webnovel

11. Menuju Minimarket

Evelyn dan Kanova akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Mereka kemudian melihat Joddy yang sedang membuka bagasi mobilnya seraya tersenyum kepada mereka berdua.

"Di jalan hujan Ka?" Tanya Joddy seraya memasukkan koper kecil ke dalam bagasi mobil. Kanova yang melihat itu pun langsung ikut membantunya.

"Engga om. Tadi sempet mendung aja sih di jalan."

Joddy mengedarkan pandangannya. Ia seperti merasa ada yang kurang dalam pandangannya saat ini.

"Lio mana Ka? Tumben dia ga ikut."

"Dia ada keperluan sebentar om. Nanti juga ke sini." Sahut Kanova sembari memasukkan tas besar ke dalam bagasi mobil.

Joddy melihat gadis yang berdiri di belakang Kanova. Ia lalu memandang Kanova seraya berkata, "Itu pacar kamu?" Tunjuk mata Joddy ke arah belakang.

Kanova pun mengikuti arah mata Joddy.

Kanova seketika terkekeh seraya berkata, "Itu Evelyn om. Masa om ga kenal?" Ujarnya pada Joddy.

Sedangkan Joddy malah sedikit terkejut.

"Oh Evelyn?! Kenapa kamu gak bilang sih Ka!" Ujar Joddy seraya menepuk bahu Kanova. Ia lalu menghampiri Evelyn yang berdiri di samping motor Kanova.

Sontak Evelyn pun segera membuka helm nya, tersenyum manis pada Joddy, lalu mencium tangannya.

"Om. Apa kabar?" Tanya Evelyn dengan raut yang sangat ramah.

"Om baru liat kamu lagi Ev."

"Eh, om baik-baik aja ko."

"Kalian ke kamar Aris aja. Di sana ada istri saya juga yang lagi beres-beres. Biar urusan dibawah, sama om aja."

Mereka mengangguk lalu segera berjalan menuju ruangan di mana Aris berada.

Sampai di ruangan, mereka langsung di sambut ramah oleh Sarah. Melihat Evelyn datang, seketika Sarah menghentikan kegiatannya. Ia lalu menghampiri Evelyn seraya tersenyum, lalu tak lama memeluknya. Setelahnya, Kanova yang berdiri di samping Evelyn segera mencium tangan Sarah.

Mereka berdua dipersilahkan masuk oleh Sarah.

Evelyn langsung di ajak duduk bersama Sarah. Mereka mengobrol bersama. Raut mereka sama-sama tersenyum, menikmati obrolan mereka.

Sedangkan Kanova sudah pasti langsung menghampiri Aris.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Kanova serius.

"Baik lah bego." Sahut Aris dengan suara agak meninggi. Membuat Kanova sedikit terkejut dan kesal.

"Ga usah nyolot dong setan!" Kesal nya seraya memandang Aris dengan wajah malas.

Aris malah acuh seraya berkata, "Gue udah di ijinin pulang ya berarti gue sembuh dong. Elo nih ya nyebelin." Sambung nya.

"Serah lo Ris. Gue mah ngikut aja." Ujar Kanova pasrah pada Aris. Meski di dalam hatinya ia sangat merasa dongkol dengan respon yang baru saja Aris berikan.

Kanova akhirnya mengalihkan pandangannya kepada Sarah dan Evelyn yang terlihat sangat akrab layaknya ibu dan anak. Apalagi Evelyn yang beberapa kali tertawa kecil bersama Sarah. Membuat Kanova semakin enggan mengalihkan pandangannya dari Evelyn.

Aris terkekeh melihat raut Kanova yang berubah jadi kesal campur masam itu.

"Eh, btw Evelyn akrab juga ya sama Tante Sarah." Ujar Kanova yang sedang memandangi keakraban antara Sarah dan Evelyn.

Aris pun mengikuti arah pandangan Kanova yang tertuju pada Sarah dan Evelyn.

"Lo pengen gue tabok ya Ka?" Ujar Aris dengan tatapan kesal serta senyuman paksa itu.

"Ya jelas lah mereka akrab. Kan kita temen kecil pea! Evelyn brojol aja mamah gue tau! Ih elo kemana aja sih selama ini? Kenapa baru sadar?" Jelas Aris seraya meninggikan volume suaranya.

Membuat Sarah dan Evelyn yang tengah berbincang pun menghentikan kegiatannya karena mendengar suara Aris yang keras itu.

"Ya ngapain juga gue merhatiin keakraban lo sama dia? Ga guna banget anjir."

"Ya seenggaknya pikiran lo terbuka dong Muhammad Kanova Aryasatya besti gue yang tersayang!" Kesal Aris.

Kanova mendelik seraya berkata, "Dih najis!"

Aris yang melihat respon Kanova pun merasa tidak terima. Ia kemudian menepuk bahu Kanova.

"Heh! Gini-gini juga temen lo ya!" Sentak Aris.

Kanova menghela napas lelah, ia menilik jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.

"Dahlah gue balik aja Ris." Ujarnya seraya beranjak dari sisi ranjang.

Aris memutar bola mata malas.

"Yaudah sono. Serah lo!"

Sarah dan Evelyn yang sedari tadi melihat aksi mereka, hanya bisa terdiam. Namun akhirnya Sarah mengangkat suara.

"Heh, heh, heh. Kalian kenapa sih daritadi kayanya berisik terus?"

Kanova dan Aris pun akhirnya terdiam.

Lalu tak lama, Kanova mengangkat suara. "Tan, saya mau ke minimarket dulu."

Sarah menoleh, "Sendirian?"

"Iya Tan." Balasnya.

"Ini Evelyn ikut aja. Tante juga mau nititp sesuatu sama Evelyn."

Seketika Evelyn dibuat heran oleh perintah Sarah yang tiba-tiba. Ia hanya menatap sekilas Aris dengan raut bertanya-tanya.

Aris menatap Sarah.

"Kenapa ga nitip aja ke Kanova sih mah?!"

"Terserah mamah lah." Tukas Sarah yang membuat Aris setengah kesal padanya.

"Mamah ngeselin ya kaya Kanova." Ujar Aris.

Kanova yang sedari tadi menyimak pun kini mulai beranjak dari sana.

"Yaudah Tan. Saya keluar dulu. Ayok Ev!" Ajak Kanova seraya berjalan menuju pintu ruangan. Sedangkan Evelyn masih terdiam.

"Hah?" Ujarnya.

Kanova menghela nafas, lalu segera menarik lengan Evelyn.

"Udah ayok cepet!"

Di tengah perjalanan, mereka berdua melihat Zellio yang sedang berjalan dari depan sana. Matanya sedikit menyipit saat melihat kehadiran mereka. Ia pun akhirnya melambai seraya tersenyum dari jarak yang cukup dekat.

"Mau kemana?" Tanya Zellio yang sudah berhenti di depan mereka berdua.

Zellio sekilas menatap Evelyn yang berdiri di samping Kanova. Meski ragu, Evelyn tetap tersenyum tipis pada Zellio.

Zellio pun kembali menatap Kanova.

"Gue disuruh Tante Sarah ke minimarket." Ujar Kanova.

"Oh. Yaudah, gue ke Aris dulu ya."

Setelah mengucapkan itu. Zellio kembali melanjutkan jalannya menuju ruangan dimana Aris berada.

Kanova menoleh ke belakang, melihat bahu Zellio yang menghilang di simpangan lorong.

"Ayok cepet!" Evelyn seketika terkejut kembali dengan aksi tangan Kanova yang tiba-tiba menggenggam lengannya. Menariknya cukup cepat, membuat langkahnya sedikit terseret.

Masih di dalam perjalanan, seorang pasien rumah sakit tiba-tiba saja muncul dengan beberapa suster dan dokter yang mengelilinginya. Ada beberapa orang juga yang ikut mendorong ranjang pasien.

Cukup banyak, membuat orang yang disekitarnya langsung meminggirkan tubuhnya untuk memberikan jalan.

Kanova yang sadar akan hal itu pun, segera mendorong tubuh Evelyn ke tembok rumah sakit. Membuat tubuhnya berhadapan dengan Kanova.

Dan untuk ke sekian kalinya, mata mereka bertabrakan lagi.

Evelyn dan Kanova terdiam. Keduanya membisu dengan mata yang saling bertabrakan. Untuk ke dua kalinya merek kembali bertatapan.

Wajah itu, bagi Kanova sangatlah candu. Apalagi netra Evelyn yang indah. Membuat semua pikirannya terhenti seketika itu juga. Seperti, lebih memilih diam memberi ruang sebentar untuk memperhatikan keindahan ciptaan Tuhan ini.

Tapi tak lama, Kanova segera sadar dan kembali memutar tubuhnya lalu segera berjalan menjauh. Evelyn yang sempat salah tingkah pun hanya membenarkan rambutnya. Kemudian segera menyusul Kanova yang sudah jauh.