webnovel

#8

Keesokan harinya...

Aku masih tertidur di kasurku dengan pulasnya. Malam tadi resto tutup dua jam lebih cepat dari biasanya jadi aku bisa mengistirahatkan tubuhku sebelum kembali berangkat ke kampus.

Jam baru menunjukan pukul delapan pagi dan jam kuliah akan dimulai pukul sepuluh. Waktu istirahatku cukup panjang hari ini.

Sedari tadi handphone ku juga berdering, namun karena terlalu kantuk, aku pun membiarkannya tanpa menyentuhnya sekalipun.

Kringgg... Kringgg... Kringgg...

Suara jam beker berdering tepat di jam sembilan pagi. Aku segera bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian, aku pun telah siap untuk berangkat ke kampus dengan hari yang baru dan dengan tubuh yang lebih segar.

Lima belas menit telah berlalu, aku telah sampai di kampus dan segera pergi ke kantin karena aku dan Fita telah janjian disana.

"hai, Fit" sapaku pada Fita dan Fito yang sudah ada disana

"Fita atau Fito?" tanya Fita

"iya nih" sambung Fito

"ya kalian berdualah. Sama aja kan? Masa gue harus panggil satu-satu sih" jawabku kemudian duduk diantara mereka

"lo pulang kerja jam berapa, El?" tanya Fita

"kenapa emang? " tanyaku sambil memakan nasi goreng yang udah mereka peaan sebagai menu sarapanku

"kemaren Revan nanyain nomor hp lo. Ya udah deh gue kasih. Revan nelpon lo gak? " tanya Fita yang seketika membuatku sedikit kaget.

"ngapain dia minta nomor gue?" tanya ku sambil melihat handphone di tasku dan benar saja banyak sekali panggilan dari nomor gak dikenal.

"ciee.. Ditaksir sama asisten dosen nihhh" goda Fito

"ihh apaan sih lo.. Nomor ini bukan Fit? " aku memukul Fito kemudian memperlihatkan nomor baru pada Fita

"iya, itu nomornya. Lo gak angkat? " tanya Fita

"bukan gak angkat, gue baru aja buka handphone " jawab gue

"tapi semalem dia juga minta alamat kontrakan lo"

"apa? " ucapku kaget

"biasa aja kali kagetnya" ledek Fito kemudian aku memukulnya lagi

"terus lo kasih? " tanyaku pada Fita

"ya iyalah"

"Fita.. Kenapa lo kasih? "

"kenapa emang? Siapa tahu aja penting kan? "jawab Fita dengan santainya.

"iyah, penting. Masalah hati. Hahaha" sambung Fito kemudian tertawa bersama Fita. Sementara aku hanya diam karena kesal.

"ehh tapi lo tahu gak, El, kalau Bu Dona hari ini gak masuk" ucap Fita

"kenapa? Tumben Bu Dona gak masuk" jawabku sambil melanjutkan makan yang tadi terganggu

"mana gue tahu, gue kan bukan asistennya dia kayak Revan. Hahaha" canda Fita kemudian tertawa begitu juga Fito

"apaan sih kalian, gak jelas banget.. " jawabku kesal sehingga nafsu makan pun menjadi tak ada

"uuuhhh... Marah nihh... Gara-gara pacarnya di katainnnnn" ledek Fita

"Fita... Pacar apaan sih? Gue sama Revan gak pacaran. " ucapku kesal

"iya sekarang enggak. Tapi nanti bakalan jadi pacar" ucap Fito sok tahu

"iya betul tuh" sambung Fita

"sok tahu kalian. Ya udah gue pergi duluan deh" ucapku kemudian pergi meninggalkan Fita dan Fito

"jangan marah, El. Kalau marah nanti jodohnya di patok ayam" suara Fita yang berteriak masih terdengar jelas di telingaku diiringi dengan suara tawa sepasang kekasih itu karena meledekku. Aku hanya menggelengkan kepala menanggapi candaan Fita yang menurutku sangatlah tidak nyambung. Masa gara-gara marah jodohnya di patok ayam, apa hubungannya? :D

Aku pun berniat akan pergi ke perpustakaan untuk mengisi waktu luangku di hari ini. Bu Dona tidak ada, ia juga tidak memberikan tugas, pasti besoknya akan ada ulangan dadakan jadi aku harus bersiap-siap lebih ekstra.

Tapi ketika sedang berjalan,  di depan sana seseorang dengan baju kaos, tinggi, dan juga cool wajahnya sedang melihat ke arahku juga. Sepertinya ia dari ruangan Bu Dona. Siapa lagi kalau bukan Revan, sang asisten dosen.

Dia berjalan ke arahku kala melihatku. Jantungku kembali serasa deg-degan. Aku tak tahu kenapa ini sering terjadi jika aku bersama dengan Revan. Namun aku mencoba tetap tenang saat Revan ada di hadapanku saat ini.

"sorry ya.. Gue gak sempet angkat telpon lo" ucapku membuka percakapan

"lo kemana? " tanya nya masih dengan nada cool nya

"maksudnya? " aku balik nanya

"semalem gue ke kontarakan lo, tapi lo gak ada. Dan gue tungguin sampe jam sebelas malem, lo belum juga dateng"

Aku sedikit kaget. Ternyata Revan menungguku sampe semalem itu.

"gue.. ada urusan" jawabku ragu

"sampe semalem itu? " tanya nya lagi

"iya, gue kerja" jawabku terpaksa harus jujur

"kerja? "

"iya, eumm... Ohh ya BTW ada apa lo ke kontrakan gue? " tanyaku mengalihkan pembicaraan

"gue mau ambil tugas Bu Dona yang gue kasih kemaren" jawabnya

"ohh iya, lupa lagi gak dibawa. Sorry ya. Eumm... Gimana kalau gue nanti anterin aja ke rumah lo. Kan gue udah tahu rumah lo"

"gak usah. Biar gue aja ke rumah lo"

"hah? "

"kenapa? Gak boleh? " tanya Revan

"ohh enggak.. Boleh kok.. " jawabku sedikit ragu

"ya udah, nanti pulangnya lo bareng gue" ucap Revan

"ohh oke"

"sekarang lo mau kemana? " tanya Revan lagi

"ke perpustakaan" jawabku tak lupa dengan senyuman menutupi kegugupanku

"kita ada tugas. Mendingan lo ke kelas. " ucap Revan yang masih dengan sikap dan wajahnya yang cool.

"tugas? Dari Bu Dona?"

"iya"

"tugas apa? "

"membaca materi. Besok kita ada ujian"

"hah? Ujian? Kok dadakan? " tanyaku kaget

"gak dadakan kok. Kan gue udah kasih tahu dari sekarang."

Lagi-lagi sikap aku kadang malu-maluin. Aku udah tahu taktik Bu Dona, dia gak mungkin gak ngasih tugas kalau gak masuk. Sekalinya gak masuk besoknya langsung ujian. Jadi aku harus ngehafalin materi sambil kerja lagi dong.

"kenapa bengong? " tanya Revan yang kini masih ada di hadapanku

"ohh enggak. Perlu bantuan? Gue bantuin ya? " aku mengalihkan pembicaraan agar tak terlalu malu kemudian membawa dua buku yang dipegang Revan dan pergi bersama ke ruang kelas.