Tapi aku masih diam sampai semua orang keluar dari ruang sidang hingga menyisakan aku dan bunda. Habib paham, dia orang yang paling pengertian dan meminta Umar yang menungguku di pintu sidang untuk ikut keluar.
"Kalau kamu masih sayang pada Bunda, maka bebaskan Farida," kata bunda penuh penekanan, membuatku tertegun, diam.
Dadaku terasa sesak sampai akhirnya bunda di usir keluar oleh para petugas ruang sidang yang mengatakan bahwa kami harus segera meninggalkan ruang sidang karena masih ada sidang lagi, dengan kasus yang berbeda tentunya.
Sepertinya aku memang belum benar-benar pulih. Bahkan kepalaku terasa semakin sakit ketika melihat bayangan bunda berjalan menjauhiku menuju pintu keluar. Dan seketika kegelapan melanda bersamaan dengan hilangnya keseimbangan tubuhku.
Saat terbangun, aku sudah berada di kamar yang jelas tidak asing bagiku. Bed cover bendera portugal, aku ini dimana. Ingin bangun dan mencari Habib, tapi kepalaku benar-benar tidak bisa di ajak kompromi.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com