Walaupun Zero mengutarakan penolakan, tapi aku tidak ingin menyerah. Lagi pula, aku tidak mempercayai kemampuan gadis itu. Aku tidak yakin dia benar-benar mampu mengobati luka Zero. Lukanya cukup parah jika kulihat dari darah yang mulai merembes pada perban putih yang membungkus luka itu. Aku yakin lukanya belum ditangani dengan benar sehingga pendarahannya masih belum berhenti.
Mengabaikan penolakan Zero tadi, aku mencoba menyentuh perban yang membungkus luka di bahu Zero, tentu saja aku berniat melepaskannya dan mengoleskan obat untuk menghentikan pendarahannya. Namun, tindakan Zero setelah itu sungguh membuatku tercengang. Dia dengan kasar menepis tanganku.
"Sudah kukatakan lukaku baik-baik saja. Friest sudah mengobatinya," ucap Zero dengan nada suara yang terdengar lebih ketus dan sinis dibandingkan tadi.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com