Air matanya terus berjatuhan dengan deras bahkan kurasakan tetes demi tetes air bening yang berasal dari matanya itu mengenai kulitku. Ingin rasanya aku mengangkat tangan untuk menghapus air mata yang menganak sungai di wajahnya.
"Pantas saja sejak tadi aku tidak tenang, hati kecilku terus berbisik agar aku cepat pulang. Tapi bodohnya aku justru mengabaikannya dan lebih fokus menjalankan misi. Aku sangat menyesal, Giania. Seandainya aku cepat kembali ke rumah, kau tidak akan mengalami kejadian yang menyedihkan seperti ini."
Untuk kesekian kalinya aku menggeleng, membantah mentah-mentah Zero yang terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku ini, Giania? Katakan padaku. Aku akan melakukan apa pun agar kau tidak merasakan sakit lagi."
Aku mengulas senyum kali ini, berharap senyuman ini mampu membuatnya tenang, nyatanya tidak karena Zero masih dengan deras meneteskan air matanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com