sebelum ulangan besok. Jujur, aku cukup terkesima dengan cara dia menjelaskan materi dengan sangat detail.

Aku salah jika menganggapnya sebagai saingan karena kemampuan dia jelas sangat jauh di atas kemampuanku.

Pantas saja dia dijadikan asisten dosen dan Bu Dona mempercayai nya karena pengetahuan dia yang jauh di atas kami.

Dua jam telah berlalu begitu cepat. Semua mahasiswa di kelasku bubar dengan senangnya. Sementara aku dan Fita mampir dulu ke kantin karena perut kami kembali mengeluarkan suara seperti petir kecil di dalam perut.

Saat kami sedang memesan makanan, seperti biasa Fito datang menganggu kenyamananku namun menambah kesan bahagia untuk Fita.

Seperti biasa pula, aku selalu menjadi nyamuk diantara mereka berdua. Diasingkan bagaikan pengkhianat, dan ditelantarkan bagaikan pahlawan yang telah difitnah.

Namun kala itu, tiba-tiba dering handphone ku berbunyi di dalam tas. Aku pun segera mengambilnya dan membukanya.

"hallo" ucapku membuka kalimat

"lo dimana? " tanya seseorang di kejauhan sana.

Aku langsung menutup handphone ku karena sepertinya aku tahu suara ini siapa. Dan aku baru ingat kalau hari ini aku ada janji dengan nya. Aku memukul kepalaku keras, kenapa aku bisa lupa?

Namun tanpa kusadari, Fita dan Fito sedang memperhatikanku dengan wajah bingung mereka.

"ada apa, El? " tanya Fita

"ohh enggak papa. Gue duluan ya Fit" jawabku sembari mengambil tasku kemudian segera beranjak dan pergi

"lohh kita kan baru pesen, El" ucap Fita kala aku sudah mulai menjauh

"buat Fito aja" aku berteriak kemudian segera berlari menuju ke tempat parkir karena Revan pasti sudah menungguku. Sementara telpon dari Revan sudah aku matikan sejak tadi secara sepihak.

Di parkiran, Revan telah menunggu di samping mobil hitamnya tidak lupa juga dengan kaca mata hitam yang semakin menambah kesan cool  baginya. Aku pun segera menghampirinya kala ia melihatku dari kejauhan.

"lo kemana aja? " tanya nya dengan wajah dinginnya sedingin kutub utara.

"sorry, tadi gue lupa" jawabku merasa bersalah

"ya udah mendingan sekarang lo naik" lagi-lagi Revan membukakan pintu untuk ku. Dan tanpa berpikir panjang, aku pun masuk ke dalam mobil hitamnya itu.

seperti biasa, suasana di mobil sangatlah hening hanya ada lantunan musik yang mengiringi perjalanan kami.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kontrakanku, kini mobil hitam ini telah terparkir di depannya. Aku segera turun dari mobil begitupun dengan Revan.

"mau masuk dulu? " tanya ku

"gue disini aja"

"kalau gitu, mau minum apa? "

"eum,, teh aja" jawabnya singkat

"ya udah duduk dulu aja. Gue ke dalem dulu" ucapku kemudian masuk.

Aku membuat teh manis dulu di dapur kemudian mengambil print out yang dipinjamkannya kemaren padaku waktu kesiangan.

Aku memberikan teh manis kepada Revan yang sedang duduk. Setelah itu, aku pun duduk di sebelahnya. Suasana masih hening antara aku dan Revan. Tak ada obrolan atau pun sekedar basa-basi biasa.

"lo tinggal disini udah berapa lama? " tanya Revan kemudian membuka percakapan

"semenjak gue kuliah"

"orang tua lo? "

"mereka di kampung"

"ohh. Terus sekarang lo mau kemana? " tanya nya

"kerja"

"ya udah yuk gue anterin" ajak Revan

"gak usah. Gue terlalu banyak ngerepotin lo" tolakku secara halus

"gak papa kali. Santai aja"

"serius?"

"iya" jawabnya sambil menganggukkan kepala

Sikap Revan memang tak sedingin waktu pertama bertemu sehingga suasana pun sedikit lebih hangat.

Aku pun kembali menaiki mobilnya setelah membereskan gelas dan mengunci pintu.

Sepuluh menit kemudian, mobil hitam ini telah sampai di depan resto tempat aku bekerja. Aku pun segera turun dari mobil hitam ini, dan tak lupa juga mengucapkan terima kasih.

Di Restoran...

Aku kembali ke keseharianku, mengantar makanan, mencatat pesanan, melayani pelanggan, dan membereskan semuanya jika semua kebutuhan pelanggan telah terpenuhi.

Hari ini Rendy tak masuk kerja katanya sedang sakit. Ada rasa bersalah di pikiranku karena pasti dia sakit karena sering membantuku.

Aku pun segera melanjutkan pekerjaanku karena hari ini pelanggan cukup banyak. Dan aku berniat akan menjenguk Revan besok walaupun aku sendiri tak tahu dimana rumahnya..

Sambil melayani pelanggan, aku membawa catatan kecil yang sempat tadi aku buat di dalam kantong celemekku agar jika ada waktu luang aku bisa sedikit mengulas pelajaran yang dijelaskan Revan tadi.

Waktu berjalan sangat cepat. Jam di dinding telah menunjukan pukul tiga pagi. Restoran sudah sepi. Semua pelanggan dan para karyawan telah kembali ke rumahnya masing-masing hanya tinggal aku seorang diri di sini.

Membereskan resto tanpa Rendy cukup membuatku lelah. Biasanya dia yang selalu membantuku membereskan resto. Tapi sekarang, aku harus membereskan semuanya sendiri dari mulai membereskan meja dan kursi, menyapu dan mengepel, serta mencuci piring. Butuh waktu dua jam bagiku untuk menyelesaikan semuanya sampai beres.

Kini karyawan telah berdatangan menyambut pelanggan baru di hari ini dan aku baru saja selesai membereskan semuanya. Mereka semua menyapaku kala aku berniat akan pergi dan aku pun membalas sapaan mereka.

Saat aku sedang berjalan  menuju rumah, kakiku tiba-tiba bergetar di tengah jalan. Tubuhku mulai lemah dan aku pun terduduk di tepi jalan karena tak kuat lagi untuk berjalan. Dari kemarin malam aku belum makan dan pekerjaan malam tadi cukup melelahkan bagiku sehingga membuat pertahanan tubuhku menjadi lemah.

Tapi saat aku sedang duduk di tepi jalan, tiba-tiba seseorang menjulurkan tangannya ke arahku. Aku yang sedang menunduk langsung melihat ke arah sang pemilik tangan itu. Dan aku kaget seketika kala melihatnya.

"sini tangan lo" ucap lelaki yang berparas tampan dan berkharisma itu. Lelaki yang sering ku sebut manusia dari kutub utara. Siapa lagi kalau bukan Revan.

Aku tak menjawab. Hanya menundukan kepala. Dan tak menanggapi perkataan nya.

Namun hal yang tak terduga membuatku kaget. Revan malah menggendongku kemudian menurunkanku di depan mobilnya yang tak jauh dari sana. Ia kemudian membukakan pintu dan menyuruhku masuk ke dalamnya. Revan cukup membuatku speechless sehingga membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Saat aku masih kaget dengan perlakuan Revan, ia pun masuk ke dalam mobil dan berada di sebelahku sekarang. Ia melihatku sebentar kemudian mengeluarkan sebotol air mineral dan memberikannya padaku.

Aku menerimanya dan mulai meminumnya dan seketika membuat badanku sedikit lebih segar. Aku menarik nafas panjang dan menyandarkan kepalaku ke jok mobil Revan.

"lo gak papa? " tanya Revan kemudian, namun kali ini sikapnya tidak sedingin seperti biasanya.

Aku melihat ke arahnya kemudian tersenyum padanya. "makasih ya" ucapku

Revan sedikit tersenyum padaku kemudian menganggukan kepala.

"ehh BTW ngapain lo disini pagi-pagi?  " tanyaku

"gue nungguin lo"

"hah? Nungguin gue? Jadi lo belum pulang? " tanyaku kaget

Dia hanya menganggukkan kepala

"kenapa harus nungguin gue sih? " tanyaku merasa tidak enak

"ya gue penasaran aja. Jadi lo kerja sampai sepagi ini? " tanya nya

"lo jangan kasih tahu yang lain ya? " pintaku pada Revan sambil memasang kedua tanganku sambil memohon.

"ya udah. Sekarang lo ikut gue" ucapnya lalu menginjak gas mobilnya

Aku tak menjawabnya karena tanpa persetujuan ku dia sudah membawaku yang entah akan dibawa kemana.